Mengenal Detasemen 81 Kopassus yang Dibentuk Prabowo dan Luhut

Jum'at, 01 Juli 2022 - 17:38 WIB
loading...
Mengenal Detasemen 81 Kopassus yang Dibentuk Prabowo dan Luhut
Luhut Binsar Pandjaitan dan Prabowo Subianto saat dikirim ke Jerman Barat untuk mengikuti pendidikan di Greenzschutzgruppe (GSG)-9 tahun 1981. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Detasemen Khusus 81 Kopassandha atau kini dikenal dengan Sat-81/Gultor Kopassus kini sudah berusia 40 tahun. Dalam sejarahnya, pasukan elite penanggulangan teror Korps Baret Merah itu telah banyak menorehkan tinta emas, baik operasi militer maupun operasi kemanusiaan

Mulai dari pembebasan sandera penumpang Pesawat Garuda DC-9 di Bandara Don Mueang, Bangkok, Thailand; Operasi Mapenduma yang membebaskan sandera 9 peneliti asing yang tergabung dalam Ekspedisi Lorentz di Papua pada 1996; Operasi pembebasan KMV Sinar Kudus dari perompak di Somalia pada 2011; Operasi pembebasan 347 sandera di Tembagapura, Papua pada 2017; dan operasi kemanusiaan lainnya.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan Militer: catatan dari pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto“ menyampaikan kesannya saat awal pembentukan Sat Gultor 81 ini.



Dalam buku tersebut, Prabowo menceritakan awal mula pertemuannya dengan Luhut Pandjaitan yang kini menjabat Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Kala itu, Prabowo masih berpangkat kapten, sementara Luhut baru kembali dari Operasi Nanggala 5 di Timor Timur. Singkat cerita, Luhut kemudian diangkat menjadi kepala seksi 2 operasi dan Prabowo sebagai wakilnya. Keduanya saat itu langsung dikirim oleh sekolah Special Forces ke Amerika Serikat (AS).


"Pada 1981, sejak kembali dari Amerika, saya bersama Pak Luhut dipanggil oleh Pak Benny Moerdani. Kami diperintahkan untuk sekolah ke Jerman, sekolah antiteror GSG9,” tulis Prabowo dalam bukunya, dikutip Jumat (1/7/2022).

“Setelah sekolah itu, kami diperintahkan membentuk pasukan antiteror yang kemudian diberi nama Detasemen 81 karena dibentuk pada 1981,” ujar Prabowo

Tak lama kemudian, Detasemen 81 berhasil dalam operasi pembebasan sandera di Woyla. “Ini adalah salah satu peristiwa pembebasan sandera yang paling terkenal di dunia pada saat itu,” kenang Prabowo.

Saat membentuk dan melatih pasukan antiteror Indonesia, Prabowo menyebut Luhut banyak memberikan masukan terutama untuk menyusun rencana latihan dan administrasi pembangunan.

Bahkan, Prabowo muda saat itu sudah diberikan tanggung jawab untuk pembangunan pangkalan maupun pengorganisaskan. Prabowo mengatakan hubungannya dengan Luhut sangat baik.

"Tapi memang benar, karena kadang sifat kami berdua yang sama-sama Alpha akhirnya juga sering terjadi percikan-percikan. Gaya kepemimpinan dan kepribadian kami sama-sama keras,” jelasnya.

Namun, Prabowo mengaku belajar banyak dari sosok Luhut. Menurutnya, Luhut adalah orang yang tegas dan berkemauan keras.

"Beliau juga punya fisik yang baik. Beliau memimpin dari depan. Beliau sering lari, dan lari beliau selalu di depan. Saya memang tidak sekuat beliau larinya. Maklum, mungkin ini genetika, saya sering berseloroh orang-orang luar Jawa itu biasanya lebih kuat daripada orang dalam Jawa karena di luar Jawa kampung-kampung itu jauh. Mungkin pada saat itu genetikanya menjadi kuat lari, kuat jalan. Beliau sering memimpin dari depan. Pak Luhut juga penembak yang bagus. Beliau orang yang teliti dalam perjalanan,” kenang Prabowo.

Setelah kebersamaan yang cukup melekat, keduanya kemudian berpisah. Luhut melanjutkan Sekolah Staf dan Komandi ABRI, sementara Prabowo menjalani Kursus Lanjutan Perwira.

"Kami berpisah dan jarang lagi bertugas bersama, tetapi kami saling menghormati walaupun kadang-kadang perbedaan pandangan tapi di ujungnya kita selalu bersatu untuk kepentingan Merah Putih,” cerita Prabowo.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2070 seconds (0.1#10.140)