UN CBT Dapat Hilangkan Pelanggaran

Sabtu, 23 Mei 2015 - 11:13 WIB
UN CBT Dapat Hilangkan Pelanggaran
UN CBT Dapat Hilangkan Pelanggaran
A A A
JAKARTA - Ombudsman Republik Indonesia (ORI) menilai pemerintah tidak mampu menangani pelanggaran di ujian nasional (UN).

Namun dengan UN Computer Based Test (CBT), pelanggaran itu bisa dihilangkan. Anggota ORI Bidang Penyelesaian Laporan Budi Santoso berharap, dengan masih maraknya beredarnya lembaran soal dan kunci jawaban di UN Paper Based Test (PBT), UN CBT diperluas tahun depan.

Tahun ini UN CBT hanya dilakukan di 500-an sekolah, tidak seimbang dengan total sekolah yang ikut UN mencapai 79.429 sekolah. ”Ombudsman mendorong UN CBT diperluas karena lebih fleksibel, efisien, dan tidak ada temuan pelanggaran,” katanya di kantor ORI kemarin. Budi menjelaskan, ORI menemukan 413 temuan pada UN kemarin. Ada 176 temuan di UN PBT (57,4%) dan CBT 273 temuan (42,6%).

Pelanggaran pada UN CBT, menurutnya, hanya pada hal teknis seperti saranaprasarana belum memadai (12%), siswa ter-logout dari aplikasi (11%), server bermasalah (11%), dan listrik padam (2,5%). Sementara itu, pelanggaran pada UN PBT lebih kepada penyimpangan seperti kecurangan klasik bocoran soal dan kunci jawaban.

Ada juga siswa kedapatan membawa alat komunikasi ke ruang ujian, pengawas membaca koran dan bermain ponsel, serta membiarkan peserta ujian saling bekerja sama. Budi menyayangkan aneka pelanggaran yang masih terjadi pada pelaksanaan UN 2015. Padahal, seharusnya berbagai temuan ini bisa dihindari mengingat temuan serupa pernah terjadi pada UN sebelumnya.

Kendati demikian, ORI mengapresiasi penyelenggaraan UN yang maju secara kualitatif. Akan tetapi, aneka pelanggaran serupa tidak boleh terjadi pada UN tahun mendatang. Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Kemendikbud Nizam mengatakan memang banyak daerah yang merekomendasikan UN CBT pada UN tahun berikutnya. Dari kuesioner yang disebar ke siswa, guru, dan Dinas Pendidikan, UN CBT mendapat respons positif.

Berdasarkan hasil survei, 99% menginginkan UN CBT dilaksanakan di sekolahnya. Nizam merinci, 95% peserta menjawab sangat setuju, 4% setuju, dan 1% menyatakan tidak setuju. Nizam menjelaskan, pemicu respons positif itu karena pelaksanaan UN CBT tidak mengalami kebocoran soal dan kecurangan lain seperti di UN berbasis kertas.

Neneng zubaidah
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6106 seconds (0.1#10.140)