Dicecar soal Bantuan untuk Marbot hingga Ponpes, Menag: Kami Siap
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 menyebabkan penderitaan masyarakat di segala lini. Tidak terkecuali para guru ngaji, dai, dan juga marbot masjid yang tidak memiliki pemasukan sama sekali selama pandemi akibat kegiatan belajar mengajar di sekolah libur atau belajar dari rumah.
Ketua Komisi VIII DPR Yandri Susanto mengatakan, perhatian pemerintah terhadap pondok pesantren, madrasah swasta, musala dan juga masjid selama ini masih sangat kurang. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini, tidak sedikit guru ngaji, da'i, marbot masjid yang tidak memiliki penghasilan sama sekali.
"Saya dapat informasi dari teman-teman di dapil, mereka gak ada pendapatan. Bukan hanya nol, tapi minus. Saya dengar mereka terpaksa utang kanan kiri," ujar Yandri saat Rapat Kerja (Raker) dengan Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi, Jumat (26/6/2020).
(Baca: 1.851 Anak Terpapar COVID-19, Wapres Beri Perhatian Serius New Normal di Pesantren)
Dikatakan Yandri, saat ini banyak madrasah yang terpaksa tutup sehingga tidak memiliki biaya operasional. Termasuk juga masjid yang selama ini mengandalkan biaya operasional dari sumbangan jamaah, kini untuk sekadar membayar iuran listrik saja banyak yang tidak mampu.
"Kita pastikan bahwa madrasah hari ini banyak yang tutup. Mereka gak punya pemasukan. Siswa yang sekolah gak ada, yang bayaran juga gak ada. Jangankan ketika pandemi, ketika keadaan normal saja tertatih-tatih," tuturnya.
Politikus PAN ini menyebut sebelum pandemi Covid-19, ada guru madrasah di Lampung yang gaji bulanannya hanya Rp150.000. Begitu pula di daerah pemilihannya, Banten 2 yang maksimal hanya Rp500.000.
"Ada beberapa madrasah yang mungkin sudah ada tiga bulan gak gajian Pak Menteri. Ini penting kita hadir. Soal jumlah kita bisa diskusikan, tapi kehadiran kita ini penting untuk memastikan bahwa negara hadir di seluruh madrasah di Indonesia," tuturnya.
(Baca: Anggaran Covid-19 Naik, MUI Usul Santri Gratis Rapid Test)
Tidak hanya itu, Yandri juga meminta pemerintah memberikan perhatian khusus kepada pondok pesantren di Indonesia yang jumlahnya mencapai kisaran 28.000 dengan jumlah santri mencapai kisaran 5 juta.
"Pandemi ini sangat terasa sekali. Mungkin ada sebagian pesantren yang berani buka, tapi sebagian besar tutup. Pondok pesantren ini bayar listrik saja susah. Guru-gurunya yang mengajar, termasuk tukang kebersihan untuk makan saja susah. Bukan hanya pesantrennya, tapi juga santrinya," katanya.
Karena itu, Yandri meminta pemerintah memberikan perhatian dari sisi anggaran kepada pondok pesantren, santri, guru ngaji, para dai, dan juga marbot masjid. ”Mungkin ada hikmahnya Covid-19 ini. Kita selama ini mungkin kurang berpihak pada pondok pesantren. Pondok pesantren yang luar biasa besar jumlahnya, memasuki new normal ini masker saja gak punya, rapid test gak punya biaya," tuturnya.
(Baca: Gelar Pertemuan, Ini Tiga Kesepakatan Kiai Sepuh NU soal Covid-19 di Pesantren)
Yandri mengakui, mungkin tidak semua guru ngaji atau marbot masjid bakal mendapatkan bantuan, namun juga jangan sampai pemerintah tidak memberikan perhatian dari sisi anggaran sama sekali.
"Mungkin gak semuanya bisa tersentuh, tapi kalau sama sekali tak disentuh ya salah. Dan kami bisa memastikan bantuan akan tepat sasaran, tidak disalahgunakan," katanya.
Menanggapi hal ini, Menag Fachrul Razi menyatakan kesiapannya untuk memberikan perhatian kepada para guru ngaji, marbot masjid, madrasah dan juga pesantren.
"Saya setuju adanya bantuan untuk para guru ngaji, ustad, marbot, dai. Ini akan menjadi perhatian kita bersama. Ini sudah bukan saja masalah musibahnya, tapi banyak yang bisa kita angkat untuk kita bangun peradaban yang lebih baik," katanya.
abdul rochim
Ketua Komisi VIII DPR Yandri Susanto mengatakan, perhatian pemerintah terhadap pondok pesantren, madrasah swasta, musala dan juga masjid selama ini masih sangat kurang. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini, tidak sedikit guru ngaji, da'i, marbot masjid yang tidak memiliki penghasilan sama sekali.
"Saya dapat informasi dari teman-teman di dapil, mereka gak ada pendapatan. Bukan hanya nol, tapi minus. Saya dengar mereka terpaksa utang kanan kiri," ujar Yandri saat Rapat Kerja (Raker) dengan Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi, Jumat (26/6/2020).
(Baca: 1.851 Anak Terpapar COVID-19, Wapres Beri Perhatian Serius New Normal di Pesantren)
Dikatakan Yandri, saat ini banyak madrasah yang terpaksa tutup sehingga tidak memiliki biaya operasional. Termasuk juga masjid yang selama ini mengandalkan biaya operasional dari sumbangan jamaah, kini untuk sekadar membayar iuran listrik saja banyak yang tidak mampu.
"Kita pastikan bahwa madrasah hari ini banyak yang tutup. Mereka gak punya pemasukan. Siswa yang sekolah gak ada, yang bayaran juga gak ada. Jangankan ketika pandemi, ketika keadaan normal saja tertatih-tatih," tuturnya.
Politikus PAN ini menyebut sebelum pandemi Covid-19, ada guru madrasah di Lampung yang gaji bulanannya hanya Rp150.000. Begitu pula di daerah pemilihannya, Banten 2 yang maksimal hanya Rp500.000.
"Ada beberapa madrasah yang mungkin sudah ada tiga bulan gak gajian Pak Menteri. Ini penting kita hadir. Soal jumlah kita bisa diskusikan, tapi kehadiran kita ini penting untuk memastikan bahwa negara hadir di seluruh madrasah di Indonesia," tuturnya.
(Baca: Anggaran Covid-19 Naik, MUI Usul Santri Gratis Rapid Test)
Tidak hanya itu, Yandri juga meminta pemerintah memberikan perhatian khusus kepada pondok pesantren di Indonesia yang jumlahnya mencapai kisaran 28.000 dengan jumlah santri mencapai kisaran 5 juta.
"Pandemi ini sangat terasa sekali. Mungkin ada sebagian pesantren yang berani buka, tapi sebagian besar tutup. Pondok pesantren ini bayar listrik saja susah. Guru-gurunya yang mengajar, termasuk tukang kebersihan untuk makan saja susah. Bukan hanya pesantrennya, tapi juga santrinya," katanya.
Karena itu, Yandri meminta pemerintah memberikan perhatian dari sisi anggaran kepada pondok pesantren, santri, guru ngaji, para dai, dan juga marbot masjid. ”Mungkin ada hikmahnya Covid-19 ini. Kita selama ini mungkin kurang berpihak pada pondok pesantren. Pondok pesantren yang luar biasa besar jumlahnya, memasuki new normal ini masker saja gak punya, rapid test gak punya biaya," tuturnya.
(Baca: Gelar Pertemuan, Ini Tiga Kesepakatan Kiai Sepuh NU soal Covid-19 di Pesantren)
Yandri mengakui, mungkin tidak semua guru ngaji atau marbot masjid bakal mendapatkan bantuan, namun juga jangan sampai pemerintah tidak memberikan perhatian dari sisi anggaran sama sekali.
"Mungkin gak semuanya bisa tersentuh, tapi kalau sama sekali tak disentuh ya salah. Dan kami bisa memastikan bantuan akan tepat sasaran, tidak disalahgunakan," katanya.
Menanggapi hal ini, Menag Fachrul Razi menyatakan kesiapannya untuk memberikan perhatian kepada para guru ngaji, marbot masjid, madrasah dan juga pesantren.
"Saya setuju adanya bantuan untuk para guru ngaji, ustad, marbot, dai. Ini akan menjadi perhatian kita bersama. Ini sudah bukan saja masalah musibahnya, tapi banyak yang bisa kita angkat untuk kita bangun peradaban yang lebih baik," katanya.
abdul rochim
(muh)