S&P Naikkan Outlook Peringkat Utang Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Lembaga pemeringkat Standard & Poor’s (S&P) mengumumkan kenaikan peringkat utang Indonesia dari level BB+ dengan outlook stable menjadi outlook positive .
Peningkatan outlook ini berpotensi meningkatkan peringkat utang Indonesia ke Investment Grade. Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, peningkatan outlook ini menandakan pengelolaan makroekonomi, baik kebijakan fiskal maupun moneter, berada pada jalur yang benar. ”Yang menjadi pertimbangan S&P adalah adanya perbaikan yang sifatnya efektif dan bisa diprediksi,” kata Bambang di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, kemarin.
Kebijakan fiskal yang dimaksud Bambang adalah perbaikan struktur anggaran, khususnya penciptaan ruang fiskal yang besar dengan menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM). Yang lainnya adalah meningkatkan cadangan devisa negara, dan membantu ketahanan perekonomian nasional terhadap eksternalitas global. Dia mengatakan, peningkatan outlook ini membuka peluang Indonesia mendapat peringkat Investment Grade dalam satu tahun ke depan.
Untuk menuju ke sana, kata Bambang, pemerintah berupaya menjaga konsistensi kebijakan terkait pengalihan subsidi BBM kepada belanja infrastruktur. ”Selain itu, langkah ke depan adalah memastikan APBN sehat dengan menjaga defisit fiskal supaya tetap kecil,” ucap dia.
Bambang menyatakan peningkatan outlook ini berefek pada peningkatan masuknya dana asing yang ditandai meningkatnya indeks harga saham gabungan (IHSG) dan memperkuat nilai tukar rupiah. Ketua LPEM Universitas Indonesia (UI) Kadek Dian Artha menilai, kenaikan outlook rating Indonesia oleh Standard & Poors dari stable menjadi positif didorong oleh perbaikan manajemen fiskal yang signifikan.
Manajemen fiskal yang semula lebih menitikberatkan subsidi berubah menjadi lebih banyak ke infrastruktur ini diapresiasi oleh Standard & Poors. ”Saya melihat faktor manajemen fiskal lebih banyak berkontribusi terhadap perubahan outlook rating oleh S&P,” jelas Kadek Dian di Jakarta kemarin.
Kadek mengatakan, beberapa terobosan yang dilakukan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro membuahkan hasil positif kenaikan outlook rating Indonesia tersebut. ”Saya lihat kinerja Menkeu Bambang Brodjonegoro patut diapresiasi. Cukup signifikan berkontribusi terhadap perbaikan rating ini,” kata dia. Menurut Kadek, perubahan anggaran pemerintah dari semula lebih besar ke subsidi menjadi ke infrastruktur dinilai S&P positif bagi struktur pengeluaran pemerintah.
Faktor lainnya adalah rendahnya rasio utang terhadap PDB. Ekonom Universitas Atmajaya Tony Prasetyantokojugamenilai hal yang sama. Menurut dia, perbaikan outlook rating salah satunya disebabkan ekspansi pemerintah di sektor fiskal. Penolakan S&P untuk menaikkan peringkat Indonesia sejak 2011 berhasil didobrak dengan langkah penyehatan fiskal oleh Bambang PS Brodjonegoro.
”Mereka beri apresiasi terhadap kebijakan pemerintah kita, melalui pengurangan anggaran subsidi dan memperbesar anggaran infrastruktur, sehingga punya ruang fiskal besar untuk ekspansi,” kata dia. Sementara itu, Ekonom Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra mengatakan, kenaikan outlook rating Indonesia akan berimplikasi pada kenaikan peringkat Indonesia dalam beberapa waktu mendatang.
Kondisi ini akan mendorong risiko investasi di Indonesia semakin membaik, baik investasi portofolio maupun investasi langsung. Dia menilai beberapa hal yang diminta oleh S&P sebagai persyaratan menaikkan peringkat telah dipenuhi pemerintah, seperti pemotongan subsidi BBM dan memperbesar anggaran untuk infrastruktur.
”Semuanya sudah dijalankan oleh pemerintah dan S&P yakin langkah reformasi akan terus berlanjut. Tapi saya surprise, karena tidak menyangka secepat ini kenaikan outlook rating-nya,” kata Aldian.
Dalam penjelasannya, S&P mengatakan bahwa kenaikan outlook didorong oleh perbaikan kebijakan manajemen fiskal dan moneter. ”Kami memperkirakan langkah ini bisa memperbaiki prospek pertumbuhan Indonesia dan guncangan tekanan eksternal.” Sejauh ini, S&P menjadi satusatunya lembaga pemeringkat dunia yang belum menaikkan peringkat Indonesia ke investment grade (BBB).
Lembaga tersebut masih mempertahankan peringkat Indonesia di posisi BB+, sementara Fitch Rating dan Moodys telah menaikkannya sejak 2011. S&P tercatat sempat menaikkan outlook peringkat Indonesia ke positif pada Februari 2006, namun kemudian pada Mei 2013 kembali diturunkan ke netral.
Penurunan disebabkan S&P menilai momentum reformasi semakin mengecil seiring makin membesarnya anggaran subsidi BBM.
Rahmat fiansyah/ Rabia edra/ Yanto kusdiantono
Peningkatan outlook ini berpotensi meningkatkan peringkat utang Indonesia ke Investment Grade. Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, peningkatan outlook ini menandakan pengelolaan makroekonomi, baik kebijakan fiskal maupun moneter, berada pada jalur yang benar. ”Yang menjadi pertimbangan S&P adalah adanya perbaikan yang sifatnya efektif dan bisa diprediksi,” kata Bambang di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, kemarin.
Kebijakan fiskal yang dimaksud Bambang adalah perbaikan struktur anggaran, khususnya penciptaan ruang fiskal yang besar dengan menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM). Yang lainnya adalah meningkatkan cadangan devisa negara, dan membantu ketahanan perekonomian nasional terhadap eksternalitas global. Dia mengatakan, peningkatan outlook ini membuka peluang Indonesia mendapat peringkat Investment Grade dalam satu tahun ke depan.
Untuk menuju ke sana, kata Bambang, pemerintah berupaya menjaga konsistensi kebijakan terkait pengalihan subsidi BBM kepada belanja infrastruktur. ”Selain itu, langkah ke depan adalah memastikan APBN sehat dengan menjaga defisit fiskal supaya tetap kecil,” ucap dia.
Bambang menyatakan peningkatan outlook ini berefek pada peningkatan masuknya dana asing yang ditandai meningkatnya indeks harga saham gabungan (IHSG) dan memperkuat nilai tukar rupiah. Ketua LPEM Universitas Indonesia (UI) Kadek Dian Artha menilai, kenaikan outlook rating Indonesia oleh Standard & Poors dari stable menjadi positif didorong oleh perbaikan manajemen fiskal yang signifikan.
Manajemen fiskal yang semula lebih menitikberatkan subsidi berubah menjadi lebih banyak ke infrastruktur ini diapresiasi oleh Standard & Poors. ”Saya melihat faktor manajemen fiskal lebih banyak berkontribusi terhadap perubahan outlook rating oleh S&P,” jelas Kadek Dian di Jakarta kemarin.
Kadek mengatakan, beberapa terobosan yang dilakukan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro membuahkan hasil positif kenaikan outlook rating Indonesia tersebut. ”Saya lihat kinerja Menkeu Bambang Brodjonegoro patut diapresiasi. Cukup signifikan berkontribusi terhadap perbaikan rating ini,” kata dia. Menurut Kadek, perubahan anggaran pemerintah dari semula lebih besar ke subsidi menjadi ke infrastruktur dinilai S&P positif bagi struktur pengeluaran pemerintah.
Faktor lainnya adalah rendahnya rasio utang terhadap PDB. Ekonom Universitas Atmajaya Tony Prasetyantokojugamenilai hal yang sama. Menurut dia, perbaikan outlook rating salah satunya disebabkan ekspansi pemerintah di sektor fiskal. Penolakan S&P untuk menaikkan peringkat Indonesia sejak 2011 berhasil didobrak dengan langkah penyehatan fiskal oleh Bambang PS Brodjonegoro.
”Mereka beri apresiasi terhadap kebijakan pemerintah kita, melalui pengurangan anggaran subsidi dan memperbesar anggaran infrastruktur, sehingga punya ruang fiskal besar untuk ekspansi,” kata dia. Sementara itu, Ekonom Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra mengatakan, kenaikan outlook rating Indonesia akan berimplikasi pada kenaikan peringkat Indonesia dalam beberapa waktu mendatang.
Kondisi ini akan mendorong risiko investasi di Indonesia semakin membaik, baik investasi portofolio maupun investasi langsung. Dia menilai beberapa hal yang diminta oleh S&P sebagai persyaratan menaikkan peringkat telah dipenuhi pemerintah, seperti pemotongan subsidi BBM dan memperbesar anggaran untuk infrastruktur.
”Semuanya sudah dijalankan oleh pemerintah dan S&P yakin langkah reformasi akan terus berlanjut. Tapi saya surprise, karena tidak menyangka secepat ini kenaikan outlook rating-nya,” kata Aldian.
Dalam penjelasannya, S&P mengatakan bahwa kenaikan outlook didorong oleh perbaikan kebijakan manajemen fiskal dan moneter. ”Kami memperkirakan langkah ini bisa memperbaiki prospek pertumbuhan Indonesia dan guncangan tekanan eksternal.” Sejauh ini, S&P menjadi satusatunya lembaga pemeringkat dunia yang belum menaikkan peringkat Indonesia ke investment grade (BBB).
Lembaga tersebut masih mempertahankan peringkat Indonesia di posisi BB+, sementara Fitch Rating dan Moodys telah menaikkannya sejak 2011. S&P tercatat sempat menaikkan outlook peringkat Indonesia ke positif pada Februari 2006, namun kemudian pada Mei 2013 kembali diturunkan ke netral.
Penurunan disebabkan S&P menilai momentum reformasi semakin mengecil seiring makin membesarnya anggaran subsidi BBM.
Rahmat fiansyah/ Rabia edra/ Yanto kusdiantono
(ftr)