Kerja Sama Asing Disorot, Pemerintah Diminta Utamakan Perusahaan Domestik

Selasa, 30 Juni 2020 - 16:54 WIB
loading...
Kerja Sama Asing Disorot,...
Langkah institusi pemerintah yang bekerja sama dengan perusahaan asing terus mendapatkan sorotan. Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Langkah institusi pemerintah yang kerap melakukan bekerja sama dengan perusahaan asing terus mendapatkan sorotan.

Sekadar diketahui, Direktorat Jenderal Kebudayaan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Google melaksanakan program Google Arts Project. Sebelumnya, Kemendikbud menggandeng dengan Netflix untuk menyajikan film dokumenter selama pelaksanaan Belajar Dari Rumah.(Baca juga: Daripada Netflix, Kemendikbud Lebih Baik Libatkan Sineas Bangsa )

Lewat platform digital itu, publik bisa mengakses berbagai tempat bersejarah, seperti museum koleksi wayang nasional, dan lain-lain hanya dengan menggunakan smartphone.

Menurut Igor, suka atau tidak, paradigma globalisasi memang sedang berlangsung saat ini. "Sebaiknya kita perlu membatasi lalu lintas gerak perusahaan asing dan lebih mengutamakan perusahaan domestik jika hal itu bisa dilakukan. Soal Google Art Project itu sebenarnya adalah ironi," kata pengamat politik dan kebijakan publik dari Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara..(Baca juga: Kemendikbud Gandeng Netfix, JPPI: Pendidikan Kita Semakin Komersil )

Padahal, lanjut Igor, sebelumnya Pemerintah Indonesia sudah menggandeng Netflix. "Terlihat bahwa ada tekanan pihak luar (Amerika Serikat) terhadap Indonesia agar lebih membuka akses bagi perusahaan asing (regulasi) dengan dalih investasi," katanya.

Dia mengatakan, paling tidak, seharusnya ada klausul soal kewajiban perusahaan asing tersebut untuk menggandeng partner dengan pengusaha lokal di Indonesia. Apalagi, lanjut dia, buat apa melakukan kerjasama dengan pihak luar untuk memvisualisasikan warisan budaya nasional, jika platform-nya juga bisa dibuat dilakukan oleh anak bangsa sendiri atau perusahaan media nasional.

"Salah satu kontroversi dan kritik terhadap platform dari Google banyak terkait dengan iklan negatif (politik) yang sering termuat dalam aplikasi yang bersangkutan. Kontroversi iklan politik di sejumlah platform digital bermula ketika Donald Trump menciptakan iklan hoax saat kampanye pemilihan kembali Presiden AS," ungkapnya.

Dia menambahkan, Google justru bersikap diam dan membiarkan para politikus memasang iklan yang mengandung berita palsu. "Kritik berikutnya soal Google adalah terkait tagihan pajak-nya di Indonesia. Estimasi utang pajak Google (termasuk denda tahun 2015) berkisar di angka USD418 juta atau sekira Rp5,5 triliun," tuturnya.
(dam)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Demi Kemandirian Bangsa,...
Demi Kemandirian Bangsa, Dana Padanan Kedaireka Dukung Inovasi Kendaraan Listrik
Peningkatan Kesejahteraan...
Peningkatan Kesejahteraan dan Kompetensi Guru Jadi Pilar Penting Merdeka Belajar
Bangun Inovasi, Kemendikbud...
Bangun Inovasi, Kemendikbud Pertemukan Rekapreneur dan Kedaireka Academy
Bantu IKM, Kemenperin...
Bantu IKM, Kemenperin Luncurkan Startup4Industry Investment Summit 2024
Dongkrak Apresiasi Pengunjung,...
Dongkrak Apresiasi Pengunjung, Museum dan Cagar Budaya Bakal Lebih Interaktif
UNESCO Menyetujui Bahasa...
UNESCO Menyetujui Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Sidang Umum UNESCO
Anggota DPR: Hardiknas...
Anggota DPR: Hardiknas Momentum Pemerataan Akses dan Kualitas Pendidikan di Sumbar
Mendukung Usaha Kecil...
Mendukung Usaha Kecil dan Startup lewat Ekosistem Web3 di Asia Tenggara
Efisien dan Tepat Sasaran:...
Efisien dan Tepat Sasaran: Mekanisme Tunjangan Langsung ke Rekening, Banjir Pujian Para Guru
Rekomendasi
SUN Energy dan PT Bekasi...
SUN Energy dan PT Bekasi Power Jalin Kerja Sama Pengembangan PLTS
Pakistan Hancurkan Sistem...
Pakistan Hancurkan Sistem Pertahanan S-400 Senilai Rp24,7 Triliun Milik India
Pascakerusuhan di Lapas...
Pascakerusuhan di Lapas Muara Beliti, 65 Warga Binaan Dipindahkan ke Nusakambangan
Berita Terkini
2 Letjen Baru di TNI...
2 Letjen Baru di TNI AD, Nomor 1 Mantan Pangdam Udayana
Kenang Paus Fransiskus,...
Kenang Paus Fransiskus, Praksis Sebut Paus Leo XIV Penerus Harapan Dunia
Soal Kebijakan Dedi...
Soal Kebijakan Dedi Mulyadi, PBNU: Pengiriman Anak Nakal ke Pesantren Jauh Lebih Baik
Buka Muspinas ke-III...
Buka Muspinas ke-III Kosgoro 1957, Bahlil Dorong Kolaborasi dengan Partai Golkar
Soal Perang India-Pakistan,...
Soal Perang India-Pakistan, TNI: Ancaman Perang Terbuka Masih Ada
Soroti Insiden Kecelakaan...
Soroti Insiden Kecelakaan Maut, Istana: Presiden Prabowo Minta Dimitigasi
Infografis
Ratusan Mahasiswa Asing...
Ratusan Mahasiswa Asing Berbakat Terancam Kehilangan Masa Depan di AS
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved