7 Pahlawan Muslimah Indonesia, Dari Lawan Penjajah Hingga Kesetaraan

Selasa, 09 Agustus 2022 - 15:36 WIB
loading...
7 Pahlawan Muslimah Indonesia, Dari Lawan Penjajah Hingga Kesetaraan
Sedikitnya ada tujuh pahlawan muslimah Indonesia yang bisa diketahui dalam sejarahnya. Foto DOK SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sedikitnya ada tujuh pahlawan muslimah Indonesia yang bisa diketahui dalam sejarahnya. Para pahlawan tersebut memberikan kontribusinya terhadap kemerdekaan Indonesia baik dalam melawan penjajah atau mendukung kesetaraan.

Pahlawan muslimah tersebut ikut mempertaruhkan jiwa raganya demi terciptanya Indonesia yang merdeka, damai dan adil.

Baca juga : Teladani Sikap Pahlawan untuk Jadi Pahlawan Masa Depan

Berikut tujuh pahlawan muslimah Indonesia seperti dilansir dari berbagai sumber :

1. Cut Nyak Dhien

Wanita kelahiran tahun 1848 ini merupakan pahlawan asal Aceh yang merupakan Istri dari Teuku Umar. Pasangan suami istri ini ikut memperjuangkan tanah Aceh dari genggaman para kolonial Belanda.

Ikutnya Cut Nyak Dhien dalam perang ini berpengaruh dalam meningkatkan moral para pejuang bangsa dibantu dengan taktik cerdik dari Teuku Umar. Sampai pada akhirnya sang suami gugur di medan pertempuran.

Meskipun begitu Pahlawan wanita ini masih tetap ikut bertempur selama enam tahun dan bergerilya dari satu tempat ke tempat lain. Atas perjuangannya ini, pada 2 Mei 1962 Presiden Soekarno melalui SK Presiden RI Nomor 106 tahun 1964, menetapkan Cut Nyak Dien sebagai pahlawan nasional.

2. Siti Walidah

Wanita kelahiran 1872 yang lebih dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan ini memang tak ikut perang seperti Cut Nyak Dhien. Namun perannya dalam memajukan pendidikan teruntuk kaum perempuan ini adalah hasil dari perjuangannya.

Dia berperan membangun beberapa sekolah bersamaan dengan suaminya KH. Akhmad Dahlan. Dimana fungsi dari sekolah tersebut selain mencerdaskan juga memberikan bekal keagamaan bagi setiap muridnya.

Karena jasanya ini pada September 1971, berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia Nomor 042/TK/1971, Siti Walidah diangkat sebagai Pahlawan Nasional.

3. Laksamana Malahayati

Sama seperti Cut Nyak Dhien pahlawan wanita satu ini juga berasal dari tanah Aceh. Wanita kelahiran 1550 ini sempat diangkat menjadi Laksamana oleh sang Sultan guna memimpin pasukan Inong Balee.

Laksamana Malahayati dikenal sebagai wanita yang mahir dalam berperang. Dia bahkan sempat mewakili Sultan Aceh dalam melakukan perundingan damai dengan Belanda. Gelar pahlawannya didapat pada tanggal 10 November 2017 oleh Pemerintah Indonesia.

4. Rasuna Said

Rasuna Said lahir pada 1910 yang merupakan pejuang kemerdekaan asal Sumatera Barat. Bukan dalam berperang namun memperjuangkan kesetaraan antara kaum wanita dan laki-laki.

Dia dikenal aktif dalam organisasi politik dan sempat mendirikan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) pada 1930 di Bukittinggi. Gelar pahlawan nasionalnya didapat pada tahun 1974.

5. Raden Adjeng Kartini

Mungkin pahlawan satu ini yang paling terkenal, bahkan ada satu hari di Indonesia yang dirayakan sebagai Hari Kartini dan diperingati setiap 21 April.

Hari tersebut sesuai dengan tanggal lahirnya yaitu 21 April tahun 1879. Pahlawan asal Jepara ini terkenal dalam memperjuangkan emansipasi wanita kala itu.

Banyak terjadinya ketimpangan sosial kala itu membuat jiwa kepahlawanannya bangkit dan membawa perempuan supaya bisa mendapat hak yang sama seperti laki-laki.

Baca juga : Teladani Sikap Pahlawan untuk Jadi Pahlawan Masa Depan

6. Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah

Mungkin banyak yang belum mengenal sosok pahlawan muslimah satu ini. Wanita yang lahir pada 1900 ini merupakan seorang reformator pendidikan yang mempertahankan Sekolah Diniyah Putri di Padang Panjang.

Dia juga sempat mendapat sanjungan dari salah satu petinggi Universitas Al-Azhar Mesir datang ke Padang. Petinggi ini kagum akan sekolah yang dibuat oleh Syekhah Rahmah.

Universitas Al-Azhar akhirnya membuka Kulliyatul Lil Banat—fakultas khusus untuk perempuan yang direalisasikan pada 1962, dan Syekhah Rahmah diberikan gelar kehormatan "Syekhah" oleh Universitas Al-Azhar.

7. Sultanah Safiatuddin

Kembali datang dari daratan Aceh, Sultanah Safiatuddin merupakan wanita pertama di Kesultanan Aceh Darussalam. Wanita kelahiran 1612 itu diangkat setelah suaminya Sultan Iskandar Tsani wafat pada 1641 M .

Pada masa kepemimpinan awalnya banyak yang menentang terkait kepemimpinan tidak boleh dipegang oleh seorang wanita. Namun hal tersebut di jawab dengan hasil kerjanya.

Beberapa bentuk pemerintahan telah dibuatnya dengan berinovasi seperti, mengembangkan ilmu pengetahuan, menjaga stabilitas politik di tengah kolonialisme bangsa barat, membuat sistem pemerintahan yang efektif, mengatur komunikasi politik, ataupun memberikan zakat kepada masyarakat yang membutuhkan.
(bim)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1442 seconds (0.1#10.140)