Menimba Ilmu di Perpurseru

Minggu, 24 Mei 2015 - 12:10 WIB
Menimba Ilmu di Perpurseru
Menimba Ilmu di Perpurseru
A A A
Perpuseru (Perpustakaan Seru)-program Coca Cola Foudation-sukses mengubah image masyarakat. Perpustakaan kini tidak lagi dianggap sebagai tempat yang membosankan, tapi mengasyikan. Lebih dari itu, perpustakaan menjadi sumber ilmu yang mendatangkan berkah bagai masyarakat bawah.

Simak, misalnya, kisah Suparno -petani asal Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta-yang aktif di program Perpuseru. Dengan aktif di program Perpuseru, Suparno berhasil membudidayakan ketimun dengan jumlah banyak dalam waktu yang singkat. Selain menghemat biaya bibit dan perawatannya, ia juga berhasil menghemat waktu dan tenaga.

Ilmu mengenai pembudidayaan ketimun ia dapatkan melalui buku-buku yang ia baca serta pendampingan yang dilakukan oleh Perpuseru. “Saya baru tahu jika ternyata petani itu sebenarnya bisa bekerja lebih santai namun bisa menghasilkan uang lebih. Ilmunya saya dapatkan dari perpustakaan,” ujarnya.

Selain sibuk menggarap lahan pertaniannya, Suparno juga aktif sebagai pustakawan dan mengurus perpustakaan yang didirikan Perpuseru di tengah-tengah lahan pertanian. Selain aktif mengurus perpustakaan dan bertani, Suparno aktif menyebarluaskan ilmu yang ia miliki kepada sesama petani. Banyak juga petani yang ia ajak untuk ikut bergabung ke dalam program Perpuseru.

Hal serupa juga dialami oleh pemuda asal Sragen, Wahyu Widodo. Setelah tamat SMA, Wahyu yang merupakan anak petani tak dapat melanjutkan kuliah, keinginannya untuk membuka usaha sendiri pun tak dapat diwujudkan karena ketiadaan biaya. Namun, setelah Wahyu aktif mengikuti program Perpuseru, Wahyu mendapatkan pengalaman baru bagaimana berselancar pada internet.

Ia kemudian melihat bahwa bisnis jahe merah bisa menjadi prospek menarik untuk ke depannya. Akhirnya, bermodalkan internet, Wahyu mencari informasi bagaimana cara membudidayakan jahe merah secara efektif. Dengan bermodalkan Rp50.000, Wahyu membeli bibit jahe merah dan membudidayakannya. Setelah menuai hasil, Wahyu kemudian memasarkan jahe merah tersebut di internet. Selang dua jam pelanggan bermunculan satu per satu memesan jahe merahnya.

Dari hasil itulah kemudian Wahyu terus menekuni profesinya sebagai petani sekaligus pengusaha muda. Kini jahe merah Wahyu dipasarkan hingga ke Jambi. Ia juga tak segan mengajak teman-teman sebayanya untuk ikut aktif ke dalam program Perpuseru. Baginya, perpustakaan yang dulu sewaktu SMA dianggap sebagai tempat yang membosankan, kini merupakan tempat yang mengasyikan.

Ia pun berpesan kepada pemuda Indonesia untuk terus berkarya dan tidak menaruh stigma perpustakaan sebagai tempat yang kuno. Baginya, perpustakaan merupakan tempat yang nyaman dan cocok untuk jiwa muda yang menyukai tantangan. “Saya ingin berpesan kepada pemuda-pemuda Indonesia agar tidak mengesampingkan perpustakaan. Selain gudangnya ilmu, perpustakaan juga tempat yang keren,” ujarnya.

Direktur Pelaksana Coca Cola Foundation Titie Sadarini-dalam jumpa pers, Kamis (21/5), di Balimengatakan perpustakaan merupakan sarana yang tepat dalam upaya mendorong dan mengembangkan potensi masyarakat yang tidak memiliki akses pendidikan. Meski umumnya membaca tidaklah menjadi kultur di Indonesia, program Perpuseru menawarkan hal berbeda yang dapat mengubah persepsi tentang membaca dan perpustakaan yang cenderung dianggap tidak mengasyikan.

Terlebih, kebutuhan hidup kerap kali membuat masyarakat Indonesia tidak memiliki waktu untuk pergi ke perpustakaan. Karena itu, Perpuseru menawarkan hal berbeda yang merangsang masyarakat hingga mau datang dan aktif di perpustakaan. Misalnya saja, Titie mencontohkan, masyarakat diberikan advokasi perihal kebutuhan hidup mereka di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Mereka diberikan pendampingan khusus serta diajarkan bagaimana mengoperasikan internet untuk memudahkan kebutuhan hidup dalam mengakses informasi yang dibutuhkan. “Kami mencoba membuat perpustakaan tidaklah tempat yang membosankan sehingga masyarakat dari berbagai kalangan dapat ikut berpartisipasi dan merasakan manfaatnya,” ujarnya.

Saat ini Coca Cola Foudation telah memperluas cakupan programnya, yaitu dengan membangun 70 perpustakaan desa dan enam taman bacaan. Tujuan perluasan dan diadakannya program Perpuseru adalah untuk mengembangkan potensi perpustakaan di tingkat kabupaten maupun desa, sekaligus memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan pembangunan di daerah dengan mengembangkan potensi masyarakat baik di bidang pendidikan, kesehatan, maupun ekonomi.

Sementara, Direktur Program Perpuseru Erlyn Sulistyaningsih menilai, keberhasilan suatu perpustakaan harus bisa direplikasi. Dari hasil pengamatan Comon Impact Measurement (CIMS), beberapa perpustakaan mitra program terpilih seperti Bengkulu Utara, Tabalong (Kalimantan Selatan), Jepara (Jawa Tengah), Gunung Kidul (Yogyakarta), Bojonegoro, Pamekasan (Jawa Timur), dan Lombok Tengah dan Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat), terlihat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.

Hal tersebut merupakan indikasi suksesnya peran perpustakaan dalam pencapaian dan pembangunan dengan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Semangat keberhasilan tersebut pun ditularkan kepada masyarakat lainnya karena telah melihat contoh kesuksesan dari masyarakat yang aktif di perpustakaan.

“Nilai positif harus ditiru, keberhasilan masyarakat yang telah memetik hasil dari adanya program Perpuseru ini harus disebarluaskan semangatnya,” ujarnya. Selain meningkatkan kualitas hidup masyarakat di bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, minat baca masyarakat yang tersentuh dengan program Perpuseru semakin tinggi. Kebutuhan terhadap informasi untuk kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi juga semakin meningkat.

Imas damayanti
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1590 seconds (0.1#10.140)