Stafsus Presiden Sebut Inovasi Keharusan untuk Mencapai Ketahanan dan Kedaulatan Pangan
loading...
A
A
A
BOGOR - Staf Khusus (Stafsus) Presiden , Diaz Hendropriyono mengatakan ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mencapai ketahanan dan kedaulatan dalam negeri, salah satunya dengan inovasi .
Hal itu disampaikan Diaz saat berbincang dengan Rektor IPB University, Prof. Dr. Arif Satria, yang didampingi Direktur Kerjasama dan Hubungan Alumni; Dr Syarifah Iis Aisyah yang ikut memaparkan tentang berbagai hasil riset dari IPB University di berbagai bidang. Baca juga: Harga Pangan Tinggi, Daya Beli Petani Lokal Ikut Terdampak
"Luar biasa. Semua hasil riset yang ditunjukkan merupakan sebagian kecil dari puncak kontribusi IPB University dalam kaitan dengan peningkatan efisiensi, efektivitas, maupun berbagai terobosan terkait alternatif pangan. Ini telah sejalan dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo dan kita semua wajib untuk terus mendorong kebermanfaatannya secara luas di masyarakat. Riset dan Industri harus saling menguatkan," ujar Diaz, Jumat (9/9/2022).
Pada kesempatan itu, Diaz juga menyampaikan pentingnya inovasi untuk alternatif protein untuk memenuhi kebutuhan manusia, sebagai pengganti protein hewan ternak sapi dan kambing, yang memerlukan lahan yang luas, air bersih dan daya dukung alam yang besar.
"Inovasi harus mampu menjawab tantangan misalnya; terkait luasan lahan yang semakin terbatas, air yang layak konsumsi yang hanya 3% dan semakin menyusut karena pencemaran, daya dukung bumi yang terus menurun," katanya.
"Dimana kita akan berladang, beternak dan tinggal, dengan berbagai keterbatasan tersebut, dan jumlah manusia yang semakin bertambah? Jangan sampai manusia berkompetisi dengan ternak, misalnya. Bagaimana dengan opsi pemanfaatan sumber protein alternatif lain, seperti crickets (jangkrik) atau algae (ganggang)?" imbuh Diaz.
Merespons hal tersebut, Arif Satria menegaskan bahwa Future Food adalah salah satu fokus riset di IPB University. "Dan sebagaimana fokus dari berbagai riset yang lain, kami terus berkolaborasi dan meningkatkan kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, misalnya: BRIN. Tujuannya agar lebih jelas, siapa fokus di bidang apa. Sehingga tidak terjadi duplikasi riset," papar Arif.
Rektor IPB dalam kesempatan tersebut juga didampingi oleh Prof. Dr. Yandra Arkeman, MEng., dan Dr. Karlisa Priandana dari BRAIN (Blockchain, Robotics, and Artificial Intelligence Networks), yang juga menyampaikan mengenai peran teknologi digital maju (advance digital technology) di industri.
"Artificial Intelligence, Internet of Things dan Blockchain harus terus dikembangkan, dan BRAIN IPB University dengan dukungan Pak Diaz dan Pak Rektor, terus bergerak ke berbagai stakeholder untuk mendorong implementasinya," tutur Yandra.
Di akhir pertemuan, Arif dan Diaz kemudian meneruskan pembicaraan sambil berkeliling di Agribusiness and Technology Park IPB University yang merupakan fasilitas milik IPB untuk mengembangkan aplikasi riset di bidang pertanian, termasuk smart farming. Pertemuan yang terjadwal 1,5 jam tersebut akhirnya memanjang menjadi lebih dari 2.5 jam, dan ditutup dengan menyantap buah segar hasil panen di lokasi yang sama.
Hal itu disampaikan Diaz saat berbincang dengan Rektor IPB University, Prof. Dr. Arif Satria, yang didampingi Direktur Kerjasama dan Hubungan Alumni; Dr Syarifah Iis Aisyah yang ikut memaparkan tentang berbagai hasil riset dari IPB University di berbagai bidang. Baca juga: Harga Pangan Tinggi, Daya Beli Petani Lokal Ikut Terdampak
"Luar biasa. Semua hasil riset yang ditunjukkan merupakan sebagian kecil dari puncak kontribusi IPB University dalam kaitan dengan peningkatan efisiensi, efektivitas, maupun berbagai terobosan terkait alternatif pangan. Ini telah sejalan dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo dan kita semua wajib untuk terus mendorong kebermanfaatannya secara luas di masyarakat. Riset dan Industri harus saling menguatkan," ujar Diaz, Jumat (9/9/2022).
Pada kesempatan itu, Diaz juga menyampaikan pentingnya inovasi untuk alternatif protein untuk memenuhi kebutuhan manusia, sebagai pengganti protein hewan ternak sapi dan kambing, yang memerlukan lahan yang luas, air bersih dan daya dukung alam yang besar.
"Inovasi harus mampu menjawab tantangan misalnya; terkait luasan lahan yang semakin terbatas, air yang layak konsumsi yang hanya 3% dan semakin menyusut karena pencemaran, daya dukung bumi yang terus menurun," katanya.
"Dimana kita akan berladang, beternak dan tinggal, dengan berbagai keterbatasan tersebut, dan jumlah manusia yang semakin bertambah? Jangan sampai manusia berkompetisi dengan ternak, misalnya. Bagaimana dengan opsi pemanfaatan sumber protein alternatif lain, seperti crickets (jangkrik) atau algae (ganggang)?" imbuh Diaz.
Merespons hal tersebut, Arif Satria menegaskan bahwa Future Food adalah salah satu fokus riset di IPB University. "Dan sebagaimana fokus dari berbagai riset yang lain, kami terus berkolaborasi dan meningkatkan kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, misalnya: BRIN. Tujuannya agar lebih jelas, siapa fokus di bidang apa. Sehingga tidak terjadi duplikasi riset," papar Arif.
Rektor IPB dalam kesempatan tersebut juga didampingi oleh Prof. Dr. Yandra Arkeman, MEng., dan Dr. Karlisa Priandana dari BRAIN (Blockchain, Robotics, and Artificial Intelligence Networks), yang juga menyampaikan mengenai peran teknologi digital maju (advance digital technology) di industri.
"Artificial Intelligence, Internet of Things dan Blockchain harus terus dikembangkan, dan BRAIN IPB University dengan dukungan Pak Diaz dan Pak Rektor, terus bergerak ke berbagai stakeholder untuk mendorong implementasinya," tutur Yandra.
Di akhir pertemuan, Arif dan Diaz kemudian meneruskan pembicaraan sambil berkeliling di Agribusiness and Technology Park IPB University yang merupakan fasilitas milik IPB untuk mengembangkan aplikasi riset di bidang pertanian, termasuk smart farming. Pertemuan yang terjadwal 1,5 jam tersebut akhirnya memanjang menjadi lebih dari 2.5 jam, dan ditutup dengan menyantap buah segar hasil panen di lokasi yang sama.
(kri)