Fahri Hamzah Kritik Deklarasi Dini Anies Baswedan: Seharusnya Ada Debat Visi Misi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengkritik sistem pemilu Indonesia yang tidak memiliki aturan baku soal kapan partai politik bisa mendeklarasikan capres-cawapres. Hal tersebut membuat sistem kenegaraan menjadi rancu.
"Saya harus menyampaikan kritik sistem. Banyak di negara ini tidak jelas dibiarkan. Kita punya masalah besar dalam menangkap garis besar persoalan. Saya langsung address Nasdem dan Anies Baswedan yang perjudiannya tinggi sekali," ujar Fahri Hamzah, Selasa (15/11/2022) dalam webminar daring.
Dalam webminar daring bertajuk 'Siapa Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2024' tersebut Fahri Hamzah menyebutkan keputusan KPU perihal Capres-Cawapres baru dapat ditentukan pada September 2023.
"Dalam 11 bulan ini tidak ada jadwalnya. Apapula makna deklarasi, makna nama Anies. Itu yang membuat di tengah jalan banyak persoalan. Tidak akan tuntas kecuali dijadwalkan UU. Kecuali deklarasi Presiden ditetapkan bisa dilaksanakan setahun sebelumnya. Tapi ada debat publik," tutur Fahri Hamzah.
Karena tidak ada debat capres dengan kandidat capres lainnya, Fahri Hamzah menilai deklarasi dini Anies Baswedan untuk mendapatkan cottail effect (efek ekor jas) bagi Nasdem.
"Tidak ada otoritas untuk melaksanakan debat Capres. Jadi 11 bulan ini saling tunggu. Nasdem akan mendapatkan cottail effect, sedang cari cara supaya ke partai kelas atas. Anies Baswedan juga memerlukan kendaraan parpol efektif, agar ada mediumnya," ujar Fahri.
Hingga saat ini baru Anies Baswedan dan Prabowo Subianto yang dideklarasikan sebagai capres untuk Pilpres 2024.
Anies digadang-gadang akan diusung Koalisi Perubahan yaitu Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sementara Prabowo Subianto disokong poros Gerindra-PKB.
Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang beranggotakan Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga belum menentukan capres-cawapres. PDIP yang dapat mengusung capres-cawapres sendiri tanpa berkoalisi juga belum menunjukkan tanda-tanda akan mengumumkan dalam waktu dekat.
"Saya harus menyampaikan kritik sistem. Banyak di negara ini tidak jelas dibiarkan. Kita punya masalah besar dalam menangkap garis besar persoalan. Saya langsung address Nasdem dan Anies Baswedan yang perjudiannya tinggi sekali," ujar Fahri Hamzah, Selasa (15/11/2022) dalam webminar daring.
Dalam webminar daring bertajuk 'Siapa Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2024' tersebut Fahri Hamzah menyebutkan keputusan KPU perihal Capres-Cawapres baru dapat ditentukan pada September 2023.
"Dalam 11 bulan ini tidak ada jadwalnya. Apapula makna deklarasi, makna nama Anies. Itu yang membuat di tengah jalan banyak persoalan. Tidak akan tuntas kecuali dijadwalkan UU. Kecuali deklarasi Presiden ditetapkan bisa dilaksanakan setahun sebelumnya. Tapi ada debat publik," tutur Fahri Hamzah.
Karena tidak ada debat capres dengan kandidat capres lainnya, Fahri Hamzah menilai deklarasi dini Anies Baswedan untuk mendapatkan cottail effect (efek ekor jas) bagi Nasdem.
"Tidak ada otoritas untuk melaksanakan debat Capres. Jadi 11 bulan ini saling tunggu. Nasdem akan mendapatkan cottail effect, sedang cari cara supaya ke partai kelas atas. Anies Baswedan juga memerlukan kendaraan parpol efektif, agar ada mediumnya," ujar Fahri.
Hingga saat ini baru Anies Baswedan dan Prabowo Subianto yang dideklarasikan sebagai capres untuk Pilpres 2024.
Anies digadang-gadang akan diusung Koalisi Perubahan yaitu Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sementara Prabowo Subianto disokong poros Gerindra-PKB.
Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang beranggotakan Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga belum menentukan capres-cawapres. PDIP yang dapat mengusung capres-cawapres sendiri tanpa berkoalisi juga belum menunjukkan tanda-tanda akan mengumumkan dalam waktu dekat.
(muh)