Korban Erupsi Karangetang Minta Pindah
A
A
A
SITARO - Warga korban erupsi Gunung Karangetang di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, enggan kembali ke pemukiman mereka yang rusak diterjang material vulkanik pekan lalu.
Mereka berharap pemerintah segera melakukan relokasi agar bisa menata kehidupannya. ”Rumah kami sudah hancur tidak ada sisanya, kami tidak mau lagi kembali ke sana. Kami berharap pemerintah membantu lokasi tempat tinggal,” kata Kaleb Ontoge, salah satu pengungsi di Gedung Museum Ulu, kemarin. Kerusakan paling parah adalah lima rumah warga Dusun Kora-Kora Kelurahan Bebali, Siau Timur.
Selain rumah, lahan pertanian warga seperti cengkih, pala dan kelapa juga tidak terhindar dari terjangan awan panas dan debu vulkanik pada Kamis (7/5) dan Jumat (8/5) lalu itu. Erupsi Gunung Karangetang memuntahkan material debu vulkanik, lava pijar, serta luncuran awan panas. Sebanyak 454 warga diungsikan dan sekarang ini masih menempati Gereja Tampuna Tarorane (99 jiwa), Gereja Basaha Tatahadeng (106 jiwa), Gereja Mesias Sawang (161 jiwa), dan Gereja Bandil (88 jiwa).
Bupati Sitaro Tonny Supit mengatakan, pihaknya telah menyiapkan lahan untuk persiapan relokasi. ”Memang harus direlokasi dari zona rawan bencana tak layak mukim,” katanya. Untuk merealisasi rencana itu, Pemkab Sitaro segera berkoordinasi dengan pemerintah provinsi agar memperjuangkan pembangunan rumah tempat tinggal bagi warga ke pemerintah pusat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sitaro, Carlton Bob Wuaten, memastikan Dusun Kora-Kora berisiko tinggi diterjang lahar panas, awan panas, dan abu vulkanik. ”Harus direlokasi, kita sudah tinjau lokasi dan akan segera kita usulkan ke pusat,” katanya.
Lurah Bebali, Ellen Kalangit, mengatakan pihaknya memperkenankan warga Dusun Kora-Kora meninjau rumah dengan dikawal petugas BPBD yang dilengkapi alat komunikasi untuk memantau aktivitas Karangetang. Kepala Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Provinsi Sulut Christian Laotongan tetap meminta warga tidak meninggalkan lokasi pengungsian karena kondisi Gunung Karangetang belum normal pascaletusan.
Material vulkanik ini berisiko membahayakan keselamatan warga yang bermukim di lereng gunung karena sewaktu- waktu dapat meluncur deras dan menutup permukiman warga. ”Pasti akan ada informasi yang disampaikan instansi terkait kepada warga apabila perkembangan Gunung Karangetang sudah aman. Tapi untuk saat ini masih riskan,” sebutnya.
Warga diharapkan menjauhi sungai yang biasanya menjadi tempat luncuran awan panas agar terhindar dari korban jiwa. Kemarin Wakil Bupati Sitaro Siska Salindeho membagikan masker ke sejumlah sekolah yang terkena dampak abu vulkanik Karangetang di Siau. ”Lingkungan sekolah penuh dengan abu gunung api, ini bisa menimbulkan penyakit, maka semua harus pakai masker,” kata Wabup Salindeho di depan murid SDN Inpres Kanang, Siau Timur.
Wakil Kepala SDN Inpres Kanang, Henny Kalangit, mengaku sangat khawatir dengan kondisi anak didik karena atap gedung dan halaman sekolah dipenuhi abu sekitar 5 mm. Dia berharap pemerintah mengerahkan armada tangki air untuk menyiram debu atau mengambil langkah lain yang efektif agar abu Karangetang tidak berdampak luas.
Jackmar tamahari/ ant
Mereka berharap pemerintah segera melakukan relokasi agar bisa menata kehidupannya. ”Rumah kami sudah hancur tidak ada sisanya, kami tidak mau lagi kembali ke sana. Kami berharap pemerintah membantu lokasi tempat tinggal,” kata Kaleb Ontoge, salah satu pengungsi di Gedung Museum Ulu, kemarin. Kerusakan paling parah adalah lima rumah warga Dusun Kora-Kora Kelurahan Bebali, Siau Timur.
Selain rumah, lahan pertanian warga seperti cengkih, pala dan kelapa juga tidak terhindar dari terjangan awan panas dan debu vulkanik pada Kamis (7/5) dan Jumat (8/5) lalu itu. Erupsi Gunung Karangetang memuntahkan material debu vulkanik, lava pijar, serta luncuran awan panas. Sebanyak 454 warga diungsikan dan sekarang ini masih menempati Gereja Tampuna Tarorane (99 jiwa), Gereja Basaha Tatahadeng (106 jiwa), Gereja Mesias Sawang (161 jiwa), dan Gereja Bandil (88 jiwa).
Bupati Sitaro Tonny Supit mengatakan, pihaknya telah menyiapkan lahan untuk persiapan relokasi. ”Memang harus direlokasi dari zona rawan bencana tak layak mukim,” katanya. Untuk merealisasi rencana itu, Pemkab Sitaro segera berkoordinasi dengan pemerintah provinsi agar memperjuangkan pembangunan rumah tempat tinggal bagi warga ke pemerintah pusat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sitaro, Carlton Bob Wuaten, memastikan Dusun Kora-Kora berisiko tinggi diterjang lahar panas, awan panas, dan abu vulkanik. ”Harus direlokasi, kita sudah tinjau lokasi dan akan segera kita usulkan ke pusat,” katanya.
Lurah Bebali, Ellen Kalangit, mengatakan pihaknya memperkenankan warga Dusun Kora-Kora meninjau rumah dengan dikawal petugas BPBD yang dilengkapi alat komunikasi untuk memantau aktivitas Karangetang. Kepala Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Provinsi Sulut Christian Laotongan tetap meminta warga tidak meninggalkan lokasi pengungsian karena kondisi Gunung Karangetang belum normal pascaletusan.
Material vulkanik ini berisiko membahayakan keselamatan warga yang bermukim di lereng gunung karena sewaktu- waktu dapat meluncur deras dan menutup permukiman warga. ”Pasti akan ada informasi yang disampaikan instansi terkait kepada warga apabila perkembangan Gunung Karangetang sudah aman. Tapi untuk saat ini masih riskan,” sebutnya.
Warga diharapkan menjauhi sungai yang biasanya menjadi tempat luncuran awan panas agar terhindar dari korban jiwa. Kemarin Wakil Bupati Sitaro Siska Salindeho membagikan masker ke sejumlah sekolah yang terkena dampak abu vulkanik Karangetang di Siau. ”Lingkungan sekolah penuh dengan abu gunung api, ini bisa menimbulkan penyakit, maka semua harus pakai masker,” kata Wabup Salindeho di depan murid SDN Inpres Kanang, Siau Timur.
Wakil Kepala SDN Inpres Kanang, Henny Kalangit, mengaku sangat khawatir dengan kondisi anak didik karena atap gedung dan halaman sekolah dipenuhi abu sekitar 5 mm. Dia berharap pemerintah mengerahkan armada tangki air untuk menyiram debu atau mengambil langkah lain yang efektif agar abu Karangetang tidak berdampak luas.
Jackmar tamahari/ ant
(bbg)