Perkuat Persatuan Bangsa, Sosialisasi 4 Konsensus Nasional Perlu Digencarkan

Rabu, 11 Januari 2023 - 13:43 WIB
loading...
Perkuat Persatuan Bangsa,...
Presiden Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam Indonesia, KH Muflich Chalif Ibrahim. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Indonesia dinilai menghadapi masalah yang hampir sama dari tahun ke tahun, yakni polarisasi masyarakat akibat intoleransi, ujaran kebencian, dan radikalisme. Karena itu, resolusi 2023 bangsa Indonesia harus diarahkan untuk membangun perabadan yang bebas dari hal-hal tersebut.

Hal ini disampaikan Presiden Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam Indonesia, KH Muflich Chalif Ibrahim. Menurutnya, meski tahun 2022 menorehkan catatan yang baik tapi masih banyak pekerjaan rumah, terutama dalam mewujudkan persatuan umat dan membangun peradaban unggul.

"Perlu penguatan pemahaman nilai-nilai luhur yang disebut PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD 45) yang mana itu adalah basis konstitusi bangsa Indonesia sebagai hukum dasar kita dan sudah disepakati secara bersama-sama," kata Kiai Muflich Chalif di Jakarta, Rabu (11/1/2023).

Dengan penguatan dan penanaman empat konsensus nasional tersebut, Kiai Muflich yakin akan terjadi percepatan dalam mewujudkan peradaban bangsa yang unggul. "Kalau hal itu terus kita berikan pemahaman dan kita sosialisasikan kepada masyarakat, maka insyaAllah secara bertahap bangsa Indonesia akan tetap rukun. Terhindar dari segala macam bentuk provokasi hoaks dan adu domba. Ini memperkuat jati diri bangsa bahwa kita punya nilai-nilai budaya luhur," katanya.

Budaya luhur bangsa yang berisikan semangat perdamaian, kerukunan, gotong royong telah lama menjadi ciri khas Indonesia. Kemajemukan dan keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia adalah suatu keniscayaan dan modal sosial yang sangat besar.

"Saya melihat selama ini pemerintah melalui BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) juga sudah melihat itu semua. Saya lihat banyak sekali agenda-agenda yang dilakukan BNPT untuk mendorong semangat wawasan kebangsaan, tentang transformasi budaya bangsa, revitalisasi nilai-nilai luhur Pancasila, termasuk juga moderasi beragama," kata kiai kelahiran Jakarta, 8 November 1970 ini.

Karena itu, Kiai Muflich menilai perlunya dialog terbuka guna menyamakan persepsi dan pemahaman bersama, bahwasannya ideologi kekerasan yang dibawa oleh kelompok radikal tidaklah sesuai dengan ajaran luhur Islam dan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) ini berharap kepada segenap tokoh masyarakat dan agama ikut mendorong dan menyosialisasikan program pemerintah guna menciptakan kerukunan hidup antarsuku dan umat beragama.

"LPOI dan LPOK (Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan) harus terus membantu menyosialisasikan program-program pemerintah atau lembaga-lembaga negara untuk menciptakan kerukunan hidup antarumat beragama, antaragama, dan sebagainya. Hal itu tentunya dengan meningkatkan silaturahim antarsesama agar masyarakat kita tidak mudah dipecah belah dan diadu domba," kata salah satu pendiri dan pembina LPOK ini.

Kiai Muflich kembali mengemukakan optimisme Indonesia mampu menjadi bangsa dengan peradaban unggul, saling menghormati, berprinsip pada kebersamaan serta saling menghargai.

"Mari kita bersama-sama juga meniingkatkan inisiatif dan potensi masyarakat dalam membangun peradaban masyarakat agar terbebas dari virus intoleransi, radikalisme, dan terorisme," kata Kiai Muflich.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1537 seconds (0.1#10.140)