Pengamat Sebut Aneh Kalau Parpol Tak Usung Ketua Umum sebagai Capres

Sabtu, 25 Juni 2022 - 23:08 WIB
loading...
Pengamat Sebut Aneh Kalau Parpol Tak Usung Ketua Umum sebagai Capres
Muncul pandangan bahwa aneh jika partai politik (parpol) tidak menjagokan atau mengusung ketua umumnya menjadi capres maupun cawapres di Pilpres 2024. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Muncul pandangan bahwa aneh jika partai politik (parpol) tidak menjagokan atau mengusung ketua umumnya menjadi capres maupun cawapres. Hal ini dikatakan oleh pengamat politik Adi Prayitno yang menilai seharusnya ketua umum parpol tak takut untuk maju menjadi capres/cawapres.

"Saya termasuk orang yang agak strict bicara peran partai. Agak aneh kalau partai itu tidak bisa mengusung ketua umum mereka sebagai capres dan cawapres," kata Adi saat menjadi pembicara dalam sebuah talkshow di Jakarta, Jumat (24/6/2022).

"Untuk apa berpartai kalau pada akhirnya partai itu hanya sebatas kendaraan bagi orang lain, outsider, tidak terafiliasi dengan partai kemudian semacam penumpang dan dia bisa jadi presiden. Lucu bagi saya," tambahnya.

Baca juga: Disepakati, Pemilu Digelar 21 Februari 2024 dan Pilkada 27 November 2024

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini menegaskan, karenanya dalam berbagai kesempatan ia mendorong agar ketua-ketua partai untuk berani maju menjadi capres dan cawapres.

"Makanya saya selalu mengatakan di berbagai kesempatan, apa pun judulnya Airlangga harga mati harus maju. Apapun judulnya Pak Suharso harus diusung menjadi kandidat capres di KIB, termasuk Zulhas dari PAN. Persoalan nanti siapa yang akan endingnya diputuskan maju, itu lain hal, yang penting jadikan dulu barang," ujarnya.



Terkait masih rendahnya elektabilitas ketua-ketua partai ini di berbagai survei, ia menyebut tidak perlu menjadi kekhawatiran. Sebab menurutnya, jika perolehan suara-suara partai dikonversi menjadi suara kandidat capres maka potensi dan peluang untuk menang terbuka lebar.

"Karena kalau dilihat dari kalkulasi politiknya, Golkar ini kan 12,8 persen. Kalau suara Pak Airlangga yang dinilai tidak terlampau signifikan di survei dikonversi menjadi suara Golkar kan luar biasa tuh. Suara Golkar yang 12,8 persen menjadi suaranya Airlangga saat ini Airlangga mendapat 12 persen mestinya," jelasnya.

"Kalau suaranya Pak Suharso yang dinilai juga gak signifikan di survei saat ini, kalau kemudian suara PPP 4,8 persen dikonversi menjadi suaranya Pak Suharso kan dapat 4,8 persen. Ditambah suara PAN yang 6,43 persen, kan itu luar biasa. Kalau ditotal antara jumlah suara perolehan Pileg 2019 lalu yang tergabung dalam KIB itu kan plus minus 24 sekian persen," sambungnya.

Adi menjelaskan, jika melihat kekuatan politik parlemen saat ini maka sangat mungkin akan terbentuk empat poros dalam Pilpres 2024. Pertama poros KIB, kedua poros Nasdem-PKS-Demokrat, ketiga poros Gerindra-PKB, kemudian PDIP yang sudah bisa menjadi poros sendiri.

"Artinya, kalau ada 4 kandidat di Pilpres 2024, dengan modal 24 persen gabungan tiga partai dikonversi menjadi calon yang akan diusung KIB, saya kira KIB ini tentu sangat compatible. KIB sangat layak dipertaruhkan dalam konteks itu. Tinggal bagaimana menjaga stamina politik," pungkasnya.

Seperti diketahui, Partai Golkar bersama PAN dan PPP telah membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang sudah mengantongi tiket untuk mengusung capres dan cawapres pada Pilpres 2024.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3785 seconds (0.1#10.140)