Televisi Jadi Alat Kontrol dan Perekat Sosial
A
A
A
JAKARTA - Masih banyak anggota masyarakat yang cenderung memandang tayangan televisi kurang bermanfaat. Padahal, tayangan televisi sejatinya membawa manfaat positif bagi bangsa dan individu.
Televisi sejauh ini juga masih efektif sebagai sumber informasi, alat kontrol kekuasaan, dan medium perekat sosial. “Banyak pandangan yang masih subjektif. Padahal, banyak manfaat media dan efek media yang berpotensi baik bagi bangsa,” ujar Corporate Secretary iNewsTV Driantama Riwahju Susilamoerti dalam seminar “Media Literasi: Edukasi Tontonan TV yang Baik” di Kampus Universitas Katolik Atmajaya kemarin.
Driantama mengatakan, manfaat media tidak lepas dari sifatnya sebagai sumber penyebar informasi yang cepat. Meski kini banyak informasi tersebar melalui gadget, potensi televisi sebagai penyebar informasi belum tergantikan. Dia lalu mencontohkan bagaimana televisi menjadi medium yang mendidik masyarakat.
Ketika televisi menayangkan sepak terjang Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam membenahi Kota Surabaya, itu bisa mendidik masyarakat bagaimana terus bertahan memperjuangkan sesuatu untuk warganya. Sebagai alat kontrol, Driantama mencontohkan saat pemerintah membubarkan organisasi PSSI.
Di situ media televisi menjadi alat bantu untuk mengontrol agar isu tersebut tetap di jalurnya dengan tujuan untuk membangun persepakbolaan nasional. Adapun televisi sebagai alat perekat sosial, lanjut Driantama, bisa dilihat saat pertandingan sepak bola antara Indonesia vs Malaysia disiarkan RCTI.
Saat itu seluruh lapisan masyarakat, baik dari kalangan atas maupun bawah memiliki semangat yang sama yakni mendukung tim Merah Putih. “Rating share pertandingan kala itu mencapai 60%. Artinya 43 juta warga Indonesia menonton pemain kita berjuang mengalahkan Malaysia. Meski pada akhirnya kita kalah, Indonesia tetap bangga kepada para pemain nasional,” ucapnya.
Seminar yang diselenggarakan di Fakultas Ekonomi ini menghadirkan praktisi media profesional antara lain Driantama, Pemimpin Redaksi iNews TV Apreyvita Wulansari, dan Redaktur KORAN SINDO Armydian Kurniawan. Turut mendampingi Wakil Dekan Tiga Unika Atmajaya Benedictus Elnath Aldi. Armydian menambahkan, di tengah gempuran informasi yang beragam saat ini, pemirsa televisi harus bersikap kritis dan cerdas.
“Jika masyarakat sudah cerdas bermedia, informasi apa pun yang masuk dapat disaring sendiri. Apakah berita itu fakta atau ada kepentingan tertentu di belakangnya. Kita ambil saja berita sesuai hati nurani kita,” ucapnya. Sedangkan Aprevita menjelaskan, iNewsTV hadirdengankeinginan menjadi televisi berita yang informatif dan inspiratif.
Sajian tayangannya pun berbeda dengan televisi berita kebanyakan yaitu menghadirkan berita yang mengangkat potensi daerah. Selain itu, televisi berita saat ini juga identik dengan kemasan unsur politik yang cenderung tidak menarik generasi muda menontonnya.
Neneng zubaidah
Televisi sejauh ini juga masih efektif sebagai sumber informasi, alat kontrol kekuasaan, dan medium perekat sosial. “Banyak pandangan yang masih subjektif. Padahal, banyak manfaat media dan efek media yang berpotensi baik bagi bangsa,” ujar Corporate Secretary iNewsTV Driantama Riwahju Susilamoerti dalam seminar “Media Literasi: Edukasi Tontonan TV yang Baik” di Kampus Universitas Katolik Atmajaya kemarin.
Driantama mengatakan, manfaat media tidak lepas dari sifatnya sebagai sumber penyebar informasi yang cepat. Meski kini banyak informasi tersebar melalui gadget, potensi televisi sebagai penyebar informasi belum tergantikan. Dia lalu mencontohkan bagaimana televisi menjadi medium yang mendidik masyarakat.
Ketika televisi menayangkan sepak terjang Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam membenahi Kota Surabaya, itu bisa mendidik masyarakat bagaimana terus bertahan memperjuangkan sesuatu untuk warganya. Sebagai alat kontrol, Driantama mencontohkan saat pemerintah membubarkan organisasi PSSI.
Di situ media televisi menjadi alat bantu untuk mengontrol agar isu tersebut tetap di jalurnya dengan tujuan untuk membangun persepakbolaan nasional. Adapun televisi sebagai alat perekat sosial, lanjut Driantama, bisa dilihat saat pertandingan sepak bola antara Indonesia vs Malaysia disiarkan RCTI.
Saat itu seluruh lapisan masyarakat, baik dari kalangan atas maupun bawah memiliki semangat yang sama yakni mendukung tim Merah Putih. “Rating share pertandingan kala itu mencapai 60%. Artinya 43 juta warga Indonesia menonton pemain kita berjuang mengalahkan Malaysia. Meski pada akhirnya kita kalah, Indonesia tetap bangga kepada para pemain nasional,” ucapnya.
Seminar yang diselenggarakan di Fakultas Ekonomi ini menghadirkan praktisi media profesional antara lain Driantama, Pemimpin Redaksi iNews TV Apreyvita Wulansari, dan Redaktur KORAN SINDO Armydian Kurniawan. Turut mendampingi Wakil Dekan Tiga Unika Atmajaya Benedictus Elnath Aldi. Armydian menambahkan, di tengah gempuran informasi yang beragam saat ini, pemirsa televisi harus bersikap kritis dan cerdas.
“Jika masyarakat sudah cerdas bermedia, informasi apa pun yang masuk dapat disaring sendiri. Apakah berita itu fakta atau ada kepentingan tertentu di belakangnya. Kita ambil saja berita sesuai hati nurani kita,” ucapnya. Sedangkan Aprevita menjelaskan, iNewsTV hadirdengankeinginan menjadi televisi berita yang informatif dan inspiratif.
Sajian tayangannya pun berbeda dengan televisi berita kebanyakan yaitu menghadirkan berita yang mengangkat potensi daerah. Selain itu, televisi berita saat ini juga identik dengan kemasan unsur politik yang cenderung tidak menarik generasi muda menontonnya.
Neneng zubaidah
(bbg)