Penulis Berdedikasi, Musdah Mulia dan Eka Budianta Dianugerahi Satupena Awards 2022

Selasa, 06 Desember 2022 - 18:23 WIB
loading...
Penulis Berdedikasi, Musdah Mulia dan Eka Budianta Dianugerahi Satupena Awards 2022
Satupena memberikan penghargaan Satupena Awards 2022 kepada dua penulis Indonesia yang dianggap berdedikasi yakni Musdah Mulia dan Eka Budianta. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Perkumpulan Penulis Indonesia (Satupena) memberikan penghargaan Satupena Awards 2022 kepada dua penulis Indonesia yang dianggap berdedikasi. Keduanya adalah Musdah Mulia untuk kategori nonfiksi dan Eka Budianta untuk kategori fiksi.

Ketua Umum Satupena Denny JA mengatakan tradisi memberikan penghargaan kepada para penulis berdedikasi adalah bagian dari gerakan literasi, menghidupkan Indonesia juga sebagai negara budaya. Tak hanya soal kekuasaan dan perdagangan, negara yang maju juga kuat secara kebudayaan.

"Penetapan penulis berdedikasi dilakukan melalui proses seleksi, penilaian serta penjurian berjenjang selama tiga bulan oleh dewan juri yang terdiri dari para penulis dan pengurus Satupena dari Aceh hingga Papua," ujar Denny JA dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/12/2022).

Suara mereka ditampung dan diseleksi oleh enam koordinator Satupena dari enam pulau, koordinator Sumatera, Jawa, Bali-NTT, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.

“Mereka adalah Anwar Putra Bayu, Dhenok Kristianti, I Wayan Suyadnya, Hamri Manoppo, M Thobroni, dan FX Purnomo,” jelasnya.

Lebih lanjut Denny JA menjelaskan bahwa terdapat sejumlah pertimbangan di balik penetapan tersebut. Musdah Mulia dipilih karena dedikasinya sebagai penulis buku yang mencerahkan untuk tema emansipasi wanita, dengan perspektif tafsir agama secara modern.

Musdah juga aktif di berbagai organisasi perempuan dan organisasi profesi, seperti Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Women Shura Council (Majelis Perempuan Ulama berpusat di New York). Dia bersama KH Abdurrahman Wahid, Djohan Effendi dan sejumlah pemuka agama lainnya juga mendirikan ICRP (Indonesian Conference on Religions for Peace).

Musdah dikenal dengan karya-karyanya yang sangat vokal menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan, prinsip keagamaan yang moderat dan cinta perdamaian, di antaranya adalah, “Muslimah Reformis: Perempuan Pembaru Keagamaan” (Mizan, 2005), “Perempuan dan Politik” (Gramedia, 2005), “Membangun Surga di Bumi: Kiat-Kiat Membina Keluarga Ideal dalam Islam” (Gramedia, 2011), “Mengupas Seksualitas” (Serambi, 2015), dan “Ensiklopedia Muslimah Reformis: Pokok-Pokok Pemikiran untuk Reinterpretasi dan Aksi” (Penerbit Baca, 2020).

Atas dedikasinya, Musdah kerap meraih sejumlah penghargaan nasional dan internasional. Di antaranya adalah International Women of Courage Award dari Pemerintah Amerika Serikat (2007) atas kegigihannya memperjuangkan demokrasi dan Humanity Award (2019) dari International Forum for Peace and Human Rights atas kiprahnya merajut perdamaian melalui upaya-upaya penegakan HAM di Indonesia.

Sementara itu, Eka Budianta karena dedikasinya di dunia sastra. Dia dianggap oleh para juri sangat paripurna. Dia menguasai teori kesastraan secara mendalam.

Selain dikenal sebagai seorang penulis senior yang banyak menghasilkan karya sastra, utamanya puisi dan prosa, Eka Budianta juga berperan serta menumbuhkan penyair serta penulis muda melalui Yayasan Pustaka Sastra yang dia dirikan bersama F Rahardi.

Aktif menulis cerpen dan puisi sejak di bangku SMA hingga saat ini, dia telah menulis lebih dari 40 buku, baik kumpulan puisi maupun cerpen. Eka juga mendedikasikan hidupnya untuk dunia kepenulisan.

Dia pernah menjadi wartawan Majalah Tempo (1980-1983), koresponden koran Jepang Yomiuri Shimbun (1984-1986), dan menjadi kolumnis di majalah Trubus hingga sekarang. Dia juga tercatat pernah mengikuti Iowa Writers Program di Iowa, Amerika Serikat. Hingga saat ini, Eka masih aktif menulis di sejumlah media massa.

Bukunya yang berjudul “Cerita di Kebun Kopi” (Balai Pustaka, 1981) dinyatakan oleh pemerintah sebagai bacaan di sekolah, sedangkan buku “Sejuta Milyar Satu” dipilih sebagai bahan literatur tambahan dan mendapat penghargaan khusus dari Dewan Kesenian Jakarta tahun 1985.

Bahkan Prof Dr A Teeuw dalam bukunya Modern Indonesian Literature II (The Hague, 1979) pernah meramalkan bahwa nama Eka Budianta akan menjadi penulis besar dalam dekade 1980-an.

Denny JA menjelaskan para penerima penghargaan tersebut akan mendapatkan hadiah berupa sertifikat dan uang tunai masing-masing senilai Rp35 juta. Penyerahan penghargaan akan dilaksanakan dalam acara Satupena Awards 2022 yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2168 seconds (0.1#10.140)