5 Tokoh Muhammadiyah Bergelar Pahlawan Nasional

Senin, 07 November 2022 - 00:21 WIB
loading...
5 Tokoh Muhammadiyah Bergelar Pahlawan Nasional
KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Sejumlah tokoh Muhammadiyah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah. Di antara mereka, ada nama KH Ahmad Dahlan dan Soekarno .

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang berdiri sejak sebelum Indonesia merdeka. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912 oleh Muhammad Darwis, yang kemudian dikenal dengan KH Ahmad Dahlan.

Dari masa ke masa, Muhammadiyah melahirkan banyak tokoh nasional yang berjasa bagi negara. Di antara mereka ada yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional .

Berikut ini SINDOnews tampilkan profil singkat 5 tokoh Muhammadiyah yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional:

1. KH Ahmad Dahlan
5 Tokoh Muhammadiyah Bergelar Pahlawan Nasional


KH Ahmad Dahlan merupakan ulama yang mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1918. Organisasi tersebut didirikannya di Kampung Kauman, Yogyakarta.

Melihat keadaan umat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku, dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, KH Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis.



Meski pada awalnya mendapat berbagai fitnah, KH Ahmad Dahlan tetap teguh berjuang. Pembaruan Islam yang dicita-citakannya ditempuh melalui jalur pendidikan. Karena itu, ia mendirikan sekolah yang dapat melahirkan individu yang menguasai ilmu agama sekaligus ilmu umum. Atas jasa-jasanya, KH Ahmad Dahlan mendapat gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1961 berdasarkan SK Presiden No. 657 Tahun 1961.

2. Soekarno
Soekarno adalah presiden pertama Indonesia. Proklamator Kemerdekaan Indonesia ini juga merupakan seorang kader Muhammadiyah sejak masa perang kemerdekaan. Bahkan, ia turut serta menjadi guru di lembaga pendidikan Muhammadiyah.

Soekarno telah menjadi anggota Muhammadiyah di Bengkulu pada tahun 1938. Bagi Soekarno, Muhammadiyah memiliki kesamaan dengan pemikirannya yaitu menghadirkan Islam yang berkemajuan. Soekarno ditetapkan sebagai Pahlawan Proklamator melalui SK Nomor 081/TK/1986 dan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres No. 83/TK/2012 tanggal 7 November 2012.

3. Jenderal Soedirman

Jenderal Besar Soedirman lahir di Purbalingga, 24 Januari 1916. Dia berasal dari keluarga yang menghayati ajaran dan nilai-nilai Islam. Soedirman pernah menjadi guru di Sekolah Dasar Muhammadiyah Cilacap.

Selain itu, ia juga menjadi aktivis Pemuda Muhammadiyah dan Kader Hizbul Wathan Banyumas. Hizbul Wathan merupakan kepanduan putra dalam organisasi Muhammadiyah. Peran Soedirman bagi kemerdekaan Indonesia sangat besar. Meski dalam kondisi sakit, Jenderal Soedirman tetap berjuang dalam peperangan melawan penjajah.

Jenderal Soedirman ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres No. 314 Tahun 1964, pada 10 Desember 1964.

4. KH Mas Mansur

KH Mas Mansur, sering juga ditulis Mas Mansoer atau Mas Mansyur, tumbuh dari keluarga yang berasal dari keluarga Pesantren Sidoresmo, salah satu pesantren tradisional terbesar di Indonesia. Sejak kecil, ia juga sering mengikuti ceramah yang disampaikan KH Ahmad Dahlan.

Kemudian pada tahun 1921, KH Mas Mansur memutuskan untuk masuk organisasi Muhammadiyah setelah ia berkelana dan aktif di berbagai organisasi. Ia pernah menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah dan Konsul Muhammadiyah wilayah Jawa Timur.

Saat Kongres ke-26 Muhammadiyah yang dilaksanakan di Yogyakarta pada Oktober 1937, pria kelahiran 25 Juni 1896 ini diangkat menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah.

Diajuga turut memperjuangkan rakyat di masa penjajahan. KH Mas Mansur dikenal sebagai salah satu dari empat tokoh yang disebut Empat Serangkai. Pada 26 Juni 1964, KH Mas Mansur memperoleh gelar Pahlawan Nasional.

5. Kasman Singodimedjo

Kasman Singodimedjo lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 25 Februari 1904. Ayahnya adalah H Singodimedjo, pernah menjabat sebagai penghulu, carik (sekretaris desa), dan Polisi Pamong Praja di Lampung Tengah.

Kasman menempuh pendidikan awal di sekolah desa di Purworejo. Selanjutnya, dia masuk Holland Indische School (HIS) di Kwitang, Jakarta. Ia pindah ke HIS Kutoarjo, kemudian ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Magelang. Selain menuntut ilmu, Kasman juga belajar pengetahuan agama kepada KH Ahmad Dahlan dan KH Abdul Aziz.

Sejak muda, Kasman Singodimedjo aktif dalam Muhammadiyah. Dia pernah menjadi Ketua Muhammadiyah Cabang Jakarta sekaligus Koordinator Muhammadiyah Wilayah Jakarta, Bogor, dan Banten pada tahun 1968.

Dia juga pernah didapuk sebagai salah satu Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kantor Jakarta selama tiga periode. Dalam perjuangan kemerdekaan, Kasman turut berkontribusi. Ia tergabung dalam PETA, menjadi anggota PPKI, dan berjuang bersama rakyat di masa Agresi Militer Belanda II.

Pada 29 Agustus 1945, Kasman terpilih sebagai ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), cikal bakal Parlemen RI. Selanjutnya, pada 1945-1946, Kasman diangkat menjadi Jaksa Agung. Dia juga pernah menjabat Menteri Muda Kehakiman pada Kabinet Amir Syarifuddin II, 11 November 1947-29 Januari 1948.

Kasman dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2018 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 123/TK Tahun 2018.
(zik)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1503 seconds (0.1#10.140)