Robot Canggih ala Film Telah Hadir
A
A
A
Para peneliti telah mengembangkan robot yang belajar hidup dengan bagian komponen yang rusak dalam waktu kurang dari satu semenit.
Waktu yang dibutuhkan robot mirip laba-laba ini untuk beradaptasi lebih cepat dibandingkan sistem self-learning yang umum dimiliki robot serupa yang biasanya membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyesuaikan diri. Sistem ini jelas membuka jalan bagi robot-robot masa depan untuk digunakan dalam berbagai kondisi, mengatasi kerusakan yang mereka alami di dunia nyata.
Dengan kemampuan adaptasi itu, robot-robot ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk robot perawat orang lanjut usia, penyelamat korban gempa bumi, atau melaksanakan pekerjaan rumah tangga. Detail tentang penemuan baru ini telah diterbitkan di jurnal Nature . Publik selama ini kagum dengan robot-robot yang ada di berbagai film. Beberapa robot di film itu berupaya membumihanguskan umat manusia, seperti Ultron dalam film Avengers terbaru.
Robot lain seperti C-3PO dalam film Star Wars yang membantu manusia meski kadang sedikit menjengkelkan. Meski demikian, mereka semua masih rekaan sains fiksi. Di dunia nyata robot yang mengalami sedikit kerusakan tidak mampu beradaptasi dan biasanya langsung berhenti beroperasi secara total. Sebagai upaya menciptakan robot seperti dalam film ke dunia nyata, para peneliti asal Prancis dan Amerika Serikat (AS) telah mengembangkan algoritma pembelajar yang memungkinkan robot beradaptasi sangat cepat saat mereka mengalami kerusakan.
Robot-robot di pabrik dan laboratorium biasanya memiliki prosedur operasional yang ketat, sehingga jika satu komponen rusak, biasanya langsung diganti dengan yang masih bagus agar robot itu mampu melakukan tugasnya. Itu berbeda dengan sistem selflearning (pembelajar mandiri) yang diprogram untuk mencari cara-cara alternatif melanjutkan tugasnya.
Sayangnya, hingga saat ini sebagian besar proses sistem self-learning terlalu lambat karena mereka berupaya mencoba miliaran kemungkinan. Dengan menggunakan software yang menyaring berbagai strategi yang tidak efektif, sistem baru mampu mempercepat proses adaptasi tersebut. Tim peneliti menunjukkan sistem baru itu melalui robot mirip laba-laba dengan enam kaki. Robot ini menemukan cara baru berjalan melintasi lantai dengan salah satu kaki yang rusak.
Para peneliti juga menemukan lengan robot yang dapat beradaptasi dengan kerusakan yang terjadi dan belajar cara baru untuk menjatuhkan bola dalam ember. Kedua robot itu menunjukkan mereka dapat mempelajari strategi baru untuk menyelesaikan tugas mereka dalam waktu kurang dari semenit. Sistem self-learning biasanya membutuhkan waktu berhari-hari hingga mereka mampu menemukan solusi terbaik atas kerusakan yang dialami.
Dr Jeff Clune dari Universitas Wyoming menjelaskan, perkembangan ini menunjukkan langkah penting pertama menuju robot yang dapat beroperasi independen, tanpa harus dikontrol ketat di laboratorium atau pabrik.
”Memiliki jenis robot pintar yang Anda lihat di film-film itu semakin dekat dengan kenyataan dibandingkan yang disadari manusia. Algoritma kami, secara prinsip berfungsi untuk semua jenis robot, tidak peduli seberapa rumit robot itu,” ungkapnya kepada BBC News . ”Jika siapa pun dapat membuat C- 3PO beroperasi, algoritma kami dapat membantunya mengatasi berbagai situasi dan kerusakan yang terjadi,” ujar Clune.
Sampel Strategi
Sistem baru itu menggunakan simulasi komputer untuk menyaring semua kemungkinan solusi yang tidak akan berjalan baik. Sistem kemudian mengumpulkan salah satu solusi yang efektif dan berbeda dari tiap solusi, sehingga robot tidak membuang waktu untuk menguji strategi yang mirip. Selanjutnya, robot mencoba apakah simulasi yang diprediksi akan menjadi solusi terbaik. Jika itu gagal, robot akan mencoba sesuatu yang sama sekali berbeda.
Robot melakukan itu hingga menemukan strategi paling baik. ”Riset ini berupaya menciptakan robot yang paling kuat, mampu beradaptasi dan murah untuk perawatan dibandingkan mesin-mesin yang ada sekarang,” tutur penulis senior Jean- Baptiste Mouret, dari Pierre and Marie Curie University di Paris.
”Jika Anda memiliki robot di rumah Anda, mereka mungkin akan mahal dan Anda tidak ingin mereka berhenti bekerja jika ada komponen kecil yang rusak. Robot-robot digunakan di pabrik karena mereka berada di lingkungan terkontrol dan tidak ada kemungkinan buruk yang terjadi pada mereka. Kita ingin menempatkan robot- robot ini di luar pabrik untuk membantu dunia luar, di mana apa pun dapat terjadi,” ungkap Mauret.
Seiring kemajuan terbaru di bidang intelijensi buatan, seperti sistem selflearning yang dikembangkan Google’s DeepMind Technologies, penemuan ini dapat membuka peluang penggunaan baru untuk robot-robot di dunia nyata. ”Berbagai hal (di DeepMind) bekerja secara luar biasa. Bersama, kami akan semakin mendekatkan masa depan di mana robot-robot membantu manusia,” tutur Dr Clune.
”Kita harus mengirim robot-robot ke Fukushima daripada meminta relawan manusia untuk menghadapi radiasi nuklir mematikan. Robot-robot harus dikerahkan untuk memadamkan kebakaran hutan sehingga kita tidak perlu membahayakan nyawa manusia dan mereka harus digunakan untuk membantu kita di rumah kita,” kata Dr Clune.
Pembantu di Rumah
Berbagai ide untuk robot rumah tangga ialah mesin untuk mencuci, membersihkan, atau untuk mencuci piring. Sebagian besar pengembangan sistem itu dilakukan oleh Antoine Cully, kandidat PhD yang bekerja bersama Dr Mauret. Dia menjelaskan, salah satu motivasi utamanya ialah membantu mereka yang sakit atau lemah fisiknya. ”Saya harap kita dapat memiliki robot-robot yang membantu orang lanjut usia,” papar Cully.
Dr Clune yakin teknologi ini dapat diterapkan di berbagai bidang dan keperluan. Dia baru-baru ini menjadi seorang ayah dan bayinya selalu membuat dia terbangun pada dini hari. Dia pun berpikir menggunakan sistem baru untuk menciptakan robot yang dapat menenangkan bayi yang sedang menangis.
”Kebutuhan itu ibunya penemuan, sehingga mungkin itu akan menjadi penemuan saya selanjutnya,” candanya. Meski demikian, candanya itu tidak sepenuhnya bergurau.
Syarifudin
Waktu yang dibutuhkan robot mirip laba-laba ini untuk beradaptasi lebih cepat dibandingkan sistem self-learning yang umum dimiliki robot serupa yang biasanya membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyesuaikan diri. Sistem ini jelas membuka jalan bagi robot-robot masa depan untuk digunakan dalam berbagai kondisi, mengatasi kerusakan yang mereka alami di dunia nyata.
Dengan kemampuan adaptasi itu, robot-robot ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk robot perawat orang lanjut usia, penyelamat korban gempa bumi, atau melaksanakan pekerjaan rumah tangga. Detail tentang penemuan baru ini telah diterbitkan di jurnal Nature . Publik selama ini kagum dengan robot-robot yang ada di berbagai film. Beberapa robot di film itu berupaya membumihanguskan umat manusia, seperti Ultron dalam film Avengers terbaru.
Robot lain seperti C-3PO dalam film Star Wars yang membantu manusia meski kadang sedikit menjengkelkan. Meski demikian, mereka semua masih rekaan sains fiksi. Di dunia nyata robot yang mengalami sedikit kerusakan tidak mampu beradaptasi dan biasanya langsung berhenti beroperasi secara total. Sebagai upaya menciptakan robot seperti dalam film ke dunia nyata, para peneliti asal Prancis dan Amerika Serikat (AS) telah mengembangkan algoritma pembelajar yang memungkinkan robot beradaptasi sangat cepat saat mereka mengalami kerusakan.
Robot-robot di pabrik dan laboratorium biasanya memiliki prosedur operasional yang ketat, sehingga jika satu komponen rusak, biasanya langsung diganti dengan yang masih bagus agar robot itu mampu melakukan tugasnya. Itu berbeda dengan sistem selflearning (pembelajar mandiri) yang diprogram untuk mencari cara-cara alternatif melanjutkan tugasnya.
Sayangnya, hingga saat ini sebagian besar proses sistem self-learning terlalu lambat karena mereka berupaya mencoba miliaran kemungkinan. Dengan menggunakan software yang menyaring berbagai strategi yang tidak efektif, sistem baru mampu mempercepat proses adaptasi tersebut. Tim peneliti menunjukkan sistem baru itu melalui robot mirip laba-laba dengan enam kaki. Robot ini menemukan cara baru berjalan melintasi lantai dengan salah satu kaki yang rusak.
Para peneliti juga menemukan lengan robot yang dapat beradaptasi dengan kerusakan yang terjadi dan belajar cara baru untuk menjatuhkan bola dalam ember. Kedua robot itu menunjukkan mereka dapat mempelajari strategi baru untuk menyelesaikan tugas mereka dalam waktu kurang dari semenit. Sistem self-learning biasanya membutuhkan waktu berhari-hari hingga mereka mampu menemukan solusi terbaik atas kerusakan yang dialami.
Dr Jeff Clune dari Universitas Wyoming menjelaskan, perkembangan ini menunjukkan langkah penting pertama menuju robot yang dapat beroperasi independen, tanpa harus dikontrol ketat di laboratorium atau pabrik.
”Memiliki jenis robot pintar yang Anda lihat di film-film itu semakin dekat dengan kenyataan dibandingkan yang disadari manusia. Algoritma kami, secara prinsip berfungsi untuk semua jenis robot, tidak peduli seberapa rumit robot itu,” ungkapnya kepada BBC News . ”Jika siapa pun dapat membuat C- 3PO beroperasi, algoritma kami dapat membantunya mengatasi berbagai situasi dan kerusakan yang terjadi,” ujar Clune.
Sampel Strategi
Sistem baru itu menggunakan simulasi komputer untuk menyaring semua kemungkinan solusi yang tidak akan berjalan baik. Sistem kemudian mengumpulkan salah satu solusi yang efektif dan berbeda dari tiap solusi, sehingga robot tidak membuang waktu untuk menguji strategi yang mirip. Selanjutnya, robot mencoba apakah simulasi yang diprediksi akan menjadi solusi terbaik. Jika itu gagal, robot akan mencoba sesuatu yang sama sekali berbeda.
Robot melakukan itu hingga menemukan strategi paling baik. ”Riset ini berupaya menciptakan robot yang paling kuat, mampu beradaptasi dan murah untuk perawatan dibandingkan mesin-mesin yang ada sekarang,” tutur penulis senior Jean- Baptiste Mouret, dari Pierre and Marie Curie University di Paris.
”Jika Anda memiliki robot di rumah Anda, mereka mungkin akan mahal dan Anda tidak ingin mereka berhenti bekerja jika ada komponen kecil yang rusak. Robot-robot digunakan di pabrik karena mereka berada di lingkungan terkontrol dan tidak ada kemungkinan buruk yang terjadi pada mereka. Kita ingin menempatkan robot- robot ini di luar pabrik untuk membantu dunia luar, di mana apa pun dapat terjadi,” ungkap Mauret.
Seiring kemajuan terbaru di bidang intelijensi buatan, seperti sistem selflearning yang dikembangkan Google’s DeepMind Technologies, penemuan ini dapat membuka peluang penggunaan baru untuk robot-robot di dunia nyata. ”Berbagai hal (di DeepMind) bekerja secara luar biasa. Bersama, kami akan semakin mendekatkan masa depan di mana robot-robot membantu manusia,” tutur Dr Clune.
”Kita harus mengirim robot-robot ke Fukushima daripada meminta relawan manusia untuk menghadapi radiasi nuklir mematikan. Robot-robot harus dikerahkan untuk memadamkan kebakaran hutan sehingga kita tidak perlu membahayakan nyawa manusia dan mereka harus digunakan untuk membantu kita di rumah kita,” kata Dr Clune.
Pembantu di Rumah
Berbagai ide untuk robot rumah tangga ialah mesin untuk mencuci, membersihkan, atau untuk mencuci piring. Sebagian besar pengembangan sistem itu dilakukan oleh Antoine Cully, kandidat PhD yang bekerja bersama Dr Mauret. Dia menjelaskan, salah satu motivasi utamanya ialah membantu mereka yang sakit atau lemah fisiknya. ”Saya harap kita dapat memiliki robot-robot yang membantu orang lanjut usia,” papar Cully.
Dr Clune yakin teknologi ini dapat diterapkan di berbagai bidang dan keperluan. Dia baru-baru ini menjadi seorang ayah dan bayinya selalu membuat dia terbangun pada dini hari. Dia pun berpikir menggunakan sistem baru untuk menciptakan robot yang dapat menenangkan bayi yang sedang menangis.
”Kebutuhan itu ibunya penemuan, sehingga mungkin itu akan menjadi penemuan saya selanjutnya,” candanya. Meski demikian, candanya itu tidak sepenuhnya bergurau.
Syarifudin
(ars)