Kisah Jenderal AH Nasution Selamat dari G30S PKI Setelah Banyak Nyamuk di Kelambu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jenderal Abdul Haris Nasution atau AH Nasution selamat dari penculikan pasukan Cakrabirawa dalam peristiwa G30S PKI setelah banyak nyamuk dalam kelambu di kamarnya. Bagi PKI, Jenderal AH Nasution yang kala itu menjabat Menteri Pertahanan dan Keamanan merangkap Kepala Staf Angkatan Bersenjata berada di urutan nomor satu dalam daftar orang yang harus dibunuh.
Dalam memoar Jenderal AH Nasution, "Memenuhi Panggilan Tugas, Jilid 6: Masa Kebangkitan Orde Baru, Nasution dan istrinya, Johanna Sunarti menjelaskan dengan terang benderang apa yang terjadi dini hari itu. Pada 1 Oktober 1965 sekitar pukul 03.45 WIB Jenderal AH Nasution terbangun karena banyak nyamuk dalam kelambu.
Saat itu yang berada di dalam kamar tidur adalah AH Nasution, istrinya, dan anak bungsunya, Ade Irma Suryani Nasution. Jenderal AH Nasution beberapa menit sebelum pukul 04.00 WIB kala itu mendengar bunyi banyak kendaraan.
Kemudian, pintu masuk ke kamar tidur dan kamar kerja dibuka secara paksa. Mendengar kegaduhan itu, Johanna Sunarti membuka kamar tidur untuk melihat ke luar dan segera menutup dan mengunci pintu kembali seraya memberitahukan bahwa ada anggota Cakrabirawa.
Johanna Sunarti menganjurkan AH Nasution agar jangan keluar. Ketika mendengar kegaduhan tembakan serta dibuka paksanya kamar kerja, dalam hati istri AH Nasution berkata, "Wah, itulah mereka sudah datang menculik Pak Nas."
Saat itu, Ade Irma Suryani Nasution juga sudah terbangun dan berdiri di dekat ibunya. Johanna Sunarti menghalangi Jenderal AH Nasution yang berniat untuk berbicara sendiri dengan orang-orang yang sudah mengepung rumah di Jalan Teuku Umar Nomor 40, Jakarta Pusat yang kini telah menjadi museum.
Begitu AH Nasution membuka pintu, beberapa anggota pasukan Cakrabirawa langsung melepaskan tembakan dari jarak sekitar 1,5 meter. AH Nasution langsung menutup pintu dan bertiarap.
Istri AH Nasution segera mengunci pintu setelah beradu tenaga dengan salah seorang penculik. Beberapa anggota Cakrabirawa berusaha mendobrak pintu dengan popor senjata hingga mengakibatkan pintu retak-retak.
Mendengar kegaduhan itu, adik perempuan AH Nasution yang tinggal serumah, Mardiah masuk lewat kamar sebelah dan mengambil Ade Irma Suryani Nasution untuk diselamatkan dari kamar tidur ke tempat lain. Namun, karena Mardiah gugup dan belum mengenal situasi, dia justru membuka pintu di mana anggota Cakrabirawa sudah menunggu.
Ketika pintu dibuka, tembakan kembali dilepaskan dan mengenai Ade Irma Suryani Nasution. Istri AH Nasution segera menutup dan mengunci pintu kembali.
Satu diorama tewasnya Ade Irma Suryani di Museum AH Nasution Foto: Antara
Kemudian, pendobrakan kembali dilakukan oleh anggota-anggota Cakrabirawa serta tembakan-tembakan dilepaskan lagi dari luar pintu. "Ternyata satu peluru menyerempet kepala dan dada Bu Nas sehingga mengakibatkan goresan di kulit," tulis dalam buku Sang Patriot Kisah Seorang Pahlawan Revolusi, Biografi Resmi Pierre Tendean, dikutip Rabu (23/11/2022).
Jenderal AH Nasution kemudian lari ke samping rumah melewati kamar sebelah diikuti oleh istrinya, Mardiah, dan Ade yang sedang digendong Mardiah. Saat menutup pintu kembali, istri AH Nasution tak menyadari bahwa Ade Irma Suryani Nasution terkena tembakan karena sudah keburu dilarikan oleh Mardiah keluar kamar menuju samping rumah, sementara ia menahan pintu dari gasakan anggota Cakrabirawa.
Johanna Sunarti meminta AH Nasution lari ke luar ke samping rumah. Setelah AH Nasution berlari ke luar, baru dia menyusul dan di sinilah ia menerima Ade dan Mardiah.
Johanna Sunarti melihat Ade Irma sudah berlumuran darah dan terdapat luka di perutnya. Paha Ade Irma juga sudah berlumuran darah.
Jenderal AH Nasution yang sudah naik di atas pagar tembok ke Kedutaan Besar Irak yang letaknya bersebelahan langsung sempat berniat turun lagi dan melawan begitu menyadari Ade Irma terluka parah. Namun, Johanna Sunarti melarang tindakan nekat AH Nasution itu.
Namun, Johanna Sunarti masih mengingat bagaimana raut wajah suaminya yang sedih dan kecewa kala dipaksa untuk melarikan diri. Jenderal AH Nasution terpaksa menyelamatkan diri karena ia yang sebenarnya yang mau dikhianati dan dibunuh, bukan keluarganya.
Rumah AH Nasution telah dikepung rapi, tetapi yang mengawasi tembok tempat AH Nasution melarikan diri tertutup pandangannya oleh tanaman dekat tembok. Usai berhasil melompati tembok, Jenderal AH Nasution kemudian bersembunyi di belakang drum yang terletak di pekarangan Kedutaan Besar Irak di Jalan Teuku Umar Nomor 38.
Dalam memoar Jenderal AH Nasution, "Memenuhi Panggilan Tugas, Jilid 6: Masa Kebangkitan Orde Baru, Nasution dan istrinya, Johanna Sunarti menjelaskan dengan terang benderang apa yang terjadi dini hari itu. Pada 1 Oktober 1965 sekitar pukul 03.45 WIB Jenderal AH Nasution terbangun karena banyak nyamuk dalam kelambu.
Saat itu yang berada di dalam kamar tidur adalah AH Nasution, istrinya, dan anak bungsunya, Ade Irma Suryani Nasution. Jenderal AH Nasution beberapa menit sebelum pukul 04.00 WIB kala itu mendengar bunyi banyak kendaraan.
Kemudian, pintu masuk ke kamar tidur dan kamar kerja dibuka secara paksa. Mendengar kegaduhan itu, Johanna Sunarti membuka kamar tidur untuk melihat ke luar dan segera menutup dan mengunci pintu kembali seraya memberitahukan bahwa ada anggota Cakrabirawa.
Johanna Sunarti menganjurkan AH Nasution agar jangan keluar. Ketika mendengar kegaduhan tembakan serta dibuka paksanya kamar kerja, dalam hati istri AH Nasution berkata, "Wah, itulah mereka sudah datang menculik Pak Nas."
Saat itu, Ade Irma Suryani Nasution juga sudah terbangun dan berdiri di dekat ibunya. Johanna Sunarti menghalangi Jenderal AH Nasution yang berniat untuk berbicara sendiri dengan orang-orang yang sudah mengepung rumah di Jalan Teuku Umar Nomor 40, Jakarta Pusat yang kini telah menjadi museum.
Begitu AH Nasution membuka pintu, beberapa anggota pasukan Cakrabirawa langsung melepaskan tembakan dari jarak sekitar 1,5 meter. AH Nasution langsung menutup pintu dan bertiarap.
Istri AH Nasution segera mengunci pintu setelah beradu tenaga dengan salah seorang penculik. Beberapa anggota Cakrabirawa berusaha mendobrak pintu dengan popor senjata hingga mengakibatkan pintu retak-retak.
Mendengar kegaduhan itu, adik perempuan AH Nasution yang tinggal serumah, Mardiah masuk lewat kamar sebelah dan mengambil Ade Irma Suryani Nasution untuk diselamatkan dari kamar tidur ke tempat lain. Namun, karena Mardiah gugup dan belum mengenal situasi, dia justru membuka pintu di mana anggota Cakrabirawa sudah menunggu.
Ketika pintu dibuka, tembakan kembali dilepaskan dan mengenai Ade Irma Suryani Nasution. Istri AH Nasution segera menutup dan mengunci pintu kembali.
Satu diorama tewasnya Ade Irma Suryani di Museum AH Nasution Foto: Antara
Kemudian, pendobrakan kembali dilakukan oleh anggota-anggota Cakrabirawa serta tembakan-tembakan dilepaskan lagi dari luar pintu. "Ternyata satu peluru menyerempet kepala dan dada Bu Nas sehingga mengakibatkan goresan di kulit," tulis dalam buku Sang Patriot Kisah Seorang Pahlawan Revolusi, Biografi Resmi Pierre Tendean, dikutip Rabu (23/11/2022).
Jenderal AH Nasution kemudian lari ke samping rumah melewati kamar sebelah diikuti oleh istrinya, Mardiah, dan Ade yang sedang digendong Mardiah. Saat menutup pintu kembali, istri AH Nasution tak menyadari bahwa Ade Irma Suryani Nasution terkena tembakan karena sudah keburu dilarikan oleh Mardiah keluar kamar menuju samping rumah, sementara ia menahan pintu dari gasakan anggota Cakrabirawa.
Johanna Sunarti meminta AH Nasution lari ke luar ke samping rumah. Setelah AH Nasution berlari ke luar, baru dia menyusul dan di sinilah ia menerima Ade dan Mardiah.
Johanna Sunarti melihat Ade Irma sudah berlumuran darah dan terdapat luka di perutnya. Paha Ade Irma juga sudah berlumuran darah.
Jenderal AH Nasution yang sudah naik di atas pagar tembok ke Kedutaan Besar Irak yang letaknya bersebelahan langsung sempat berniat turun lagi dan melawan begitu menyadari Ade Irma terluka parah. Namun, Johanna Sunarti melarang tindakan nekat AH Nasution itu.
Namun, Johanna Sunarti masih mengingat bagaimana raut wajah suaminya yang sedih dan kecewa kala dipaksa untuk melarikan diri. Jenderal AH Nasution terpaksa menyelamatkan diri karena ia yang sebenarnya yang mau dikhianati dan dibunuh, bukan keluarganya.
Rumah AH Nasution telah dikepung rapi, tetapi yang mengawasi tembok tempat AH Nasution melarikan diri tertutup pandangannya oleh tanaman dekat tembok. Usai berhasil melompati tembok, Jenderal AH Nasution kemudian bersembunyi di belakang drum yang terletak di pekarangan Kedutaan Besar Irak di Jalan Teuku Umar Nomor 38.
(rca)