Perlunya Koperasi Bertransformasi
loading...
A
A
A
MENYAMBUT Hari Koperasi ke-75 pada 12 Juli 2022, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) melalui Gerakan Koperasi mengangkat tema "Transformasi Koperasi untuk Ekonomi Berkelanjutan". Hari koperasi tahun ini diharapkan menjadi momentum transformasi koperasi dalam membangun ekonomi yang berkelanjutan.
Peran koperasi sebagai salah satu penyangga pemulihan ekonomi sangat penting mengingat sepanjang tahun lalu jumlah koperasi eksisting mencapai 127.845 dengan jumlah anggota 27 juta orang.
Saat ini koperasi masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya pelaku UMKM. Namun koperasi masih memiliki sejumlah tantangan, di antaranya perkembangan bisnisnya yang berjalan lambat sementara korporasi berjalan cepat. Selain itu masih minimnya jumlah partisipan masyarakat yang ingin bergabung ke koperasi atau hanya sekitar 8,41%. Sedangkan rata-rata negara lain mencapai 16,31%.
Kita tahu, koperasi merupakan salah satu badan keuangan yang sudah ada di negeri ini sejak puluhan tahun lalu. Pada masanya, koperasi merupakan badan keuangan sekaligus badan usaha yang menjadi tumpuan bagi masyarakat dan menjadi salah satu pilar perekonomian. Namun sayangnya, koperasi saat ini mulai tenggelam dan kalah bersaing dengan lembaga usaha lainnya. Koperasi dianggap sebagai lembaga keuangan yang kuno dan minim inovasi.
Berdasarkan hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS), komposisi penduduk Indonesia selama beberapa tahun terakhir didominasi generasi Z dan milenial. Mereka hidup berdampingan dengan teknologi digital yang juga berkembang begitu pesat. Pada akhirnya membentuk karakter menginginkan semuanya dengan cepat, praktis, dan dapat diakses secara digital. Hal tersebut sebenarnya menjadi salah satu kode akan prospek koperasi go digital yang sangat besar.
Sayangnya, saat ini lebih banyak koperasi yang masih dikelola secara konvensional. Tidak heran, koperasi kurang populer dan semakin dilupakan, khususnya oleh generasi Z dan milenial. Kelompok generasi Z dan milenial ini sebenarnya target yang potensial. Mereka cenderung sulit menjaga komitmen menabung serta suka mengambil pinjaman.
Menilik data statistik fintech yang dirilis OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sebagian besar akun pinjaman onlinemerupakan kalangan yang berusia 19-34 tahun, yaitu generasi Z dan milenial. Kondisi ini harusnya dapat menjadi peluang bagi koperasi untuk go digital agar dapat lebih bersaing dengan pinjaman online.
Pengelolaan koperasi yang masih dilakukan secara konvensional ternyata tidak hanya berdampak pada kurang tertariknya generasi Z dan milenial untuk menggunakan koperasi. Demi bertahan dan tetap eksis di tengah perkembangan teknologi yang sedemikian rupa, koperasi harus mau beradaptasi dengan teknologi. Dengan go digital, koperasi dapat menampilkan citra yang lebih modern.
Ekonomi digital memiliki potensi yang sangat besar di masa mendatang. Indonesia diprediksi akan menjadi pasar ekonomi digital terbesar di ASEAN dengan nilai transaksi yang mencapai lebih dari Rp1.826 triliun.
Digitalisasi koperasi di era saat ini menjadi peluang emas bagi Indonesia. Pasar digital Indonesia diprediksi pada 2025 mencapai USD125 miliar. Prospek koperasi go digital yang besar tersebut mustahil dapat dicapai oleh koperasi bila masih mempertahankan sistem manajemen konvensional.
Baca Juga: koran-sindo.com
Peran koperasi sebagai salah satu penyangga pemulihan ekonomi sangat penting mengingat sepanjang tahun lalu jumlah koperasi eksisting mencapai 127.845 dengan jumlah anggota 27 juta orang.
Saat ini koperasi masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya pelaku UMKM. Namun koperasi masih memiliki sejumlah tantangan, di antaranya perkembangan bisnisnya yang berjalan lambat sementara korporasi berjalan cepat. Selain itu masih minimnya jumlah partisipan masyarakat yang ingin bergabung ke koperasi atau hanya sekitar 8,41%. Sedangkan rata-rata negara lain mencapai 16,31%.
Kita tahu, koperasi merupakan salah satu badan keuangan yang sudah ada di negeri ini sejak puluhan tahun lalu. Pada masanya, koperasi merupakan badan keuangan sekaligus badan usaha yang menjadi tumpuan bagi masyarakat dan menjadi salah satu pilar perekonomian. Namun sayangnya, koperasi saat ini mulai tenggelam dan kalah bersaing dengan lembaga usaha lainnya. Koperasi dianggap sebagai lembaga keuangan yang kuno dan minim inovasi.
Berdasarkan hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS), komposisi penduduk Indonesia selama beberapa tahun terakhir didominasi generasi Z dan milenial. Mereka hidup berdampingan dengan teknologi digital yang juga berkembang begitu pesat. Pada akhirnya membentuk karakter menginginkan semuanya dengan cepat, praktis, dan dapat diakses secara digital. Hal tersebut sebenarnya menjadi salah satu kode akan prospek koperasi go digital yang sangat besar.
Sayangnya, saat ini lebih banyak koperasi yang masih dikelola secara konvensional. Tidak heran, koperasi kurang populer dan semakin dilupakan, khususnya oleh generasi Z dan milenial. Kelompok generasi Z dan milenial ini sebenarnya target yang potensial. Mereka cenderung sulit menjaga komitmen menabung serta suka mengambil pinjaman.
Menilik data statistik fintech yang dirilis OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sebagian besar akun pinjaman onlinemerupakan kalangan yang berusia 19-34 tahun, yaitu generasi Z dan milenial. Kondisi ini harusnya dapat menjadi peluang bagi koperasi untuk go digital agar dapat lebih bersaing dengan pinjaman online.
Pengelolaan koperasi yang masih dilakukan secara konvensional ternyata tidak hanya berdampak pada kurang tertariknya generasi Z dan milenial untuk menggunakan koperasi. Demi bertahan dan tetap eksis di tengah perkembangan teknologi yang sedemikian rupa, koperasi harus mau beradaptasi dengan teknologi. Dengan go digital, koperasi dapat menampilkan citra yang lebih modern.
Ekonomi digital memiliki potensi yang sangat besar di masa mendatang. Indonesia diprediksi akan menjadi pasar ekonomi digital terbesar di ASEAN dengan nilai transaksi yang mencapai lebih dari Rp1.826 triliun.
Digitalisasi koperasi di era saat ini menjadi peluang emas bagi Indonesia. Pasar digital Indonesia diprediksi pada 2025 mencapai USD125 miliar. Prospek koperasi go digital yang besar tersebut mustahil dapat dicapai oleh koperasi bila masih mempertahankan sistem manajemen konvensional.
Baca Juga: koran-sindo.com
(bmm)