Pelayanan BPJS Dinilai Jauh dari Kata Optimal

Jum'at, 19 Desember 2014 - 22:09 WIB
Pelayanan BPJS Dinilai Jauh dari Kata Optimal
Pelayanan BPJS Dinilai Jauh dari Kata Optimal
A A A
JAKARTA - BPJS merupakan bagian dari sistem jaminan sosial nasional yang dibentuk atas dasar pemenuhan hak konstitusional setiap orang dan tanggung jawab negara.

BPJS mulai melaksanakan fungsinya sejak 1 Januari 2014 melalui PT ASKES (PERSERO) yang telah diubah menjadi BPJS Kesehatan. Namun, dalam perjalanannya BPJS masih menuai banyak kritik.

“Saat ini diperlukan pendekatan individualisasi dalam tata laksana diabetes, dimana pasien harus dilihat secara perorangan dan semua tata laksana yang dilakukan harus disesuaikan dengan latar belakang kondisi masing-masing pasien,” tutur Kepala Divisi Endokrinologi Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM dr Em Yunir SpPD-KEMD di Hotel Shangri La, Jakarta, Jumat (19/12/2014).

"Antara lain lamanya menderita diabetes, angka harapan hidup pasien, penyakit penyerta, komplikasi yang sudah muncul, kemampuan pasien untuk melakukan pengobatan, serta sistem jaminan kesehatan yang berlaku, sehingga tidak secara umum semua pasien diberikan obat yang sama," sambungnya.

Walaupun akan genap berusia satu tahun, namun faktanya sejak diberlakukannya BPJS masih banyak permasalahan yang muncul yang dijumpai pada pasien dan dokter. Berbagai persoalan dan keberhasilan program yang akan menjadi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini mewarnai setahun penyelenggaraannya.

"Sejak diberlakukannya era BPJS Januari 2014 banyak permasalahan yang muncul dalam penatalaksanaan diabetes. Permasalahan ini antara lain terjadi pada sistem pelayanan belum optimal, sosialisasi yang kurang sehingga banyak peraturan-peraturan yang terkesan tidak sama antar daerah atau provinsi," jelas Em Yunir.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa, masalah yang dijumpai pada pasien antara lain sistem rujukan berjenjang yang dirasakan makin memperpanjang proses yang ditempuh oleh seorang pasien untuk mendapatkan pengobatan dan ketersediaan obat yang terkadang tidak bisa terpenuhi.

Selanjutnya, sistim limitasi biaya yang menyebabkan pasien harus berulang kali datang ke rumah sakit rujukan untuk satu kasus yang dihadapinya. Ditambah lagi pasien yang pernah menjadi pasien Askes dimana rujukannya dianggap lebih mudah menjadi saat ini terasa lebih sulit.

Bagi dokter, permasalahan yang timbul antara lain jumlah kunjungan yang semakin berlipat sehingga menyebabkan jam kerja menjadi panjang. Informasi sistem yang belum sepenuhnya dikuasai, sistem rujukan balik (untuk pasien yang sudah stabil) belum optimal.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7925 seconds (0.1#10.140)