Zat BPA di Kemasan Plastik Berbahaya Bagi Kesehatan, Begini Penjelasan Pakar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah pakar dan peneliti dari perguruan tinggi ternama membeberkan bahayanya zat Bisphenol A atau BPA pada galon guna ulang atau wadah plastik yang terbuat dari polycarbonat.
Hal itu terungkap dalam diskusi bertajuk ”Saresehan Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat” yang digelar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Hotel Shangrilla, Tanah Abang, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Hadir dalam sarasehan tersebut, Guru Besar Fakultas Teknik Kimia Universitas Diponegoro Andri Cahyo Kumoro, Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (KPMAK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM Diah Ayu Puspandari, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Junaidi Khotib serta pakar dari Universitas Indonesia dan IPB.
Para pakar sepakat BPA dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti, kanker, kesehatan otak, autisme, kelenjar prostat, dan juga memicu perubahan perilaku pada anak.
Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA) Arist Merdeka Sirait menegaskan, di luar negeri senyawa BPA sudah tidak digunakan lagi karena terbukti berbahaya bagi kesehatan. "Menurut US Food and Drug Administration, BPA memicu masalah kesehatan di otak," kata Arist Merdeka, Kamis (11/8/2022).
Tidak hanya itu, kata Arist, BPA juga sangat berbahaya bagi kesehatan anak. Untuk itu, pihaknya mendukung upaya BPOM melakukan perubahan kedua atas Perka No 31 Tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan. "BPA bagi orang dewasa saja dapat memicu kanker. Apalagi bagi anak-anak atau bayi, balita dan janin. Di mana bayi, balita dan janin itu belum mempunyai sistem imun," ucapnya.
Komnas Perlindungan Anak, sambung Arist, akan terus mengampanyekan bahaya BPA. Saat ini, masyarakat internasional dan dalam negeri telah banyak mendapat informasi mengenai keamanan BPA pada kemasan plastik polikarbonat (PC) yang berdampak pada kesehatan. BPA merupakan salah satu bahan penyusun plastik PC kemasan air minum dalam galon yang pada kondisi tertentu dapat bermigrasi dari kemasan PC ke dalam air yang dikemasnya.
”BPA bekerja atau berdampak kesehatan melalui mekanisme endocrine disruptors atau gangguan hormon khususnya hormon estrogen sehingga berkorelasi pada gangguan sistem reproduksi baik pria maupun wanita, diabetes, obesitas, gangguan sistem kardiovaskular, gangguan ginjal, kanker, perkembangan kesehatan mental, autism spectrum disorder (ASD) dan pemicu Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD),” katanya.
Diah Ayu Puspandari dari Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (KPMAK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM melakukan penelitian terkait dampak dari kandungan BPA dalam Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Paparannya disampaikan dalam saresehan Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat. ”Paparan BPA berkontribusi 4,5 kali lebih besar memicu infertilitas,” ucapnya.
Ahli Biomedik Farmasi dan Farmakologi sekaligus Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Juanidi Khotib mengatakan, dari kajian yang dilakukan terjadi pelepasan atau migrasi partikel BPA ke makanan atau minuman yang bersinggungan langsung dengan kemasan primer.
”Konsentrasi BPA dalam darah dan urine sangat erat dengan berbagai penyakit yang berkaitan dengan gangguan endokrin, yaitu gangguan pada hormonal sistem, perkembangan saraf dan mental pada anak - anak," papar Junaidi Khotib.
Hal itu terungkap dalam diskusi bertajuk ”Saresehan Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat” yang digelar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Hotel Shangrilla, Tanah Abang, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Hadir dalam sarasehan tersebut, Guru Besar Fakultas Teknik Kimia Universitas Diponegoro Andri Cahyo Kumoro, Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (KPMAK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM Diah Ayu Puspandari, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Junaidi Khotib serta pakar dari Universitas Indonesia dan IPB.
Para pakar sepakat BPA dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti, kanker, kesehatan otak, autisme, kelenjar prostat, dan juga memicu perubahan perilaku pada anak.
Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA) Arist Merdeka Sirait menegaskan, di luar negeri senyawa BPA sudah tidak digunakan lagi karena terbukti berbahaya bagi kesehatan. "Menurut US Food and Drug Administration, BPA memicu masalah kesehatan di otak," kata Arist Merdeka, Kamis (11/8/2022).
Tidak hanya itu, kata Arist, BPA juga sangat berbahaya bagi kesehatan anak. Untuk itu, pihaknya mendukung upaya BPOM melakukan perubahan kedua atas Perka No 31 Tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan. "BPA bagi orang dewasa saja dapat memicu kanker. Apalagi bagi anak-anak atau bayi, balita dan janin. Di mana bayi, balita dan janin itu belum mempunyai sistem imun," ucapnya.
Komnas Perlindungan Anak, sambung Arist, akan terus mengampanyekan bahaya BPA. Saat ini, masyarakat internasional dan dalam negeri telah banyak mendapat informasi mengenai keamanan BPA pada kemasan plastik polikarbonat (PC) yang berdampak pada kesehatan. BPA merupakan salah satu bahan penyusun plastik PC kemasan air minum dalam galon yang pada kondisi tertentu dapat bermigrasi dari kemasan PC ke dalam air yang dikemasnya.
”BPA bekerja atau berdampak kesehatan melalui mekanisme endocrine disruptors atau gangguan hormon khususnya hormon estrogen sehingga berkorelasi pada gangguan sistem reproduksi baik pria maupun wanita, diabetes, obesitas, gangguan sistem kardiovaskular, gangguan ginjal, kanker, perkembangan kesehatan mental, autism spectrum disorder (ASD) dan pemicu Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD),” katanya.
Diah Ayu Puspandari dari Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (KPMAK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM melakukan penelitian terkait dampak dari kandungan BPA dalam Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Paparannya disampaikan dalam saresehan Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat. ”Paparan BPA berkontribusi 4,5 kali lebih besar memicu infertilitas,” ucapnya.
Ahli Biomedik Farmasi dan Farmakologi sekaligus Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Juanidi Khotib mengatakan, dari kajian yang dilakukan terjadi pelepasan atau migrasi partikel BPA ke makanan atau minuman yang bersinggungan langsung dengan kemasan primer.
”Konsentrasi BPA dalam darah dan urine sangat erat dengan berbagai penyakit yang berkaitan dengan gangguan endokrin, yaitu gangguan pada hormonal sistem, perkembangan saraf dan mental pada anak - anak," papar Junaidi Khotib.
(cip)