Indonesia Berpotensi Jadi Lumbung Pangan Dunia

Selasa, 01 November 2022 - 20:20 WIB
loading...
Indonesia Berpotensi Jadi Lumbung Pangan Dunia
Sejumlah kader tengah merawat tanaman sayur mayur di Rumah Bibit Anging Mammiri di Perumahan Asrama Polisi Toddopuli, Makassar, Senin (05/04/2021). FOTO/MPI/Muchtamir Zaide
A A A
JAKARTA - Indonesia dinilai berpotensi menjadi lumbung pangan dunia. Sebab, keanekaragaman hayati di wilayah tropika punya nilai lebih dibandingkan wilayah nontropika.

"Center of gravitiy (pusat pertanian pangan) ada di tropika. Indonesia, Brasil, dan sebagian di Afrika. Itu mengapa pentingnya pertanian Indonesia," kata Associate Professor Bina Nusantara University Haryono dalam diskusi daring bertajuk Peranan Appertani, Perguruan Tinggi, dan Penelitian dalam Pembangunan Pertanian Masa Depan, Selasa (1/11/2022).

Menurut Haryono, sangat penting bagi Indonesia untuk mendesain pertanian berkelanjutan yang bermanfaat bukan hanya bagi manusia, tapi juga untuk kelestarian dan kualitas lingkungan. "Kualitas, standar, inovasi produk pangan harus maju untuk kemakmuran rakyat Indonesia dan bagian dari program Feed the World," katanya.



Dia membeberkan ada lima pendekatan yang bisa dilakukan untuk mendukung masa depan pertanian Indonesia. Pertama, menerapkan tiga pilar pembangunan pertanian berkelanjutan. "Ada tiga pilar, yaitu persoalan ekonomi, persoalan sosial, dan juga persoalan lingkungan. Tiga pilar ini menjadi dasar kita dalam membentuk, menggerakkan, dan mencapai pertanian berkelanjutan," ujarnya.

Kedua, menerapkan pembangunan pertanian berbasis ekoregion. Pembangunan ini merupakan konsep perencanaan tata ruang (spatial planning) dengan mempertimbangkan jasa tata ruang pada suatu wilayah dan masyarakat yang tinggal di wilayah ekoregion tersebut.

"Menerapkan pembangunan pertanian berbasis ekoregion ini sangat penting, karena Indonesia mempunyai ekosistem yang sangat beragam," paparnya.

Menurutnya, ada empat dimensi pembangunan pertanian berbasis ekoregion yang harus menjadi fokus dalam pengembangannya. "Yang perlu diperhatikan dalam penerapan kualitas dan standar (ekoregion) yaitu ekologi dan ekonomi, risiko, pengembangan wilayah, serta etika dan budaya," ujar Haryono.

Baca juga: Perpres Cadangan Pangan Disahkan, NFA Rumuskan Aturan Turunan

Ketiga, dalam pendekatan pertanian masa depan adalah menerapkan kebijakan pembangunan pertanian berbasis hasil riset. "Membutuhkan peran perguruan tinggi, sains, riset, inovasi dan teknologi," katanya.

Keempat, menerapkan kualitas dan standar produk pangan dan pertanian bertahap dan berkelanjutan. "Harus ada integrasi hulu-hilir untuk meningkatkan kualitas produk pertanian," katanya.

Kelima, melakukan transformasi sistem pertanian konvensional menuju sistem pertanian modern. Caranya dengan mereinvestasi infrastruktur sistem pangan dan pertanian, transformasi budaya kerja baru on farm dan off farm, transformasi kelembagaan petani berbasis korporasi, dan transformasi manajemen data, informasi dan pengetahuan.

Haryono menjelaskan, transformasi ekosistem riset dan pengembangan keekosisteman riset dan inovasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, serta transformasi digital untuk efisiensi sumber daya dan memperpendek rantai pasok pangan dan pertanian.

"Perlu membangun kolaborasi multimitra, termasuk perguruan tinggi, dalam hal kemampuan inovatif pada sistem pertanian, termasuk penerapan kualitas dan standar pertanian, khususnya dukungan standar instrumen pertanian spesifik lokasi," ujar Haryono.

Salah satu bukti Indonesia potensial menjadi lumbung pangan dunia bisa ditengok pada Agustus 2022. Saat ini Indonesia dianugerahi penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) karena program pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pertanian, berhasil membangun ketahanan pangan tanpa impor beras tiga tahun berturut-turut.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1293 seconds (0.1#10.140)