Tidak Malu Berstatus Jomblo

Sabtu, 23 Mei 2015 - 11:17 WIB
Tidak Malu Berstatus Jomblo
Tidak Malu Berstatus Jomblo
A A A
SERING diledek teman dan malu karena tidak punya pasangan? Sedih karena harus datang ke pesta tanpa gandengan? Atau jangan-jangan tidak semangat wisuda karena tidak punya pendamping? Jangan khawatir, status jomblo tidak perlu dijadikan momok menakutkan.

Asal-usul lahirnya istilah jomblosebenarnya tidak diketahui secara jelas dan pasti. Konon banyak yang mengatakan jombloberasal dari kata dasar jomlodalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang memiliki arti “seorang gadis tua”. Duh, mengerikan ya. Seiring waktu, istilah jomblotidak hanya diperuntukkan untuk wanita, juga lelaki yang belum memiliki pasangan.

Psikolog Pingkan Rumondor menilai jomblo memiliki konotasi yang negatif. “Istilah seperti jonesatau jomblo ngenesmengindikasikan bahwa seseorang yang sudah cukup umur tapi belum memiliki pasangan atau tidak laku,” ujar Pingkan. Namun, dia menyebut bahwa sebenarnya saat ini sudah banyak ungkapan yang menggambarkan kegembiraan seorang jomblo.

Misalnya jojobaatau jomblo-jomblobahagia. “Kata jombloitu sendiri netral, bisa dimaknai secara berbeda oleh setiap orang,” imbuhnya. Karena keingintahuan lebih lanjut mengenai fenomena jomblo, GEN SINDO melakukan survei terhadap 50 mahasiswa dengan rentang usia 18-22 tahun dari beberapa kampus berbeda. Hasilnya, 96% responden berani dan tidak malu mengakui bahwa mereka adalah seorang jomblo.Luar biasa!

Jadi, enggak ada tuh istilah kalau jombloitu enggak pede. Lalu, apa sebenarnya alasan mereka tetap jomblo? Hmm, banyak ternyata. Sebanyak 78% mahasiswa yang berstatus jomblomenyebut mereka merasa belum mendapatkan pasangan yang cocok. Kemudian 14% beralasan masih kapok dan trauma dengan pengalaman pahit saat memiliki pasangan.

Lalu, 7% di antaranya mengaku masih ingin fokus dalam studi. Sudah sebulan menjomblo? Tenang saja enggak usah takut. Karena ternyata rata-rata mahasiswa yang disurvei GEN SINDO mengatakan bahwa sebagian besar dari mereka telah menjomblo selama 2 tahun.

Lama juga ya. Namun, mereka tetap enjoyloh. Itu karena 74% responden memilih untuk tetap menikmati masa-masa jomblo. Hanya 26% yang menginginkan memiliki pasangan. Para jomblodalam survei ini ternyata lebih suka menggunakan waktunya dengan memaksimalkan me time.

Untuk para cewek, akan pergi ke salon, jalan-jalan seorang diri, menonton drama Korea, menonton konser, membaca novel, dan melakukan hobi lain yang mengasyikkan. Sementara bagi para cowok lebih memilih untuk fokus dengan pergaulan dan menikmati masa jomblodengan sekadar main gamehingga bosan atau memilih bermain futsal bersama teman-teman.

Dipandang Negatif

Jadi jombloitu negatif belakangan ini seolah menjadi standar sosial yang dijadikan patokan oleh sebagian besar remaja dan individu dewasa. Misalnya jokeberupa memeyang mengesankan bahwa jombloadalah menyedihkan, kesepian, mengenaskan, dan masih banyak lagi Padahal, orang yang singlejustru merasa bahagia.

“Kalau jomblo memang sepi, tapi bebas, enak, tidak terikat sama pasangan,” tutur Nungky Wardhani, mahasiswi Universitas Padjadjaran. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil bahkan mendedikasikan taman untuk para jomblo. Taman Jomblo, berkonsep unik dengan menyediakan tempat duduk berbentuk balok-balok yang hanya disediakan dalam bentuk tunggal. ”Kualitas hidup seorang jomblo ditentukan oleh persepsinya sendiri tentang makna jombloitusendiri,” ujar Nungky.

Wajar Jadi Jomblo

Menjadi seorang jomblo adalah sesuatu yang wajar. “Remaja perlu melihat kembali arti jomblo, bukan berarti jomblomemiliki makna bahwa seseorang tidak laku atau menyedihkan,” kata Pingkan. Menurut dia, masa lajang atau jomblo merupakan sebuah kesempatan untuk mengeksplorasi diri dan mengembangkan identitasnya. Setiap remaja dan individu dalam masa dewasa awal harus mampu mengeksplorasi percintaannya dengan baik.

“Dalam percintaan, adakalanya remaja akan mengalami putus cinta dan berada dalam periode lajang atau jomblo. Putus cinta dan menjadi lajang kembali adalah wajar,” sebutnya.

Khuswatun Hasanah
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2651 seconds (0.1#10.140)