Keberagaman Kader Jadi Kekuatan Partai Perindo

JAKARTA - Sekjen DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Ahmad Rofiq mengatakan, Perindo didirikan atas dasar keragaman. Dia mengibaratkan partai baru ini seperti sebuah pot yang bisa ditumbuhi berbagai jenis bunga.

“Semua jenis bunga ada. Itu menunjukkan keanekaragaman. Cara berpikir segala macam bertemu dalam wadah Perindo,” kata Rofiq membakar semangat seluruhpeserta trainingoftrainers (ToT) di Hotel Lido, Sukabumi, Jawa Barat kemarin. Kepada peserta ToT, Rofiq juga menegaskan bahwa setiap kader Perindo harus membuka lembaran baru dalam dunia perpolitikan Indonesia. Pengalaman politik yang baik diminta untuk diteruskan, sebaliknya yang buruk ditinggalkan.

“Apa yang menjadi tradisi di politik lama, yang baik diteruskan dan yang buruk ditinggalkan,” ujarnya. Hal yang tak kalah penting, menurut Rofiq, Perindo bukan dilahirkan karena kekecewaan politik, tetapi murni untuk kepentingan bangsa. “Murni dilahirkan untuk partai baru, semangat dan cita-cita baru, ini yang harus jadi pegangan,” katanya menekankan. Seperti diketahui, Perindo tengah mengadakan ToT di Sukabumi mulai 14 Mei hingga 17 Mei 2015.

Pelatihan itu untuk membekali para trainers di semua wilayah di Indonesia. Pelatihan tersebut selanjutnya akan diterapkan di wilayah yang dibagi menjadi empat zona, yaitu Sumatera, Jawa, Indonesia bagian timur, dan Kalimantan. Rofiq mengatakan, setelah ToT untuk instruktur nasional, selanjutnya akan berlanjut ke bawah, yakni tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Setelah ToT nanti selesai dilakukan di semua tingkatan, barulah kemudian Perindo melakukan pengaderan mulai tingkat kabupaten hingga pusat. Saat pengaderan nanti, peserta akan diberi pemahaman mengenai latar belakang Perindo, ideologi, strategi, dan nilai-nilai perjuangan partai. “Kita ingin para trainers ini mampu menciptakan militansi kader sejak awal,” ujarnya.

Ketua Bidang Kader, Anggota dan Saksi DPP Partai Perindo Armyn Gultom mengatakan, para kader nanti juga akan diberi pelatihan agar mengerti tentang wawasan kebangsaan. Itu dilakukan setelah berkaca dari banyaknya pemimpin yang dinilai tidak mengerti hal mendasar mengenai kebangsaan. “Banyak pemimpin di daerah yang tidak menguasai wawasan kebangsaan dan lambat dalam pembangunan,” kata dia kemarin.

Bakti munir/okezone