Bertemu Menteri Urusan Islam Arab Saudi, Gus Yahya Jajaki Kerja Sama untuk Perdamaian Dunia
loading...
A
A
A
NURSULTAN - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf beserta rombongan berkunjung ke Menteri Urusan Islam, Dakwah dan Penyuluhan Arab Saudi Sheikh Abdul Latif bin Abdul Aziz Al-Sheikh di Nur-Sultan, akhir pekan ini.
Kunjungan PBNU ini berlangsung di sela-sela Kongres Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional yang pertemuan terakhirnya ditutup di Ibu Kota Kazakhstan, dengan partisipasi lebih dari 100 delegasi tokoh dan pemuka agama ddari 60 negara di dunia.
Dalam pertemuan yang dihadiri sejumlah pejabat Kementerian Urusan Islam Arab Saudi, PBNU dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Kazakstan, kedua belah pihak meninjau pelbagai bidang kerja sama dan hal-hal yang menjadi kepentingan bersama, terutama terkait kinerja dakwah Islam, penyebaran moderasi beragama dan penolakan terhadap ekstremisme.
Sheikh Abdul Latif bin Abdul Aziz Al-Sheikh menerangkan keseriusan Pemerintah Arab Saudi dalam hal-hal yang bisa mewujudkan keamanan, perdamaian, dan kepentingan bersama seluruh masyarakat di dunia. Dia juga memaparkan upaya-upaya yang dilakukan Raja Salman bin Abdulaziz dan Putra Mahkota Muhammad bin Salman dalam melayani umat Islam di dunia dan menjaga dua Tanah Suci dan orang-orang yang datang ke sana.
Menteri Urusan Islam Arab Saudi itu menekankan bahwa Kerajaan Arab Saudi memerangi terorisme dengan tegas dan serius sebagian bagian dari komitmen pemerintah untuk menyebarkan paham moderasi beragama.
"Kerajaan Arab Saudi ibarat kepala bagi tubuh Islam, menargetkannya berarti menargetkan seluruh umat Islam di dunia," ujarnya dalam keterangan resmi kepada MPI, Sabtu (17/9/2022)..
Sementara itu, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam pertemuan itu mengapresiasi posisi bergengsi Kerajaan Arab Saudi di dunia Islam dan kancah internasional, dan upayanya dalam melayani Islam dan umat Islam di dunia, terutama posisi historisnya bersama negara Indonesia sepanjang sejarah.
Gus Yahya sapaan akrab KH Yahya Cholil Staquf menunjukkan keseriusan organisasi yang melayani lebih dari 120 juta anggotanya itu untuk belajar dari pengalaman Kementerian Urusan Islam Arab Saudi dalam menyebarkan moderasi beragama serta memerangi ekstremisme dan terorisme. Dia juga menyampaikan kebanggaannya atas upaya yang dilakukan oleh Kementerian Urusan Islam, Dakwah dan Penyuluhan di bawah kepemimpinan Syekh Abdul Lathif bin Abdul Azizi Al-Sheikh dalam menyebarkan moderasi dan memerangi ekstremisme.
Gus Yahya menekankan bahwa pidato yang disampaikan oleh Syekh Abdul Lathif bin Abdul Azizi Al-Sheikh pada Kongres Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional sangat penting untuk mencapai perdamaian dan kerukunan, menyebarkan budaya hidup berdampingan secara damai dan menolak kekerasan. Gus Yahya tidak lupa memuji upaya yang dilakukan oleh Kerajaan Arab Saudi dalam melayani seluruh umat manusia.
Dalam pernyataan persnya seusai pertemuan tersebut, Gus Yahya menilai bahwa Kerajaan Arab Saudi adalah negara terpenting di dunia Islam saat ini, melihat hal-hal positif yang didedikasikan kerajaan untuk masyarakat dunia.
"Karena itu, Nahdlatul Ulama tertarik untuk menjalin kerja sama positif dan konstruktif dengan pemerintah Arab Saudi untuk kebaikan rakyat Indonesia," tutur Gus Yahya.
Terkait topik pembicaraan dalam Kongres Pemimpin Dunia, Gus Yahya mengatakan, "Apa yang sudah dijelaskan dalam Kongres merupakan cita-cita semua bangsa dan negara yang memiliki niat baik yang sama. Kesimpulan yang telah dihasilkan Kongres itu perlu diadopsi dan diikuti oleh mereka untuk hidup di dunia yang damai dan beradab."
Dia menekankan bahwa kelompok-kelompok fanatik, teroris dan ekstremis tidak hanya terbatas pada masyarakat muslim dan dunia Islam tetapi meluas ke seluruh umat manusia dan dunia. Menurut dia, setiap orang memiliki tanggung jawab bersama untuk mencari solusi yang diperlukan untuk menyelesaikan fenomena ini. Baca juga: Firasat Akhir Hayat, Jenderal Paling Dihormati Ini Keliling TMP Kalibata Sebelum Wafat
"Dari sini, NU serius bekerja sama dengan Kementerian Urusan Islam Kerajaan Arab Saudi untuk mencapai konsensus mengembangkan masa depan yang lebih baik antara komunitas muslim serta masyarakat dan negara-negara di dunia, melalui solusi-solusi substansial dan berkelanjutan terhadap permasalahan-permasalahan terorisme dan ekstremisme," tutupnya.
Kunjungan PBNU ini berlangsung di sela-sela Kongres Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional yang pertemuan terakhirnya ditutup di Ibu Kota Kazakhstan, dengan partisipasi lebih dari 100 delegasi tokoh dan pemuka agama ddari 60 negara di dunia.
Dalam pertemuan yang dihadiri sejumlah pejabat Kementerian Urusan Islam Arab Saudi, PBNU dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Kazakstan, kedua belah pihak meninjau pelbagai bidang kerja sama dan hal-hal yang menjadi kepentingan bersama, terutama terkait kinerja dakwah Islam, penyebaran moderasi beragama dan penolakan terhadap ekstremisme.
Sheikh Abdul Latif bin Abdul Aziz Al-Sheikh menerangkan keseriusan Pemerintah Arab Saudi dalam hal-hal yang bisa mewujudkan keamanan, perdamaian, dan kepentingan bersama seluruh masyarakat di dunia. Dia juga memaparkan upaya-upaya yang dilakukan Raja Salman bin Abdulaziz dan Putra Mahkota Muhammad bin Salman dalam melayani umat Islam di dunia dan menjaga dua Tanah Suci dan orang-orang yang datang ke sana.
Menteri Urusan Islam Arab Saudi itu menekankan bahwa Kerajaan Arab Saudi memerangi terorisme dengan tegas dan serius sebagian bagian dari komitmen pemerintah untuk menyebarkan paham moderasi beragama.
"Kerajaan Arab Saudi ibarat kepala bagi tubuh Islam, menargetkannya berarti menargetkan seluruh umat Islam di dunia," ujarnya dalam keterangan resmi kepada MPI, Sabtu (17/9/2022)..
Sementara itu, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam pertemuan itu mengapresiasi posisi bergengsi Kerajaan Arab Saudi di dunia Islam dan kancah internasional, dan upayanya dalam melayani Islam dan umat Islam di dunia, terutama posisi historisnya bersama negara Indonesia sepanjang sejarah.
Gus Yahya sapaan akrab KH Yahya Cholil Staquf menunjukkan keseriusan organisasi yang melayani lebih dari 120 juta anggotanya itu untuk belajar dari pengalaman Kementerian Urusan Islam Arab Saudi dalam menyebarkan moderasi beragama serta memerangi ekstremisme dan terorisme. Dia juga menyampaikan kebanggaannya atas upaya yang dilakukan oleh Kementerian Urusan Islam, Dakwah dan Penyuluhan di bawah kepemimpinan Syekh Abdul Lathif bin Abdul Azizi Al-Sheikh dalam menyebarkan moderasi dan memerangi ekstremisme.
Gus Yahya menekankan bahwa pidato yang disampaikan oleh Syekh Abdul Lathif bin Abdul Azizi Al-Sheikh pada Kongres Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional sangat penting untuk mencapai perdamaian dan kerukunan, menyebarkan budaya hidup berdampingan secara damai dan menolak kekerasan. Gus Yahya tidak lupa memuji upaya yang dilakukan oleh Kerajaan Arab Saudi dalam melayani seluruh umat manusia.
Dalam pernyataan persnya seusai pertemuan tersebut, Gus Yahya menilai bahwa Kerajaan Arab Saudi adalah negara terpenting di dunia Islam saat ini, melihat hal-hal positif yang didedikasikan kerajaan untuk masyarakat dunia.
"Karena itu, Nahdlatul Ulama tertarik untuk menjalin kerja sama positif dan konstruktif dengan pemerintah Arab Saudi untuk kebaikan rakyat Indonesia," tutur Gus Yahya.
Terkait topik pembicaraan dalam Kongres Pemimpin Dunia, Gus Yahya mengatakan, "Apa yang sudah dijelaskan dalam Kongres merupakan cita-cita semua bangsa dan negara yang memiliki niat baik yang sama. Kesimpulan yang telah dihasilkan Kongres itu perlu diadopsi dan diikuti oleh mereka untuk hidup di dunia yang damai dan beradab."
Dia menekankan bahwa kelompok-kelompok fanatik, teroris dan ekstremis tidak hanya terbatas pada masyarakat muslim dan dunia Islam tetapi meluas ke seluruh umat manusia dan dunia. Menurut dia, setiap orang memiliki tanggung jawab bersama untuk mencari solusi yang diperlukan untuk menyelesaikan fenomena ini. Baca juga: Firasat Akhir Hayat, Jenderal Paling Dihormati Ini Keliling TMP Kalibata Sebelum Wafat
"Dari sini, NU serius bekerja sama dengan Kementerian Urusan Islam Kerajaan Arab Saudi untuk mencapai konsensus mengembangkan masa depan yang lebih baik antara komunitas muslim serta masyarakat dan negara-negara di dunia, melalui solusi-solusi substansial dan berkelanjutan terhadap permasalahan-permasalahan terorisme dan ekstremisme," tutupnya.
(kri)