Benahi Berbagai Objek Wisata
A
A
A
Keberadaan Bus Macyto sebagai sensasi baru wisata keliling Kota Malang perlu diimbangi dengan pembenahan dan pengembangan berbagai objek wisata.
Percuma saja kendaraan gratis ini dibuat secantik mungkin apabila titik-titik potensi wisata yang dilintasi maupun akan disinggahinya kurang memikat wisatawan. Tak jarang, perjalanannya terhambat kemacetan lalu lintas di sejumlah jalan. Hal krusial lainnya adalah seleksi penumpang yang lebih ketat. Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Region Malang, M Anshori, mengakui masih ada sejumlah kelemahan dari operasionalisasi Macyto.
Menurut dia, Macyto idealnya singgah di beberapa titik wisata potensial. Hal ini dapat meningkatkan tingkat kunjungan wisata. Untuk tahap awal, perjalanan Macyto bisa difokuskan dengan tema wisata sejarah kota. Misalnya ke kawasan yang banyak bangunan lama dari masa Kolonial seperti di komplek Jalan Ijen, Jalan Basuki Rachmad, Alun-alun Merdeka, dan di kawasan Kelurahan Klojen.
”Lokasi-lokasi tersebut perlu didukung penambahan fasilitas seperti pencantuman nama jalan di masa Kolonial Belanda. Dengan begitu, wisatawan memahami sejarah kawasan tersebut,” jelas Anshori. Wisata sejarah ini juga bisa digabungkan dengan wisata belanja. Dari pusat wisata sejarah, rute Macyto diarahkan ke sentra oleh-oleh seperti pusat kerajinan keripik tempe Sanan atau di pusat kerajinan Keramik Dinoyo dan pusat kerajinan gerabah Betek di Jalan Mayjen Panjaitan.
Selain wisata sejarah dan wisata belanja, lanjut Anshori, Kota Malang juga membutuhkan agenda wisata berskala nasional bahkan internasional yang dapat menyedot kehadiran wisatawan. Misalnya acara seni, budaya, konser musik, maupun kegiatan olah raga. ”Yang tak kalah penting adalah pengetatan seleksi wisatawan yang bisa menumpang Bus Macyto supaya tepat sasaran. Kalau perlu, ada penjadwalan khusus, kapan untuk wisatawan dan kapan untuk masyarakat. Jangan dicampur,” tegasnya.
Salah Satu Unggulan
Kehadiran Macyto seolah menjadi harapan baru pengembangan industri wisata berikut aneka produk dan jasa unggulan Kota Malang yang menjadi pendukungnya. Meski masih dalam tahap uji coba dan baru beroperasi empat bulan, keberadaannya mampu menjadi magnet baru bagi wisatawan mancanegara maupun domestik.
Selain pengemudi dan asisten pengemudi, para penumpang juga ditemani pemandu wisata dari Himpunan Pramuwisata Malang. Mereka menjelaskan informasi menarik di balik beragam lokasi yang dilintasi sepanjang perjalanan. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang Ida Ayu Wahyuni mengatakan, Macyto dengan pelayanan prima dan cuma-cuma diarahkan untuk menghadirkan kenangan indah Kota Malang kepada wisatawan.
Karena itu, dalam waktu dekat Macyto akan berhenti di beberapa lokasi yang menarik bagi wisatawan. Misalnya di sentra oleholeh, titik wisata kuliner populer, dan pusat produk unggulan lainnya. Saat ini, Macyto hanya berhenti di satu titik yaitu di Taman Krida Budaya Jawa Timur (TKBJT) di Jalan Soekarno- Hatta. Beberapa titik pemberhentian Macyto yang sudah diujicoba antara lain adalah kawasan Jalan Ijen, Jalan Basuki Rachmad, Alun-alun Merdeka, dan Museum Mpu Purwa sebagai pusat wisata sejarah.
Selain itu, akan dikembangkan juga pemberhentian di pusat kerajinan keripik tempe di Sanan, pusat kerajinan keramik di Dinoyo, dan pusat kerajinan gerabah di Jalan Mayjen Panjaitan.
yuswantoro
Percuma saja kendaraan gratis ini dibuat secantik mungkin apabila titik-titik potensi wisata yang dilintasi maupun akan disinggahinya kurang memikat wisatawan. Tak jarang, perjalanannya terhambat kemacetan lalu lintas di sejumlah jalan. Hal krusial lainnya adalah seleksi penumpang yang lebih ketat. Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Region Malang, M Anshori, mengakui masih ada sejumlah kelemahan dari operasionalisasi Macyto.
Menurut dia, Macyto idealnya singgah di beberapa titik wisata potensial. Hal ini dapat meningkatkan tingkat kunjungan wisata. Untuk tahap awal, perjalanan Macyto bisa difokuskan dengan tema wisata sejarah kota. Misalnya ke kawasan yang banyak bangunan lama dari masa Kolonial seperti di komplek Jalan Ijen, Jalan Basuki Rachmad, Alun-alun Merdeka, dan di kawasan Kelurahan Klojen.
”Lokasi-lokasi tersebut perlu didukung penambahan fasilitas seperti pencantuman nama jalan di masa Kolonial Belanda. Dengan begitu, wisatawan memahami sejarah kawasan tersebut,” jelas Anshori. Wisata sejarah ini juga bisa digabungkan dengan wisata belanja. Dari pusat wisata sejarah, rute Macyto diarahkan ke sentra oleh-oleh seperti pusat kerajinan keripik tempe Sanan atau di pusat kerajinan Keramik Dinoyo dan pusat kerajinan gerabah Betek di Jalan Mayjen Panjaitan.
Selain wisata sejarah dan wisata belanja, lanjut Anshori, Kota Malang juga membutuhkan agenda wisata berskala nasional bahkan internasional yang dapat menyedot kehadiran wisatawan. Misalnya acara seni, budaya, konser musik, maupun kegiatan olah raga. ”Yang tak kalah penting adalah pengetatan seleksi wisatawan yang bisa menumpang Bus Macyto supaya tepat sasaran. Kalau perlu, ada penjadwalan khusus, kapan untuk wisatawan dan kapan untuk masyarakat. Jangan dicampur,” tegasnya.
Salah Satu Unggulan
Kehadiran Macyto seolah menjadi harapan baru pengembangan industri wisata berikut aneka produk dan jasa unggulan Kota Malang yang menjadi pendukungnya. Meski masih dalam tahap uji coba dan baru beroperasi empat bulan, keberadaannya mampu menjadi magnet baru bagi wisatawan mancanegara maupun domestik.
Selain pengemudi dan asisten pengemudi, para penumpang juga ditemani pemandu wisata dari Himpunan Pramuwisata Malang. Mereka menjelaskan informasi menarik di balik beragam lokasi yang dilintasi sepanjang perjalanan. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang Ida Ayu Wahyuni mengatakan, Macyto dengan pelayanan prima dan cuma-cuma diarahkan untuk menghadirkan kenangan indah Kota Malang kepada wisatawan.
Karena itu, dalam waktu dekat Macyto akan berhenti di beberapa lokasi yang menarik bagi wisatawan. Misalnya di sentra oleholeh, titik wisata kuliner populer, dan pusat produk unggulan lainnya. Saat ini, Macyto hanya berhenti di satu titik yaitu di Taman Krida Budaya Jawa Timur (TKBJT) di Jalan Soekarno- Hatta. Beberapa titik pemberhentian Macyto yang sudah diujicoba antara lain adalah kawasan Jalan Ijen, Jalan Basuki Rachmad, Alun-alun Merdeka, dan Museum Mpu Purwa sebagai pusat wisata sejarah.
Selain itu, akan dikembangkan juga pemberhentian di pusat kerajinan keripik tempe di Sanan, pusat kerajinan keramik di Dinoyo, dan pusat kerajinan gerabah di Jalan Mayjen Panjaitan.
yuswantoro
(ars)