Penonton Televisi Harus Lebih Kritis

Rabu, 20 Mei 2015 - 10:45 WIB
Penonton Televisi Harus Lebih Kritis
Penonton Televisi Harus Lebih Kritis
A A A
JAKARTA - MNC Media menyelenggarakan media literasi di kampus Akademi Sekretaris dan Manajemen (Aksekma) Don Bosco, Pulomas, Jakarta Timur, kemarin.

Acara yang berlangsung selama tiga jam ini berlangsung meriah. Mahasiswa yang mengikuti acara ini pun terlihat antusias. Dalam acara ini pemateri memberikan pengertian tentang media televisi. Seperti, tugas wartawan yang mencari berita, news anchor yang membawakan berita, hingga produser.

Legal, Corsec, and Network Director iNews TV Wijaya Kusuma mengatakan, media selalu bergerak ke dua arah yakni membangun atau merusak, baik atau buruk, positif maupun negatif, semuanya bisa diketahui penonton. Adapun, media televisi selalu diawasi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Setiap tayangan televisi juga memiliki kode tayangan.

Contohnya, semua umur (SU), bimbingan orang tua (BO), dewasa (D) dan sebagainya. Oleh karena itu, orang tua harus mengawasi setiap tontonan yang disiarkan televisi. Wijaya memberikan beberapa tips agar penonton cerdas dan kritis yaitu tidak mudah percaya dengan apa yang disajikan televisi, dapat memahami dan mengapresiasi isi tayangan, dapat menyeleksi isi tayangan, serta tidak mudah terkena dampak negatif.

”Bagaimanapun, acara televisi selalu berdampak negatif dan positif, tergantung penonton menyikapinya,” katanya saat menyampaikan materi, kemarin. Menurutnya, dalam televisi ada tayangan yang harus diwaspadai yakni berita yang mengandung sara, saru/seks, sadis, sihir/ supranatural, dan sedih/ susah. Kelima hal tersebut memang terbilang bisa menjual, namun sebenarnya merupakan racun bagi pemirsa. ”Untuk itu, kekritisan dari penonton sangat diperlukan di era keterbukaan informasi seperti saat ini,” tegasnya.

News Production Dept Head iNews TV Khoirul Akhmadi mengatakan, televisi merupakan media paling baik untuk ditonton dibandingkan dengan media lainnya. Alasannya, menonton televisi dapat diawasi oleh orang tua dan pencegahan tentang siaran yang tidak sesuai dengan umur dapat diantisipasi.

Khoirul mengatakan, ada istilah di media yakni bad news is good news, yakni berita yang isinya penuh dramatis lebih membuat tertarik masyarakat sehingga mendatangkan keuntungan bagi pengelola media. Namun, sekarang istilah tersebut berusaha diganti menjadi good news is good news yang memberitakan suatu informasi atau kejadian yang baik, fakta, dan tidak penuh dramatisasi.

Direktur Aksekma Don Bosco Muller Sagala mengatakan, masyarakat sebagai penikmat media dihadapkan dengan berbagai budaya. Jika tidak ada filter, tentu akan berdampak buruk. Dia pun mengapresiasi kegiatan ini, yang mana mahasiswa dan mahasiswi mendapatkan edukasi tentang bagaimana menyikapi perkembangan tayangan di media.

Ridwansyah
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6983 seconds (0.1#10.140)