Inspirasi di Hunian Klasik

Minggu, 24 Mei 2015 - 12:09 WIB
Inspirasi di Hunian Klasik
Inspirasi di Hunian Klasik
A A A
Rumah bagi make-up artist ternama Indonesia, Gusnaldi Hilmy Maximus, merupakan atap untuk beristirahat. Total beristirahat, dengan melepaskan segala embel-embel yang menempel. Melupakan sejenak segala hal yang berbau pekerjaan.

Gusnaldi bahkan kerap mematikan ponselnya saat berada di rumah. “Rumah itu surga saya. Stop melakukan pekerjaan, stop bersosialisasi dengan dunia luar. Jadi, rumah sebagai tempat rileksasi diri betul-betul terasa,” kata peraih The Best Make-Up Artist dari Presiden Abdurrahman Wahid (2000) itu kepada KORAN SINDO beberapa waktu lalu.

Bagi Gusnaldi, rumah merupakan salah satu bentuk hasil jerih payah ia selama ini. Tak hanya beristirahat, ia juga memiliki cara tersendiri dalam menikmati rumah. Menurutnya, banyak orang yang bisa membangun rumah gedong bak istana, tapi belum tentu bisa menikmatinya. “Nyapu, ngepel, beresi bedcover merupakan cara saya menikmati rumah. Karena ini rumah saya, saya pula yang harus merawatnya,” ucap pria yang tahun lalu merilis buku make-up ketujuhnya yang berjudul “The Masterpiece Make-Up of Gusnaldi”.

Pria berdarah Minang ini memang hobi beberes rumah dan ngutak-ngutik tata letak furnitur. Perubahan tata letak itu diyakininya dapat menciptakan suasana yang lebih baru. Penyegaran agar tidak monoton. Bagi Gusnaldi, suasana dan nuansa dalam rumah sangat penting untuk membangun mood. Untuk itu, segala aspek dalam sebuah hunian harus diperhatikan benar, termasuk kebersihan, tata letak, dan desain interiornya.

Dari segala aspek tersebut, hal terpenting bagi Gusnaldi adalah kenyamanan. Untuk rumah, ia lebih menyukai keheningan. Rumah yang bukan berada di jalan utama. Gusnaldi pun mendesain rumahnya agar bisa menenangkan, baik secara pandangan maupun rasa. “Kenyamanan dan ketenangan tersebut menginspirasi saya dalam berbagai hal,” ucapnya. Dalam kesunyian dan kesendirian, biasanya Gusnaldi malah mendapatkan banyak inspirasi.

Balkon di lantai atas menjadi tempat ia menggali inspirasi. Inspirasi itu kemudian ia tuangkan ke dalam tulisan. Maklum, selain populer sebagai make-up artist profesional, Gusnaldi juga dikenal sebagai penulis. The Power of Make-Up, Celebrity Zoom Make-Up , Pria Terakhir, dan Duniaku Tanpa Huruf R merupakan segelintir karya tulisnya.

Lantas, di mana tempat paling nyaman bagi pria kelahiran Bukittinggi, 39 tahun silam ini? Kamar tidur dengan kasur besar menjadi spot yang paling membuat Gusnaldi nyaman saat berada di rumah. Ditambah dengan pencahayaan kuning, menciptakan nuansa yang comfy sekaligus homey. “Rumah harus dibuat sehomey mungkin sehingga bukan hanya penghuni yang merasa betah, tapi para tamu yang datang juga.

Membuat orang lain ingin kembali ke rumah kita kan susah,” ucap pria yang pernah merias wajah aktris Hollywood, Kimora Lee Simmons, itu. Kenyamanan dan ketenangan juga kerap Gusnaldi rasakan saat pulang kampung. Menanam padi dan membajak sawah, begitu cara dia menerjemahkan makna merasakan hidup yang sesungguhnya.

“Mungkin banyak yang mengira gaya hidup saya glamor karena melihat latar belakang profesi saya. Tapi, inilah saya yang sebenarnya. Saya membatasi kehidupan untuk tak melulu memikirkan pekerjaan,” tutur Gusnaldi. Jika sedang ingin beristirahat dan tetap memiliki ruang untuk menuangkan inspirasi, Gusnaldi memilih untuk berada di kantornya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Namanya boleh kantor, tapi tampilan fisik dan suasana yang terbangun layaknya hunian. Karena itu, ia tidak merasa kehilangan nuansa dan unsur sebuah hunian. “Di mana pun yang penting senang,” begitu ujarnya. “Saya tidak menargetkan harus pulang. Jika masih ada yang harus dikerjakan, saya bermalam di kantor,” lanjut ayah dari Raffie itu.

Guna menciptakan suasana yang bisa menjadi sumber inspirasi, Gusnaldi mengonsep gaya klasik pada bangunan serbaputih tersebut. Mulai dari fasad hingga elemen interior, semua serbaputih. Warna dasar seperti putih memang menjadi salah satu ciri gaya klasik. Selain itu, Gusnaldi juga berpendapat bahwa putih tidak membuat mata lelah dan tak bosan dilihat. “Enggak ada matinya.

Warna paling juara,” ujarnya. Desain klasik, lanjut Gusnaldi, dapat menstimulasi dirinya untuk berpikiran jauh ke depan dan panjang. Kesan klasik tersirat jelas di bangunan bertingkat tersebut. Perpaduan warna putih dengan furnitur berwarna natural semakin mencerminkan konsep yang diusung. Lampu-lampu kristal yang menggantung pun mempercantik tampilan setiap ruang yang ada.

Dina Angelina
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6766 seconds (0.1#10.140)