Kenali 7 Pahlawan Revolusi yang Gugur Akibat Kekejaman G30S/PKI

Jum'at, 16 September 2022 - 19:25 WIB
loading...
Kenali 7 Pahlawan Revolusi...
Pahlawan Revolusi berguguran pada saat gerakan 30 September yang diprakarsai Partai Komunis Indonesia (PKI). Foto DOK Ist
A A A
JAKARTA - Pahlawan Revolusi berguguran pada saat gerakan 30 September yang diprakarsai Partai Komunis Indonesia (PKI). Terdapat tujuh pahlawan revolusi yang gugur pada peristiwa G30 S/PKI tersebut.

Dilansir dari jurnal.ugm.ac.id, sejarah kelam terkait pemberontakan ini telah memakan banyak korban termasuk beberapa Jenderal TNI yang kemudian diberi penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi.

Baca juga : 10 Pahlawan Revolusi Korban Kekejaman G30S/PKI

Pemberian gelar Pahlawan Revolusi ini dilakukan pada tanggal 5 Oktober 1965. Mereka yang gugur ini juga diberikan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB).
Salah satu penyebab mereka dibunuh lantaran menentang rencana PKI yang hendak membentuk angkatan kelima.

Berikut tujuh Pahlawan Revolusi yang gugur akibat kekejaman G30S/PKI :

1. Kapten (Anumerta) Pierre Tendean

Pierre Tendean pada saat peristiwa G30S sedang berada di kediaman A.H. Nasution. Dimana pada saat itu dia membantu sang Jenderal meloloskan diri. Sayangnya dia justru terciduk oleh oknum PKI.

Jabatan terakhirnya adalah Ajudan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal TNI Abdul Haris Nasution.

Sebelumnya pria kelahiran 21 Februari 1939 ini pernah bertugas menyusup ke daerah Malaysia saat sedang berkonfrontasi dengan Malaysia.

2. Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo

Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen pada 28 Agustus 1922. Dia ditangkap oleh PKI di kediamannya yang berada di Jalan Sumenep, Menteng, Jakarta Pusat.

Sebelumnya Sutoyo sempat tergabung ke dalam Polisi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang merupakan cikal bakal Tentara Nasional Indonesia pasca proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Dia juga sempat menjadi ajudan Kolonel Gatot Soebroto, komandan Polisi Militer. Sementara jabatan terakhirnya adalah Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat.

3. Mayjen (Anumerta) Donald Isaac Pandjaitan

Pada saat peristiwa pemberontakan, terdapat beberapa oknum yang memaksa masuk dan melancarkan tembakan ke kediaman Pandjaitan di Jalan Hasanuddin, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Pahlawan Revolusi yang lahir pada 9 Juni 1925 di Sumatera Utara ini memulai karir militernya pada saat ia mengikuti pendidikan Giyugun di Bukittinggi.

D.I. Pandjaitan kemudian bergabung dengan TKR Pasca proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan menjabat sebagai Komandan Batalyon I merangkap Kepala Latihan Resimen IV Divisi III / Banteng hingga panda puncaknya menjabat sebagai Asisten IV Menteri / Panglima Angkatan Darat.

4. Letjen (Anumerta) Siswondo Parman

Siswondo Parman lahir pada 4 Agustus 1918 dan merupakan salah satu jenderal yang sebelumnya sempat diperingatkan akan gerakan komunis yang hendak muncul.

Namun pada hari berlangsungnya peristiwa tersebut justru tanpa pengawasan. Akhirnya dia diangkut oleh puluhan oknum menggunakan truk yang telah disediakan.

Sebelum dia bergabung dengan angkatan bersenjata Indonesia, Siswondo sempat dikirim ke Jepang untuk memperdalam ilmu intelijen pada Kenpei Kasya Butai.

5. Letjen (Anumerta) Mas Tirtodarmo Haryono

Pada saat peristiwa G30S, sempat terjadi penembakan di kediaman Haryono. Meskipun sempat berhasil kabur sang jenderal ini harus tertangkap dan dibawa menggunakan truk.

Jenderal TNI ini lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya. Pangkat terakhirnya adalah Deputi III Menteri/Panglima AD Bidang Perencanaan dan Pembinaan.

Baca juga : Jenazah Pengangkat Tujuh Pahlawan Revolusi Pelda KKO Evert Julius Dikremasi

6. Letjen (Anumerta) Raden Suprapto

Pria yang lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920 juga merupakan korban kekejaman G30S. Sebelumnya, Soeprapto ternyata pernah menjadi Ajudan Panglima Besar Sudirman dalam pertempuran di Ambarawa.

Jenderal ini juga aktif ketika memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan melakukan usaha perebutan senjata dari tangan Jepang di Cilacap.

7. Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani

Jenderal TNI yang lahir di Purworejo pada 19 Juni 1922 ini memang dikenal anti Komunis. Pada saat malam penculikan Jenderal Ahmad Yani ditembak secara spontan ketika sempat menampar salah satu oknum tersebut.

Sebelumnya Ahmad Yani juga sempat menumpas pemberontakan PKI Madiun pada 1948. Ahmad Yani pada tahun 1958 diangkat sebagai Komandan Komando Operasi 17 Agustus di Padang Sumatera Barat untuk menumpas pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
(bim)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1688 seconds (0.1#10.140)