Satu per Satu Legiun Asing pun Pergi

Senin, 01 Juni 2015 - 10:44 WIB
Satu per Satu Legiun...
Satu per Satu Legiun Asing pun Pergi
A A A
Awan gelap kian pekat menaungi sepak bola Indonesia. Aksi-aksi menawan para bintang lapangan hijau kini tinggal cerita. Stadion kosong melompong dan hamparan rumput seperti tanah tak bertuan.

Tak ada lagi gumpalan gairah suporter yang membakar dan meledakkan atmosfer laga. Tak ada lagi tontonan menghibur yang membangkitkan ketegangan atau euforia. Musnah. Semuanya lenyap. Palu vonis telanjur dijatuhkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi. PSSI dibekukan dan roda kompetisi dimatikan. Ketika rasa terkejut itu belum beranjak pergi, hantaman lebih keras datang.

Otoritas tertinggi sepak bola dunia, FIFA, menjatuhkan sanksi. Game over ? Bagi klub, bisa saja begitu. Tanpa kompetisi, tak ada pemasukan. Tiket tak tercetak, sponsor pun menjauh. Setali tiga uang dengan pemain. Tanpa pertandingan mereka menjadi pengangguran. Amatlah wajar ”bekerja serabutan” menjadi pilihan. Dari sekadar main laga antarkampung hingga menjalankan bisnis kecil-kecilan.

Bagaimana dengan legiun asing? Menyingkir dari jagat sepak bola Tanah Air agaknya menjadi opsi realistis. Ini seperti dilakukan playmaker Persela Lamongan Balsa Bozovic yang memutuskan untuk pulang ke negaranya, Montenegro. Kemarin Balsa berpamitan kepada klub penggemar Laskar Joko Tingkir itu. Lewat media sosial Twitter dia mengucapkan apresiasinya.

”Terima kasih banyak untuk semua suporter Persela atas dukungannya, saya harap kita ketemu lagi. See you soon Ind!” Balsa adalah pemain paling menjanjikan di kubu Persela musim ini. Bermain apik di pramusim, gelandang 28 tahun ini meneruskan tradisi Persela yang memiliki playmaker berkualitas tinggi setelah sebelumnya ada Gustavo Lopez dan Serdjan Lopicic.

Sayang keberuntungan belum berpihak kepadanya. Balsa hanya dua kali bermain di kompetisi reguler Qatar National Bank (QNB) League 2015 menghadapi Barito Putra dan Persija Jakarta di Stadion Surajaya, Lamongan. Setelah itu kompetisi dihentikan hingga akhirnya turun sanksi dari FIFA pada 30 Mei 2015.

Hengkang dari Indonesia tak dimungkiri jadi keputusan logis dan bisa dimaklumi, setidaknya sampai sanksi FIFA dipulihkan. Sebab pemain asing yang ngotot bermain di negara terkena sanksi tidak akan mendapatkan international transfer certificate (ITC). Kepulangan Balsa menuai respons beragam dari para pendukung.

Namun rata-rata mengingatkan agar dia segera kembali begitu kompetisi pulih. ”Kalau musim depan sanksi FIFA dicabut, jangan lupa kembali ke Persela,” ungkap Hastomo Adi. Langkah Balsa memperpanjang daftar legiun asing yang meninggalkan Indonesia pascapembekuan PSSI. Dua pemain Persegres Gresik United, Shohei Matsunaga (Jepang) dan Sasa Zacevic (Serbia), telah lebih dulu mengemas koper.

Satu pemain asing lagi, Herman Dzumafo (Kamerun), balik ke Pekanbaru karena memiliki keluarga di sana. Persegres Gresik United tak mempersoalkan pemain asing mencari klub lain setelah sanksi FIFA. ”Kami memahami kondisi mereka,” kata Sekretaris Persegres Hendri Febry, kemarin.

Pemain lain yang sempat mengutarakan niat mencari liga di luar negeri adalah Fabiano Beltrame, bek Arema Cronus. Dia pernah mengatakan akan meninggalkan Indonesia jika sampai sanksi FIFA turun. Setelah sanksi benar-benar dijatuhkan, Beltrame mengaku masih melihat situasi.

Sebelumnya, Persebaya mengirimkan pulang Eric Djemba-djemba ke Prancis. Jasa pemain yang pernah merumput di Liga Primer Inggris itu terpaksa tak digunakan lantaran liga mandek. ”Buat apa di sini karena kompetisi berhenti,” kata CEO Persebaya Gede Widiade. Dia menegaskan klub memenuhi semua hak Djemba sebelum yang bersangkutan kembali ke negaranya.

Pemain Sriwijaya FC Raphael Maitimo juga meninggalkan Indonesia karena tak kunjung mendapatkan kepastian mengenai kelanjutan kompetisi. Maitimo memutuskan balik ke Belanda mengikuti jejak Goran Ljubojevic (Kroasia), Morimakan Koita (Sudan), dan Abdoulaye Youssouf Maga (Mali).

”Saya kecewa atas apa yang terjadi di sepak bola Indonesia. Saya berharap sekali ada kabar baik setelah pulang ke Belanda dan siap kembali ke Indonesia untuk bertanding,” kata pemain naturalisasi keturunan Ambon itu. Maitimo tampak sangat kecewa. Maklum, dia sangat yakin bakal menuai sukses musim ini seiring melejitnya performa Sriwijaya FC di tangan Benny Dollo.

Apa daya, pembekuan PSSI dan sanksi FIFA mengubur mimpinya. Kepergian para pemain asing sangat mungkin bakal berlanjut. Mereka kemungkinan tidak akan kembali ke Indonesia sebelum sanksi dilunturkan dan ada kepastian liga. Seperti diketahui, sengkarut sepak bola Indonesia terjadi ketika Menpora Imam Nahrawi mengeluarkan surat keputusan (SK) pembekuan PSSI (17/4).

Dalam surat Nomor 01307 Tahun 2015 itu, ada beberapa poin, antara lain pemerintah tidak mengakui seluruh kegiatan yang dilakukan leh PSSI. Dampaknya, pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah termasuk kepolisian tidak dapat lagi memberikan pelayanan dan fasilitasi kepada kepengurusan PSSI dan seluruh kegiatan keolahragaan.

Sebagai dalih penataan sepak bola Indonesia, Menpora kemudian membentuk Tim Transisi. Pembekuan itu sontak mematikan roda liga. Lebih berat adalah jatuhnya sanksi FIFA. Dalam surat yang ditandatangani Sekjen Jerome Valcke, FIFA memberi sanksi karena Kemenpora tidak mengubah sikap terhadap kepengurusan PSSI hingga batas waktu 29 Mei.

Komite Eksekutif (Exco) FIFA menyimpulkan Kemenpora (atau badan lain) telah mengganggu aktivitas PSSI sehingga masuk dalam kategori pelanggaran serius Pasal 13 dan 17 Statuta FIFA.

Kukuh Setyawan
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0950 seconds (0.1#10.140)