M. Qodari Sebut 3 Nama Ini Berpeluang Besar Muncul di Pilpres 2024
loading...
A
A
A
Dia memaparkan, simulasi 4 pasangan B yakni, dengan 3 pasangan sama, hanya satu pasangan yang diusung Golkar, PAN, dan PPP saja yang berbeda lantaran mengusung Airlangga dengan Mr. X. Pasalnya, bisa saja Ganjar Pranowo tak berani keluar dari PDIP hingga membuat Golkar, PAN, dan PPP gigit jari.
"Simulasi 3 pasang A di mana Ganjar enggak jadi maju, KIB (Golkar, PAN, PPP) nya bubar akhirnya memilih jalan sendiri-sendiri, saya anggaplah PPP lari ke Anies Baswedan karena di Nasdem, PKS, Demokrat belum ada Islam tradisional, PKS Islam modernis, Nasdem dan Demokrat sama-sama nasionalis jadi supaya punya warna baru Islam, PPP masuk ke AHY," jelasnya.
Pada simulasi 3 pasang A, kata dia, partai pengusung Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar ketambahan PAN lantaran Gerindra itu nasionalis, PKB Islam tradisional, dan PAN Islam modernis. Alhasil, agar lengkap komposisinya PAN pun jadi masuk dalam koalisi tersebut. "Ketiga, PDIP dengan Golkar berkoalisi misalnya Golkar minta kami wakil Presiden majulah Puan-Airlangga, anggaplah keduanya mengandalkan mesin politik yang besar," imbuhnya.
Selain itu, kata Qodari, bisa pula terjadi simulasi 3 B di dalam putaran I Pilpres 2024, dua pasangan masih sama, sedangkan psangan ketiga yang tadingan Puan-Airlangga berubah menjadi Ganjar-Airlangga. "Nah ini 4 pasang, ini 3 pasang bisa gak selesai dalam satu putaran? Tak bisa, sulit sekali, jangankan 4 pasang, 3 pasang pun sulit karena 3 calon ini sama kuat, tak ada yang menonjol banget atau lebih unggul, maka kita punya skenario Pilpres putaran kedua," katanya.
Dia menjelaskan, jika 4 pasang A yang lolos putaran kedua Anies-AHY dan Prabowo-Muhaimin lantaran Ganjar dan Puan itu basis suaranya sama, sama-sama nasionalis, sama-sama Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur, khususnya wilayah yang disebut Mataram itu perbatasan Jateng dan Jatim itu basisnya PDIP. Jadi, Ganjar dan Puan justru tereliminasi pada putaran pertama.
"Skenario B jika 4 pasang B yang lolos putaran kedua tetap Anies-AHY dan Prabowo-Muhaimin. Karena 4 pasang B nya yang maju Puan dan Airlangga dari kalangan nasionalisnya, di luar Anies-Prabowo, nah Puan dan Airlangga itu surveinya masih papan bawah, belum papan tengah loh, capres itu ada tiga papan, bawah, tengah, atas, Puan dengan Airlangga ini masih papan bawah kalau masih papan bawah itu sulit bersaing hingga akhirnya kalah, tereliminasi putaran pertama," tuturnya.
Sedangkan pada skenario C jika 3 pasang A yang maju itu Anies, Prabowo, dan Puan maka yang lolos putaran kedua adalah Anies-AHY dan Prabowo-Muhaimin karena Puan surveinya kecil, yang mana papan bawah akan kalah. "Lalu, pada skenario jika 3 pasang B yang lolos putaran 2, kalo yang maju itu ada Anies, Prabowo, Ganjar akan lahir 3 kemungknan putaran kedua, Ganjar-Airlangga versus Anies-AHY atau Ganjar-Airlangga melawan Prabowo-Muhaimin bisa juga Prabowo-Muhaimin lawan Anies-AHY. Semua kemungkinan ini bisa terjadi sebab surveinya Ganjar, Prabowo, Anies pada hari ini relatif sama kuat," katanya.
"Simulasi 3 pasang A di mana Ganjar enggak jadi maju, KIB (Golkar, PAN, PPP) nya bubar akhirnya memilih jalan sendiri-sendiri, saya anggaplah PPP lari ke Anies Baswedan karena di Nasdem, PKS, Demokrat belum ada Islam tradisional, PKS Islam modernis, Nasdem dan Demokrat sama-sama nasionalis jadi supaya punya warna baru Islam, PPP masuk ke AHY," jelasnya.
Pada simulasi 3 pasang A, kata dia, partai pengusung Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar ketambahan PAN lantaran Gerindra itu nasionalis, PKB Islam tradisional, dan PAN Islam modernis. Alhasil, agar lengkap komposisinya PAN pun jadi masuk dalam koalisi tersebut. "Ketiga, PDIP dengan Golkar berkoalisi misalnya Golkar minta kami wakil Presiden majulah Puan-Airlangga, anggaplah keduanya mengandalkan mesin politik yang besar," imbuhnya.
Selain itu, kata Qodari, bisa pula terjadi simulasi 3 B di dalam putaran I Pilpres 2024, dua pasangan masih sama, sedangkan psangan ketiga yang tadingan Puan-Airlangga berubah menjadi Ganjar-Airlangga. "Nah ini 4 pasang, ini 3 pasang bisa gak selesai dalam satu putaran? Tak bisa, sulit sekali, jangankan 4 pasang, 3 pasang pun sulit karena 3 calon ini sama kuat, tak ada yang menonjol banget atau lebih unggul, maka kita punya skenario Pilpres putaran kedua," katanya.
Dia menjelaskan, jika 4 pasang A yang lolos putaran kedua Anies-AHY dan Prabowo-Muhaimin lantaran Ganjar dan Puan itu basis suaranya sama, sama-sama nasionalis, sama-sama Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur, khususnya wilayah yang disebut Mataram itu perbatasan Jateng dan Jatim itu basisnya PDIP. Jadi, Ganjar dan Puan justru tereliminasi pada putaran pertama.
"Skenario B jika 4 pasang B yang lolos putaran kedua tetap Anies-AHY dan Prabowo-Muhaimin. Karena 4 pasang B nya yang maju Puan dan Airlangga dari kalangan nasionalisnya, di luar Anies-Prabowo, nah Puan dan Airlangga itu surveinya masih papan bawah, belum papan tengah loh, capres itu ada tiga papan, bawah, tengah, atas, Puan dengan Airlangga ini masih papan bawah kalau masih papan bawah itu sulit bersaing hingga akhirnya kalah, tereliminasi putaran pertama," tuturnya.
Sedangkan pada skenario C jika 3 pasang A yang maju itu Anies, Prabowo, dan Puan maka yang lolos putaran kedua adalah Anies-AHY dan Prabowo-Muhaimin karena Puan surveinya kecil, yang mana papan bawah akan kalah. "Lalu, pada skenario jika 3 pasang B yang lolos putaran 2, kalo yang maju itu ada Anies, Prabowo, Ganjar akan lahir 3 kemungknan putaran kedua, Ganjar-Airlangga versus Anies-AHY atau Ganjar-Airlangga melawan Prabowo-Muhaimin bisa juga Prabowo-Muhaimin lawan Anies-AHY. Semua kemungkinan ini bisa terjadi sebab surveinya Ganjar, Prabowo, Anies pada hari ini relatif sama kuat," katanya.
(cip)