Tingkatkan Inovasi di Bidang Pangan, BSKDN Minta Daerah Manfaatkan Kearifan Lokal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri ( Kemendagri ) meminta pemerintah daerah (Pemda) manfaatkan kearifan lokal dalam setiap inovasi di bidang pangan yang dikembangkan.
Hal itu disampaikan Kepala BSKDN Yusharto Huntoyungo saat memberi arahan dalam acara Rapat Koordinasi (Rakor) Kajian Issue Strategis yang mengusung tema "Penguatan Inovasi Daerah Dalam Mendukung Sumsel Mandiri Pangan Menuju Indonesia Maju". Gelaran tersebut diselenggarakan di Gedung Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Yusharto menjelaskan, Indonesia terkenal memiliki beragam kearifan lokal, terlebih di bidang pangan. Hasil bumi dan laut yang melimpah sangat sayang bila tidak dikembangkan dengan baik dan benar. Oleh karenanya, hal itu perlu dimanfaatkan untuk membangun inovasi di bidang kemandirian pangan. Upaya ini dapat dimulai dari langkah sederhana dengan menamam sendiri sayuran yang dikonsumsi atau memelihara ikan yang kaya akan protein.
"Kita bisa mulai menanam tanaman cepat panen seperti cabai, bayam, kangkung dan sayuran lainnya di halaman rumah, yang bisa 10 hari panen. Kita juga bisa memelihara ikan di rumah, misal ikan mujaer sebagai sumber protein," ungkap Yusharto, Selasa (13/12/2022).
Dirinya mengingatkan daerah agar mulai waspada terhadap kemungkinan sejumlah komoditas menyebabkan tingginya inflasi seperti bawang, cabai, hingga minyak goreng. Yusharto menambahkan, selain menanam tanaman cepat panen, upaya mengatasi inflasi juga dapat dilakukan melalui memperpanjang usia simpan produk.
"Memperpanjang umur simpan produk apa pun, banyak ibu-ibu yang sudah mulai menerapkan cara menyimpan sayuran dengan benar agar tidak mudah busuk, atau makanan lainnya. Nah ini, teknologi pasca panen ini menjadi bagian dari inovasi yang kita harus latihkan ke Dasawisma PKK," ujarnya.
Dia mengatakan, salah satu inovasi di bidang pangan yang bisa menjadi inspirasi adalah Kebun, Kolam, dan Kandang (3K) yang berfungsi sebagai pemenuhan gizi keluarga yang berisi sayur-sayuran, ikan, dan ternak. Inovasi tersebut juga bagian dari upaya memberantas stunting. "Itu sebagai salah satu contoh (inovasi 3K) bagaimana ketahanan pangan penting untuk diupayakan semua pihak," katanya.
Selain memperpanjang umur simpan produk, kemandirian pangan juga bisa ditempuh melalui memperluas jangkauan peredaran produk apabila jumlahnya sudah berlebih dan mengemas produk dengan lebih praktis dan menarik.
"Untuk mengatasi permasalahan pangan kita tidak bisa menggunakan cara-cara lama, karena kita tidak akan menemukan solusinya di sana. Manfaatkan cara baru dan libatkanlah teknologi untuk berinovasi," katanya.
Hal itu disampaikan Kepala BSKDN Yusharto Huntoyungo saat memberi arahan dalam acara Rapat Koordinasi (Rakor) Kajian Issue Strategis yang mengusung tema "Penguatan Inovasi Daerah Dalam Mendukung Sumsel Mandiri Pangan Menuju Indonesia Maju". Gelaran tersebut diselenggarakan di Gedung Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Yusharto menjelaskan, Indonesia terkenal memiliki beragam kearifan lokal, terlebih di bidang pangan. Hasil bumi dan laut yang melimpah sangat sayang bila tidak dikembangkan dengan baik dan benar. Oleh karenanya, hal itu perlu dimanfaatkan untuk membangun inovasi di bidang kemandirian pangan. Upaya ini dapat dimulai dari langkah sederhana dengan menamam sendiri sayuran yang dikonsumsi atau memelihara ikan yang kaya akan protein.
"Kita bisa mulai menanam tanaman cepat panen seperti cabai, bayam, kangkung dan sayuran lainnya di halaman rumah, yang bisa 10 hari panen. Kita juga bisa memelihara ikan di rumah, misal ikan mujaer sebagai sumber protein," ungkap Yusharto, Selasa (13/12/2022).
Dirinya mengingatkan daerah agar mulai waspada terhadap kemungkinan sejumlah komoditas menyebabkan tingginya inflasi seperti bawang, cabai, hingga minyak goreng. Yusharto menambahkan, selain menanam tanaman cepat panen, upaya mengatasi inflasi juga dapat dilakukan melalui memperpanjang usia simpan produk.
"Memperpanjang umur simpan produk apa pun, banyak ibu-ibu yang sudah mulai menerapkan cara menyimpan sayuran dengan benar agar tidak mudah busuk, atau makanan lainnya. Nah ini, teknologi pasca panen ini menjadi bagian dari inovasi yang kita harus latihkan ke Dasawisma PKK," ujarnya.
Dia mengatakan, salah satu inovasi di bidang pangan yang bisa menjadi inspirasi adalah Kebun, Kolam, dan Kandang (3K) yang berfungsi sebagai pemenuhan gizi keluarga yang berisi sayur-sayuran, ikan, dan ternak. Inovasi tersebut juga bagian dari upaya memberantas stunting. "Itu sebagai salah satu contoh (inovasi 3K) bagaimana ketahanan pangan penting untuk diupayakan semua pihak," katanya.
Selain memperpanjang umur simpan produk, kemandirian pangan juga bisa ditempuh melalui memperluas jangkauan peredaran produk apabila jumlahnya sudah berlebih dan mengemas produk dengan lebih praktis dan menarik.
"Untuk mengatasi permasalahan pangan kita tidak bisa menggunakan cara-cara lama, karena kita tidak akan menemukan solusinya di sana. Manfaatkan cara baru dan libatkanlah teknologi untuk berinovasi," katanya.
(cip)