Beras Sintetis Sudah Beredar Luas

Sabtu, 23 Mei 2015 - 11:13 WIB
Beras Sintetis Sudah...
Beras Sintetis Sudah Beredar Luas
A A A
GUNUNGKIDUL - Peredaran beras sintetis diduga tidak hanya di Kota Bekasi, tetapi juga sudah meluas di sejumlah daerah di Tanah Air. Kemarin warga di Gunungkidul, Yogyakarta dan Kota Jayapura, Papua melaporkan temuan beras yang diduga sintetis.

Kecurigaan adanya beredarnya beras sintetis di Gunungkidul, tepatnya di Dusun Duwet, Desa Karangwuni, Kecamatan Rongkop, bermula saat warga bernama Murdiyah menemui kejanggalan beras yang mereka konsumsi terlalu lengket dan mudah mengeras. Beras yang dibeli dari toko kelontong di wilayah Kerdonmiri, Rongkop berbeda dengan beras yang biasa dia beli.

Murdiyah pun semakin curiga setelah bersama sang suami, Sunarmo, melihat tayangan televisi tentang adanya peredaran beras sintetis. Karena itu, Sunarmo kemudian mencoba membakar beras tersebut.

Hasilnya, beras tersebut menjadi lengket seperti plastik. Berbeda dengan beras yang asli, saat dibakar hanya menghitam namun tidak lengket keras. ”Kalau tidak percaya ini saya tunjukkan, saya saja kaget, karena beras yang saya beli ternyata menjadi lengket mengeras. Namun yang beras hasil panen tidak,” ujar Sunarmo.

Beberapa petugas dari Polsek Rongkop serta Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Energi dan Sumber Daya Mineral (Disperindagkop ESDM) Gunungkidul merespons temuan tersebut dengan langsung mendatangi rumah Sunarmo. ”Kita bawa sampel beras ini untuk dikaji lebih lanjut,” kata Kapolsek Rongkop AKP Sunarto.

Seusai melakukan pemeriksaan, rombongan Polsek beserta Disperindagkop ESDM juga mendatangi dua toko kelontong yang diduga menjual beras sintetis tersebut. Namun demikian, pihak Disperindagkop ESDM belum bisa memastikan mengenai benar tidaknya beras yang beredar merupakan beras sintetis.

Kepala Seksi Distribusi dan Perlindungan Konsumen Disperindagkop ESDM, Gunungkidul Supriyadi mengaku masih melakukan penelitian untuk memastikan kebenaran beras tersebut. ”Memang beras ini dari Pati, Jawa Tengah, bukan dari Delanggu seperti biasanya. Namun untuk memastikan, butuh penelitian lebih lanjut di laboratorium Dinas Kesehatan,” katanya.

Laporan peredaran beras sintetis juga disampaikan sejumlah warga di Kota Jayapura, Papua. Yves Papare, warga Perumnas II, Kelurahan Yabansai, Distrik Heram, Kota Jayapura, misalnya, mengaku pernah membeli satu kilogram beras di kios dekat tempat tinggalnya pada Selasa (19/5) sore.

Ketika dimasak untuk santapan malam kurang lebih sejam, beras yang dibeli itu tidak juga menjadi nasi, tetapi hanya berbentuk setengah matang. ”Sehingga saya katakan kepada istri untuk menyimpannya, dan besok dimasak jadi bubur saja. Tapi keesokannya, saat dimasak dari pukul 11.00- 14.00 WIT, tidak juga menjadi bubur seperti pada umumnya, nasi kalau dimasak ulang pasti akan hancur dan menjadi bubur,” katanya.

Yves pun mengakui sempat memakannya, namun rasanya berbeda jauh dari nasi pada umumnya. Rasanya beda, terasa penuh namun bukan kenyang. Bahkan, istrinya sempat mengeluhkan sakit perut. Milka Papuko, 69, tetangga Yves Papare, juga mengeluhkan hal yang sama.

Dia mengaku bulan lalu membeli beras di pasar dengan kemasan ‘beras Bulog 50 kilogram, seperti beras yang diperuntukkan untuk PNS. Beras yang dibelinya tersebut terlihat bening, bersih, dan tidak ada kotorannya. Setelah dimasak, berasnya ternyata tidak bisa menjadi nasi.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Jayapura Robert Lukas Nadap Awi membenarkan bahwa ada laporan warga mengenai penemuan beras yang diduga demikian. ”Sementara ini kami belum bisa pastikan apakah itu beras plastik atau sintetis atau bukan, sehingga kami tidak bisa membuat pernyataan bahwa beras plastik sudah beredar di Kota Jayapura, kami masih menunggu hasilnya dari BPOM,” katanya.

Kepala Bulog Divisi Regional (Divre) Papua Arif Mandu yang dikonfirmasi memastikan bahwa beras yang didatangkannya aman. Sebaliknya, dia mengatakan bahwa yang harus diwaspadai adalah beras yang berasal dari negara lain. ”Tapi yang jelas kalau beras Bulog tidak ada, nanti bisa dicek, karena memang itu ditengarai beras berasal dari Tiongkok, dan ini yang perlu diwaspadai, masuknya beras dari luar yang tidak teridentifikasi,” tuturnya.

Merespons beredarnya beras sintetis, kemarin Komisi XI DPR RI langsung melakukan sidak ke Kantor Pelayanan Umum (KPU) Bea Cukai Tanjung Priok, Jakarta Utara. Wakil Ketua Komisi XI DPR Jon Erizal menerangkan, sebagai gerbang masuk importir terbesar dalam peredaran barang di Indonesia, bukan tidak mungkin masuknya beras plastik yang berasal dari China sempat transit di Pelabuhan Tanjung Priok hingga akhirnya menyebar ke seantero Nusantara.

”Banyak yang bertanya kepada kami, kenapa beras plastik bisa masuk. Karena itu, kami datangi Bea Cukai. Menurut mereka (Bea Cukai Priok), untuk importasi beras plastik, bukan dari China,” ungkap Jon, Kamis sore (21/5) lalu. Komisi XI DPR belum puas dengan penjelasan Bea Cukai karena baru sebatas berasumsi tanpa bukti konkret. ”Artinya jangan sampai mereka (Bea Cukai Priok) bilang bukan dari Priok, namun nanti malah dari Priok. Karena itu, harus dipastikan lagi,” jelas Jon.

Anggota Komisi XI dari Partai Nasdem Johnny G Plate tak menampik, mesti tidak ada impor beras plastik dari China maupun India, namun beras plastik juga bisa masuk melalui pelabuhan transit seperti dari Thailand, Vietnam, hingga Filipina.

Kepala KPU Bea Cukai Tanjung Priok Fajar Donny Cahyadi menjamin bahwa beras plastik sendiri tidak masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Alasannya, untuk proses importasi khususnya barang konsumsi, seperti beras, dibutuhkan beberapa tahapan izin, seperti adanya surveyor produsen, persetujuan impor, hingga batas waktunya.

Masih Menelusuri

Kepala Polri Jenderal Pol Badrodin Haiti mengatakan, pihaknya masih melakukan penelusuran terkait pelaku pembuat dan pengedar beras sintetis yang meresahkan masyarakat. ”Cara penelusurannya bisa keterangan dari pedagang, dari pedagang itu tentu bisa ditelusuri beras itu belinya dari mana,” kata Badrodin kemarin.

Menurut dia, pengungkapan beras sintetis perlu melibatkan kementerian atau lembaga lain, termasuk ahli untuk melakukan penelitian terhadap beras itu. Salah satunya, melakukan kerja sama dengan BPOM untuk menganalisis kandungan kimia dalam beras tersebut, termasuk efek atau tingkat bahayanya bagi kesehatan manusia.

Adapun Kepala BPOM Roy Sparingga menyatakan bahwa pihaknya sudah mendapatkan sampel dari Polres Bekasi pada 19 Mei 2015 malam. Sampel tersebut merupakan sampel penyidikan dari pihak kepolisian. ”Kami melakukan (uji lab) dengan sangat hati-hati, diperkirakan hari ini (Jumat 22/5) akan selesai. Nanti hasilnya akan kami sampaikan kepada Polri,” kata Roy.

Roy menambahkan, terkait dengan temuan tersebut, pihaknya telah melaporkan kepada WHO untuk menanyakan apakah ada laporan serupa dari negara-negara lainnya.

Yan yusuf/ Khoirul muzakki/ Suharjono/ant
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0697 seconds (0.1#10.140)