Kasus HAM 1965, rekonsiliasi kultural jadi obat penawar

Kamis, 05 September 2013 - 15:09 WIB
Kasus HAM 1965, rekonsiliasi kultural jadi obat penawar
Kasus HAM 1965, rekonsiliasi kultural jadi obat penawar
A A A
Sindonews.com - Putri Sulung KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Alissa Wahid mengatakan pihaknya masih berkonsentrasi melakukan rekonsiliasi kultural dengan keluarga korban kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) tahun 1965.

Dari kegiatan yang telah dilakukan, lanjutnya, keluarga korban tragedi kemanusiaan tersebut merasa lebih nyaman dan terbuka. Ia menilai rekonsiliasi kultural sangat dibutuhkan.

"Karena bertemu dengan orang NU lebih berani keluar, lebih terbuka, itu penting dan tidak boleh ditinggalkan," kata Alissa usai pemutaran film dokumenter karya Robert Lemelson di Kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhary, Jakarta, Kamis, (5/9/2013).

Koordinator Gusdurian ini menegaskan, jika negara sudah melakukan pengakuan terhadap tragedi tersebut, maka rekonsiliasi kultural tidak boleh ditinggalkan dan harus lebih kuat.

Dalam pemutaran film berjudul 40 years of silent: an Indonesian tragedy itu dihadiri oleh aktivis penggiat HAM dan keluarga korban, sehingga diskusi berlangsung hangat. Apalagi film tersebut mengingatkan kembali pada tragedi masa lalu melalui pengakuan keluarga korban.

Alissa menegaskan, upaya rekonsiliasi kulturan masih tetap dijalankan secara intens. "Iya masih (terus dijalankan)," imbuhnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0846 seconds (0.1#10.140)