Survei LSN: Prabowo Bertengger di Papan Atas Elektabilitas Capres 2024

Jum'at, 16 Desember 2022 - 15:59 WIB
loading...
Survei LSN: Prabowo...
Prabowo Subianto menduduki puncak elektabilitas Capres 2024 bersama dengan dua nama lain yakni Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan, berdasarkan data terbaru LSN. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Nama Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto menduduki puncak elektabilitas Capres 2024 bersama dengan dua nama lain yakni Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Hal tersebut berdasarkan data terbaru Lembaga Survei Nasional (LSN).

Direktur Eksekutif LSN Gema Nusantara Bakry mengatakan, ketiga nama tersebut masih bertengger di papan atas. Posisi ketiganya kata Gema, belum tergoyahkan.

"Berdasarkan hasil survei LSN kali ini, Prabowo Subianto , Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan masih bercokol di papan atas. Posisi mereka di tiga besar elektabilitas tetap tak tergoyahkan," kata Gema saat menyampaikan hasil survei secara daring, Jumat (16/12/2022).

"Persaingan menuju 2024, baik di papan survei maupun dalam realitas politik, telah mengerucut pada tiga nama tersebut. Praktis tidak ada ancaman berarti dari tokoh-tokoh papan tengah apalagi papan bawah," sambungnya.

Baca juga: 10 Capres 2024, Elektabilitas Prabowo Subianto Paling Tinggi

Gema mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan pada 16 hingga 29 November 2022 itu, terdapat tiga tingkat elektabilitas.

"Crapres dalam survei LSN kali ini dapat dikelompokkan dalam tiga klaster. Pertama, klaster papan atas terdiri dari Prabowo, Ganjar dan Anies yang masing- masing elektabilitasnya berkisar 20 sampai 25%," katanya.

Lalu pada klaster papan tengah terdiri dari Ridwan Kamil, Moeldoko, Andika Perkasa, Sandiaga Uno, AHY, dan Erick Thohir yang masing-masing elektabilitasnya berkisar 2 hingga 7,5%.

"Ketiga, klaster papan bawah dihuni oleh Puan Maharani, Airlangga Hartarto, dan Muhaimin Iskandar dengan elektabilitas 0,4 hingga 1,7%," ucapnya.

"Mengingat selisih elektabilitas antara, satu capres dengan capres lain di setiap klaster sangat tipis, kami sengaja tidak menyebutkan angkanya untuk menghindari kesimpulan yang kurang tepat akibat methodological fallacy," tutupnya.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1782 seconds (0.1#10.140)