Kejaksaan Diminta Usut Ijazah Palsu

Jum'at, 22 Mei 2015 - 10:48 WIB
Kejaksaan Diminta Usut Ijazah Palsu
Kejaksaan Diminta Usut Ijazah Palsu
A A A
BEKASI - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) akan meminta kejaksaan untuk mengusut kasus ijazah palsu. Kementerian pun akan mempercepat proses investigasi agar kasusnya bisa dilimpahkan ke kejaksaan.

Menristek Dikti M Nasir mengatakan, dia sudah meminta tim khusus yang menyelidiki praktik jual beli ijazah mempercepat proses investigasi. Hasil investigasi ini akan segera dilaporkan ke kejaksaan. Oknum penyedia ijazah palsu ini harus segera dipenjarakan karena sudah mencemari nama baik institusi pendidikan.

”Saya akan ke kejaksaan untuk melaporkan kasus ini. Praktik jual beli ini sudah sangat mengkhawatirkan. Karena kita sekolah jungkir balik siang malam, eh ini ada yang tinggal bayar saja,” katanya saat sidak salah satu kampus yang diduga menjual ijazah palsu STIE Adhy Niaga Bekasi kemarin.

Mantan Rektor Undip menjelaskan, konsultasi ke kejaksaan akan dilakukan karena pihaknya ingin para pelaku ini dipidanakan. Pelaporan ke pihak berwajib akan dilakukan segera agar bukti-bukti yang ada tidak dihilangkan oleh para pelaku. Jika kampus-kampus yang dilaporkan terbukti menjual ijazah, kampus itu akan segera ditutup.

Namun, Nasir belum mau mengungkap data kampus penjual ijazah yang dikantongi-nya. ”Kami ingin pengumpulan bukti yang dilakukan timnya benarbenar selesai, baru diungkap ke publik,” ujarnya.

Dalam sidaknya di STIE Adhy Niaga yang terletak di Jalan Sudirman, Bekasi, Nasir mengaku menemukan kejanggalan seperti tidak ada data jumlah mahasiswa dan dosen. Nasir mengaku kesal karena teknis administrasi sederhana seperti itu semestinya dapat disampaikan dengan mudah.

Petugas kampus berkelit lantaran kampus baru pindah sehingga data yang ada belum dibuat. Nasir pun mengancam akan menutup kampus tersebut. ”Kampus ini tidak benar, nanti akan saya kirim orang untuk mendalami. Saya akan kasih sanksi hingga penutupan kampus,” ucapnya.

Setelah menyambangi STIE Adhy Niaga, Nasir melanjutkan sidaknya ke University of Berkeley Michigan Amerika yang terletak di Jakarta Pusat. Universitas ini menumpang di lantai dua Gedung Yarnati, Jalan Proklamasi. Di lantai itu hanya ada dua ruang, satu kantor universitas dan satu ruang kelas.

Satu-satunya pegawai yang menerima Menristek, Muhammad menjelaskan, kampus itu dipimpin Liartha S Kembaren dengan jumlah mahasiswa 500 orang. Di kampus ini Nasir menemukan bukti autentik ijazah palsu. Saat melihat sejumlah ijazah yang dipampang di dinding kantor, Nasir mengernyitkan dahi. Dia memperhatikan salah satu ijazah dengan seksama, utamanya di bagian cap Dikti (Pendidikan Tinggi) yang ditandatangani oleh Illah Sailah.

”Ini palsu. Memang ada nama direktur pembelajaran dan kemahasiswaan di Dikti yang bernama Ibu Illah, tapi saya pastikan ini ijazah palsu dan ini bukan dia. Bentuk format ijazah luar negeri itu berbeda, bukan seperti ini. Saya akan laporkan ini ke pihak berwenang ” sebut Nasir sambil memegang ijazah itu.

Nasir pun semakin geram lantaran University of Berkley ini tidak memiliki izin menjalani pendidikan tinggi, izin yang ada hanya untuk kursus. Manajemen juga mengaku bekerja sama dengan University of Berkeley, Amerika. Namun, setelah dikonfirmasi tidak ada izin kerja sama tersebut.

Ketua Yayasan Kampus STIE Adhy Niaga Adi Firdaus membantah telah menjual ijazah palsu. Dia mengklaim selama kampusnya berdiri ijazah diberikan hanya kepada mahasiswa yang telah menyelesaikan masa studinya. Adi juga membantah kabar bahwa kampus yang memiliki dua jurusan ekonomi ini bisa menyelenggarakan wisuda selama tiga kali setahun.

Menurutnya, kampus miliknya itu hanya melakukan wisuda dua kali dalam setahun. Per setiap wisuda ada 200 mahasiswa jurusan akuntansi dan manajemen yang diwisuda. Adi juga tidak mempermasalahkan jika nanti kampus miliknya akan ditutup. Apa yang kampusnya lakukan sudah sesuai dengan ketentuan yang ada.

Untuk mengantisipasi ada ijazah palsu, sejumlah perguruan tinggi termasuk Perbanas menerapkan sistem pengamanan ganda. Rektor Institut Perbanas Marsudi Wahyu Kisworo menjelaskan, kampusnya menggunakan kertas khusus dengan security printing agar tidak dapat dipalsukan orang luar.

”Yang repot kalau pelakunya adalah oknum dari kampus itu sendiri. Meski sebenarnya tetap dapat dikontrol, ada nomor seri dan berita acara menerbitkan ijazah. Tapi yang namanya penjahat, selalu ada akalnya,” ungkap Marsudi.

Neneng zubaidah
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5681 seconds (0.1#10.140)