SBMPTN Masih Dihantui Perjokian
A
A
A
JAKARTA - Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) diperkirakan masih akan diwarnai praktik kecurangan, terutama perjokian. Karena itu, panitia pun menyiapkan antisipasi dengan memperketat pengawasan.
Ketua Pokja Humas SBMPTN 2015 Bambang Hermanto mengaku, memang setiap tahun ada saja upaya dari pendaftar yang ingin lolos seleksi tulis ini dengan cara curang. Modus perjokian, menurutnya, menjadi ciri khas tindak kecurangan peserta karena mereka kurang percaya diri dalam menjawab soal yang diujikan.
Padahal, sanksi yang dikenakan terhadap peserta termasuk berat karena akan masuk daftar hitam panitia untuk seleksi berikutnya. ” Dari tahun ke tahun ada saja upaya satu atau dua pendaftar yang ingin lolos seleksi dengan curang, antara lain melalui perjokian,” tandas Bambang kepada KORAN SINDO kemarin.
Namun, menurut Bambang, panitia tidak tinggal diam karena sudah menyiapkan sejumlah cara untuk mengantisipasinya. Misalnya di perguruan tinggi negeri (PTN), para dosen selalu mengingatkan agar para mahasiswa senior tidak terbujuk untuk terlibat dalam sindikat perjokian. Sebab rektor tidak akan segan-segan mengeluarkan mahasiswanya jika terbukti menjadi joki.
Menurut Bambang, sindikat perjokian diketahui menyasar mahasiswa yang pintar, tetapi lugu untuk dijadikan sebagai joki. Karena itu, pendekatan dari PTN kepada mahasiswanya menjadi penting untuk memberantas perjokian. Antisipasi lain, lanjut Bambang, panitia akan membekali para pengawas ujian dengan kemampuan mendeteksi.
Kemampuan deteksi itu sudah menjadi rumusan bersama para rektor sehingga setiap tahunnya selalu bisa menangkap joki di ruang ujian. Panitia pun selalu mengimbau agar peserta tidak tergiur dengan upaya kecurangan ini karena sehebat apa pun trik joki pasti akan diketahui panitia. ” Kami sudah me-warning seluruh mahasiswa ada sanksi DO (drop-out). Kepada keluarga peserta juga sudah kami imbau agar tidak menggunakan joki. Belajar saja yang rajin dan berdoa agar lulus,” paparnya.
Sebelumnya diberitakan, Senin (11/5) ada lima peserta ujian masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang yang ditangkap karena menggunakan joki. Modus perjokian terbilang canggih karena mereka memakai metode baru dengan memasang server, handphone, kamera tersambung dengan kabel dan headphone untuk mendengar instruksi dari joki yang memberikan jawaban dari Yogyakarta.
Untuk jasa joki ini, setiap peserta dikenai tarif Rp160 juta jika berhasil lulus. Sementara tahun lalu ada 11 joki yang ditangkap panitia SBMPTN dan pesertanya pun langsung dinyatakan tidak lulus. Para joki ini ditangkap karena sebelumnya panitia menemukan lembar ujian dobel dengan nama yang sama di tempat berbeda.
Sementara itu perkembangan pendaftaran sampai kemarin menunjukkan pendaftar SBMPTN sudah mencapai 238.605 orang. Pendaftar dari sosial humaniora (soshum) mendominasi dengan 73.803 pendaftar. Disusul sains dan teknologi (sainstek) 55.135 pendaftar dan campuran 42.541 pendaftar.
Koordinator Panitia Lokal (Panlok) SBMPTN Kota Malang Helmi Syaifuddin mengatakan, panitia SBMPTN membuat pengaturan baru, yakni setiap siswa yang mendaftar dalam rentang waktu yang cukup dekat tidak akan mendapat nomor ujian yang berdekatan. Selain itu, ruang ujian mereka akan terpisah.
Hal ini untuk mengantisipasi sesama peserta yang saling kenal dan membantu menjawab di ruang ujian. ” Dari beberapa evaluasi, kebanyakan bimbel (bimbingan belajar) mendaftarkan anak didiknya bersamaan agar bisa mendapat ruang yang sama sehingga mereka bisa saling membantu,” ujarnya.
Helmi mengatakan, setiap pengawas akan diminta untuk mengawasi khusus pendaftar jurusan kedokteran dan program lain yang dinilai rawan tindak perjokian. Nantinya setiap pengawas akan melihat mana saja peserta yang mendaftarkan diri di jurusan kedokteran atau kesehatan.
Menurut dia, kebijakan baru ini adalah komitmen perguruan tinggi untuk mengurangi tindak kecurangan dalam proses seleksi masuk PTN.
Neneng zubaidah
Ketua Pokja Humas SBMPTN 2015 Bambang Hermanto mengaku, memang setiap tahun ada saja upaya dari pendaftar yang ingin lolos seleksi tulis ini dengan cara curang. Modus perjokian, menurutnya, menjadi ciri khas tindak kecurangan peserta karena mereka kurang percaya diri dalam menjawab soal yang diujikan.
Padahal, sanksi yang dikenakan terhadap peserta termasuk berat karena akan masuk daftar hitam panitia untuk seleksi berikutnya. ” Dari tahun ke tahun ada saja upaya satu atau dua pendaftar yang ingin lolos seleksi dengan curang, antara lain melalui perjokian,” tandas Bambang kepada KORAN SINDO kemarin.
Namun, menurut Bambang, panitia tidak tinggal diam karena sudah menyiapkan sejumlah cara untuk mengantisipasinya. Misalnya di perguruan tinggi negeri (PTN), para dosen selalu mengingatkan agar para mahasiswa senior tidak terbujuk untuk terlibat dalam sindikat perjokian. Sebab rektor tidak akan segan-segan mengeluarkan mahasiswanya jika terbukti menjadi joki.
Menurut Bambang, sindikat perjokian diketahui menyasar mahasiswa yang pintar, tetapi lugu untuk dijadikan sebagai joki. Karena itu, pendekatan dari PTN kepada mahasiswanya menjadi penting untuk memberantas perjokian. Antisipasi lain, lanjut Bambang, panitia akan membekali para pengawas ujian dengan kemampuan mendeteksi.
Kemampuan deteksi itu sudah menjadi rumusan bersama para rektor sehingga setiap tahunnya selalu bisa menangkap joki di ruang ujian. Panitia pun selalu mengimbau agar peserta tidak tergiur dengan upaya kecurangan ini karena sehebat apa pun trik joki pasti akan diketahui panitia. ” Kami sudah me-warning seluruh mahasiswa ada sanksi DO (drop-out). Kepada keluarga peserta juga sudah kami imbau agar tidak menggunakan joki. Belajar saja yang rajin dan berdoa agar lulus,” paparnya.
Sebelumnya diberitakan, Senin (11/5) ada lima peserta ujian masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang yang ditangkap karena menggunakan joki. Modus perjokian terbilang canggih karena mereka memakai metode baru dengan memasang server, handphone, kamera tersambung dengan kabel dan headphone untuk mendengar instruksi dari joki yang memberikan jawaban dari Yogyakarta.
Untuk jasa joki ini, setiap peserta dikenai tarif Rp160 juta jika berhasil lulus. Sementara tahun lalu ada 11 joki yang ditangkap panitia SBMPTN dan pesertanya pun langsung dinyatakan tidak lulus. Para joki ini ditangkap karena sebelumnya panitia menemukan lembar ujian dobel dengan nama yang sama di tempat berbeda.
Sementara itu perkembangan pendaftaran sampai kemarin menunjukkan pendaftar SBMPTN sudah mencapai 238.605 orang. Pendaftar dari sosial humaniora (soshum) mendominasi dengan 73.803 pendaftar. Disusul sains dan teknologi (sainstek) 55.135 pendaftar dan campuran 42.541 pendaftar.
Koordinator Panitia Lokal (Panlok) SBMPTN Kota Malang Helmi Syaifuddin mengatakan, panitia SBMPTN membuat pengaturan baru, yakni setiap siswa yang mendaftar dalam rentang waktu yang cukup dekat tidak akan mendapat nomor ujian yang berdekatan. Selain itu, ruang ujian mereka akan terpisah.
Hal ini untuk mengantisipasi sesama peserta yang saling kenal dan membantu menjawab di ruang ujian. ” Dari beberapa evaluasi, kebanyakan bimbel (bimbingan belajar) mendaftarkan anak didiknya bersamaan agar bisa mendapat ruang yang sama sehingga mereka bisa saling membantu,” ujarnya.
Helmi mengatakan, setiap pengawas akan diminta untuk mengawasi khusus pendaftar jurusan kedokteran dan program lain yang dinilai rawan tindak perjokian. Nantinya setiap pengawas akan melihat mana saja peserta yang mendaftarkan diri di jurusan kedokteran atau kesehatan.
Menurut dia, kebijakan baru ini adalah komitmen perguruan tinggi untuk mengurangi tindak kecurangan dalam proses seleksi masuk PTN.
Neneng zubaidah
(ftr)