Jiwa Generasi Muda Makin Pragmatis
A
A
A
JAKARTA - Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) tengah mempersiapkan konsep Indonesia Skenario 2045 sebagai upaya untuk menyusun langkah-langkah strategis jangka panjang dalam menghadapi tantangan yang lebih kompleks.
Lemhanas menilai pemahaman kebangsaan generasi penerus cenderung cair dan pragmatis. ”Saat ini Lemhanas sedang merampungkan pemikiran Indonesia Skenario 2045 yang rencananya rampung sebelum peringatan Proklamasi Kemerdekaan pada Agustus mendatang,” ujar Gubernur Lemhanas Budi Susilo Soepandji saat memperingati HUT ke-50 Lemhanas di Kantor Lemhanas, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, kemarin.
Menurut Soepandji, tantangan kebangsaan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin berat dan kompleks. Globalisasi yang didorong ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan generasi milenia, yakni generasi yang lingkungannya diwarnai dengan modernisasi.
”Saya menyebutnya sebagai generasi X dan Y atau generasi gadget . Kedua generasi tersebut lahir di tengah-tengah kemajuan teknologi dan dibesarkan oleh kefanatikan media sosial (medsos) dan dunia maya. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa pemahaman generasi penerus bangsa Indonesia begitu cair dan pragmatis,” katanya.
Kedua generasi tersebut, sambung Soepandji, jelas mempunyai karakteristik yang jauh beda dengan generasi pendahulunya yang dibesarkan oleh interaksi sosial secara fisik. Karenanya, peringatan HUT Lemhanas kali ini harus dijadikan momentum perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dan pemantapan nilai-nilai kebangsaan.
”Kita harus melirik keberadaan generasi Y yang merupakan generasi penerus. Kita perlu merumuskan program pemantapan dan sosialisasi nilai kebangsaan yang dilakukan secara cerdas dan mempertimbangkan variasi dan bentuk yang tentunya disesuaikan dengan karakteristik generasi penerus bangsa,” imbuhnya.
Soepandji menambahkan, perhatian terhadap generasi penerus bangsa sangat penting. Sebab mereka akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa. ”Mereka harus menjadi benteng-benteng pertahanan yang kokoh di masa depan dan bisa menjadi generasi penerus yang tidak mengingkari jati diri dan kepribadian sendiri,” katanya.
Meski demikian, Lemhanas mengakui, sampai saat ini belum merumuskan secara detil teknis mengenai pemantapan nilai-nilai kebangsaan yang tepat untuk mereka. Menurut Soepandji, pengamatan Lemhanas adalah pengamatan jangka panjang yang harus melihat lingkungan strategis di dunia saat ini seperti apa.
Bagaimana arsitektur kekuatan dunia secara sosial, ekonomi, ideologi, politik dan pertahanan keamanan. Selain itu, Lemhanas juga harus melihat ke dalam terkait dengan kekuatan dan kelemahan Indonesia. Dalam pemantapan nilai kebangsaan, kata Soepandji, Lemhanas memiliki pengalaman mengenai, tren perubahan generasi dalam menangkap nilai-nilai kebangsaan yang cenderung berbeda.
”Kalau dulu zaman 45 mungkin dengan kekuatan fisik dan senjata, kalau generasi sekarang ini mereka sudah mengenal lingkungannya dengan media sosial. Ini karena ada generasi yang lahir sebelum tahun 2.000 dan ada generasi yang lahir setelah itu. Saat ini, Lemhanas coba buat studi Indonesia Skenario 2045,” katanya.
Dengan fakta-fakta yang ada di atas, mekanisme pendidikan di Lemhanas juga mengalami perubahan. Karenanya, diperlukan para ahli untuk merumuskannya. ”Kalau tidak diantisipasi, pendidikan di Lemhanas tidak akan hidup dan ditinggalkan sehingga masyarakat akan bosan dengan Pancasila. Hal yang penting adalah bagaimana mengajarkan Pancasila melalui medsos, bagaimana tanggapan publik, bagaimana media sosial merangkul seluruh komponen bangsa di dalam pendidikan kebangsaan,” ucapnya.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqiel Siradj berharap Lemhanas bisa membentuk karakter dan memperkuat jati diri para pemimpin, pejabat, dan birokrat agar mereka jadi pemimpin yang siap menghadapi tantangan. ”Ke depan Lemhanas diharapkan bisa membangun integritas pemimpin sebab persoalan bangsa adalah persoalan bersama,” ucapnya.
Mantan Gubernur Lemhanas Muladi mengharapkan, Lemhanas di masa yang akan datang mempunyai kelas internasional yang mampu menjual keunggulan- keunggulan Indonesia. Dengan demikian bisa dikenal oleh bangsa lain bahwa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya, beradab dan bangsa besar.
Sucipto
Lemhanas menilai pemahaman kebangsaan generasi penerus cenderung cair dan pragmatis. ”Saat ini Lemhanas sedang merampungkan pemikiran Indonesia Skenario 2045 yang rencananya rampung sebelum peringatan Proklamasi Kemerdekaan pada Agustus mendatang,” ujar Gubernur Lemhanas Budi Susilo Soepandji saat memperingati HUT ke-50 Lemhanas di Kantor Lemhanas, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, kemarin.
Menurut Soepandji, tantangan kebangsaan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin berat dan kompleks. Globalisasi yang didorong ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan generasi milenia, yakni generasi yang lingkungannya diwarnai dengan modernisasi.
”Saya menyebutnya sebagai generasi X dan Y atau generasi gadget . Kedua generasi tersebut lahir di tengah-tengah kemajuan teknologi dan dibesarkan oleh kefanatikan media sosial (medsos) dan dunia maya. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa pemahaman generasi penerus bangsa Indonesia begitu cair dan pragmatis,” katanya.
Kedua generasi tersebut, sambung Soepandji, jelas mempunyai karakteristik yang jauh beda dengan generasi pendahulunya yang dibesarkan oleh interaksi sosial secara fisik. Karenanya, peringatan HUT Lemhanas kali ini harus dijadikan momentum perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dan pemantapan nilai-nilai kebangsaan.
”Kita harus melirik keberadaan generasi Y yang merupakan generasi penerus. Kita perlu merumuskan program pemantapan dan sosialisasi nilai kebangsaan yang dilakukan secara cerdas dan mempertimbangkan variasi dan bentuk yang tentunya disesuaikan dengan karakteristik generasi penerus bangsa,” imbuhnya.
Soepandji menambahkan, perhatian terhadap generasi penerus bangsa sangat penting. Sebab mereka akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa. ”Mereka harus menjadi benteng-benteng pertahanan yang kokoh di masa depan dan bisa menjadi generasi penerus yang tidak mengingkari jati diri dan kepribadian sendiri,” katanya.
Meski demikian, Lemhanas mengakui, sampai saat ini belum merumuskan secara detil teknis mengenai pemantapan nilai-nilai kebangsaan yang tepat untuk mereka. Menurut Soepandji, pengamatan Lemhanas adalah pengamatan jangka panjang yang harus melihat lingkungan strategis di dunia saat ini seperti apa.
Bagaimana arsitektur kekuatan dunia secara sosial, ekonomi, ideologi, politik dan pertahanan keamanan. Selain itu, Lemhanas juga harus melihat ke dalam terkait dengan kekuatan dan kelemahan Indonesia. Dalam pemantapan nilai kebangsaan, kata Soepandji, Lemhanas memiliki pengalaman mengenai, tren perubahan generasi dalam menangkap nilai-nilai kebangsaan yang cenderung berbeda.
”Kalau dulu zaman 45 mungkin dengan kekuatan fisik dan senjata, kalau generasi sekarang ini mereka sudah mengenal lingkungannya dengan media sosial. Ini karena ada generasi yang lahir sebelum tahun 2.000 dan ada generasi yang lahir setelah itu. Saat ini, Lemhanas coba buat studi Indonesia Skenario 2045,” katanya.
Dengan fakta-fakta yang ada di atas, mekanisme pendidikan di Lemhanas juga mengalami perubahan. Karenanya, diperlukan para ahli untuk merumuskannya. ”Kalau tidak diantisipasi, pendidikan di Lemhanas tidak akan hidup dan ditinggalkan sehingga masyarakat akan bosan dengan Pancasila. Hal yang penting adalah bagaimana mengajarkan Pancasila melalui medsos, bagaimana tanggapan publik, bagaimana media sosial merangkul seluruh komponen bangsa di dalam pendidikan kebangsaan,” ucapnya.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqiel Siradj berharap Lemhanas bisa membentuk karakter dan memperkuat jati diri para pemimpin, pejabat, dan birokrat agar mereka jadi pemimpin yang siap menghadapi tantangan. ”Ke depan Lemhanas diharapkan bisa membangun integritas pemimpin sebab persoalan bangsa adalah persoalan bersama,” ucapnya.
Mantan Gubernur Lemhanas Muladi mengharapkan, Lemhanas di masa yang akan datang mempunyai kelas internasional yang mampu menjual keunggulan- keunggulan Indonesia. Dengan demikian bisa dikenal oleh bangsa lain bahwa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya, beradab dan bangsa besar.
Sucipto
(ftr)