Kisah Sukses Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma yang Mengerek Pamor Prabowo Subianto
loading...
A
A
A
Pada 26 Februari 1996, sebuah informasi menyebut bahwa para sandera ditempatkan di dalam sebuah gua dijuluki "gua kelelawar". Menurut informasi, gua kelelawar berada di ketinggian tujuh meter dan hanya bisa dijangkau lewat titian anak tangga.
Pada 29 Februari 1996, para ICRC berhasil menemui para sandera di sebuah gubuk di Desa Geselama. Pada pertemuan ini, Kogoya mengirimkan pesan kepada Tim Satgas bahwa pihaknya baru akan mempertimbangkan kemungkinan pembebasan sandera setelah berkomunikasi dengan pimpinan OPM di Papua Nugini. Selang beberapa hari kemudian, Kogoya dan Kwalik mengeluarkan pernyataan lebih keras. Mereka menyatakan tak akan membebaskan para sandera, kecuali pemerintah mengakui kemerdekaan Republik Papua Barat.
Prabowo dalam bukunya berjudul, “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto” menceritakan kesuksesan operasi pembebasan sandera yang menyedot perhatian dunia internasional ini tidak lepas dari peran pasukan di lapangan.
Dalam operasi ini, Prabowo membentuk tim inti pembaca jejak yang terdiri atas pasukan Kopassus dan Kodam Cenderawasih. Mereka semua putra daerah. Tim pembaca jejak ini kemudian dinamai Tim Kasuari yang dipimpin langsung Serka Bayani. Tugasnya menembus ke daerah paling sulit.
Menurut Prabowo, Serka Bayani merupakan anggota Kopassus, putra asli Papua yang turut menentukan keberhasilan operasi pembebasan sandera. Kemampuan Serka Bayani dalam membaca jejak membuat Prabowo kagum. ”Dia terkenal di Kopassus. Orangnya tenang, berani, memiliki kemampuan luar biasa dalam menembak dan memiliki kemampuan membaca jejak, dalam operasi di Papua Bayani biasanya tidak menggunakan sepatu. Dia juga memilih menggunakan celana pendek,” kenang Prabowo.
Pada 29 Februari 1996, para ICRC berhasil menemui para sandera di sebuah gubuk di Desa Geselama. Pada pertemuan ini, Kogoya mengirimkan pesan kepada Tim Satgas bahwa pihaknya baru akan mempertimbangkan kemungkinan pembebasan sandera setelah berkomunikasi dengan pimpinan OPM di Papua Nugini. Selang beberapa hari kemudian, Kogoya dan Kwalik mengeluarkan pernyataan lebih keras. Mereka menyatakan tak akan membebaskan para sandera, kecuali pemerintah mengakui kemerdekaan Republik Papua Barat.
Prabowo dalam bukunya berjudul, “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto” menceritakan kesuksesan operasi pembebasan sandera yang menyedot perhatian dunia internasional ini tidak lepas dari peran pasukan di lapangan.
Dalam operasi ini, Prabowo membentuk tim inti pembaca jejak yang terdiri atas pasukan Kopassus dan Kodam Cenderawasih. Mereka semua putra daerah. Tim pembaca jejak ini kemudian dinamai Tim Kasuari yang dipimpin langsung Serka Bayani. Tugasnya menembus ke daerah paling sulit.
Menurut Prabowo, Serka Bayani merupakan anggota Kopassus, putra asli Papua yang turut menentukan keberhasilan operasi pembebasan sandera. Kemampuan Serka Bayani dalam membaca jejak membuat Prabowo kagum. ”Dia terkenal di Kopassus. Orangnya tenang, berani, memiliki kemampuan luar biasa dalam menembak dan memiliki kemampuan membaca jejak, dalam operasi di Papua Bayani biasanya tidak menggunakan sepatu. Dia juga memilih menggunakan celana pendek,” kenang Prabowo.
Lihat Juga :