Menjembatani Kesenjangan Akses Internet, Membangun Keterampilan Digital

Jum'at, 24 Juni 2022 - 17:38 WIB
loading...
Menjembatani Kesenjangan Akses Internet, Membangun Keterampilan Digital
Aswin Rivai (Foto: Ist)
A A A
Aswin Rivai
Kepala Pusat Studi Keuangan dan Perbankan UPN Veteran Jakarta, Mantan Kepala Divisi International Banking Bank SBI Indonesia

INTERNET adalah salah satu inovasi terbesar di zaman kita dan memiliki potensi besar untuk menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera dan setara. Internet memungkinkan usaha kecil untuk mengakses pasar di seluruh dunia. Internet juga adalah sumber belajar yang memungkinkan siswa di lokasi termiskin dan paling terpencil sekalipun untuk bisa mengakses informasi yang sama seperti halnya anak-anak di daerah yang infrastrukturnya lebih maju.

Internet juga memberikan peluang bagi rumah tangga perdesaan untuk mendapatkan layanan kesehatan digital di mana pun mereka berada. Ini adalah "kantor berita" yang hampir gratis, memungkinkan individu untuk berbagi informasi dengan banyak orang lain, dan memungkinkan kebebasan berbicara.

Namun, tidak semua orang memiliki akses ke internet. Di Indonesia pada 2019, 94 juta orang dewasa tidak dapat mengakses internet di perangkat seluler, bahkan lebih sedikit orang yang memiliki akses ke internet broadband tetap. Hampir 80% dari mereka yang tidak terhubung internet berada di daerah perdesaan nonmetro di pulau Sumatera, Jawa dan Bali, yang merupakan tiga pulau terpadat di negara ini. Selain itu, 60-70% masyarakat Indonesia yang tinggal di kawasan timur Indonesia tidak memiliki koneksi yang memadai karena kualitas layanan yang bervariasi.

Kesenjangan antara si kaya dan si miskin pada akses digital di Indonesia ini memperkuat kesenjangan sosial-ekonomi negara. Seperti yang ditunjukkan oleh laporan Beyond Unicorn Bank Dunia, orang dewasa muda sepuluh kali lebih mungkin memiliki akses internet seluler daripada warga lanjut usia. Pada saat yang sama, mereka yang berpendidikan tinggi lima kali lebih mungkin untuk terhubung daripada mereka yang pendidikannya terbatas pada pendidikan menengah pertama atau kurang.

Selain itu, individu dari keluarga berpenghasilan rendah tiga kali lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki akses internet dibandingkan anak-anak yang lahir dari keluarga paling sejahtera. Kesenjangan ini akan menahan pertumbuhan ekonomi dan akan memperlebar kesenjangan sosial karena peluang diambil oleh mereka yang memiliki akses internet, tetapi bukan mereka yang mungkin paling membutuhkannya.

Situasi ini diperparah oleh kondisi di luar kendali individu, seperti di mana orang tinggal atau keadaan ekonomi keluarga mereka. Hal ini pada akhirnya akan menimbulkan biaya bagi masyarakat dalam hal hilangnya sumber daya manusia dan potensi ekonomi. Mendobrak hambatan konektivitas internet seluler di Indonesia hal sangat penting untuk memberikan manfaat ekonomi digital bagi semua.

Hampir setengah dari orang dewasa Indonesia tidak memiliki telepon yang mendukung internet (misalnya, smartphone) sebelum pandemi Covid-19, menciptakan hambatan mendasar untuk online. Perangkat ini masih terjangkau bagi banyak orang, meskipun harga telepon seluler (ponsel) telah turun tajam selama beberapa dekade terakhir. Membeli telepon berkemampuan internet paling murah akan menelan biaya yang setara dengan seperlima pengeluaran bulanan orang berpenghasilan rendah. Menambah tantangan ini, harga perangkat seluler bisa jauh lebih tinggi di daerah perdesaan dan terpencil, di mana sebagian besar orang yang tidak terhubung ke internet tinggal. Selain harga, keterbatasan keakraban dengan platform dan layanan digital merupakan kendala bagi banyak orang.

Mengatasi Kesenjangan Digital
Laporan Beyond Unicorn mengidentifikasi beberapa langkah yang dapat membantu menjembatani kesenjangan digital. Pertama, operator jaringan seluler Indonesia membutuhkan akses yang lebih baik ke pita spektrum, yang diperlukan untuk menyediakan layanan jaringan. Sementara inefisiensi dalam alokasi spektrum membatasi perluasan cakupan dan berkontribusi pada kemacetan jaringan. Tidak tersedianya pita kapasitas frekuensi tinggi tertentu menghambat penerapan teknologi seluler 5G yang lebih efisien.

Kedua, Indonesia perlu memastikan akses yang terjangkau ke perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK), seperti komputer dan telepon berkemampuan internet, terutama di lokasi terpencil dan perdesaan. Dengan meningkatkan akses masyarakat perdesaan ke pasar digital global dan memperluas akses jalan ke desa-desa terpencil, Indonesia dapat mengurangi disparitas harga antara pasar perkotaan dan perdesaan yang timbul dari biaya logistik atau perjalanan yang mahal.

Selain itu, mengajarkan program pendidikan khusus untuk keluarga berpenghasilan rendah dapat memastikan bahwa anak-anak mereka dapat mempelajari keterampilan digital untuk menghindari transmisi "kemiskinan digital" antargenerasi.

Terakhir, peningkatan keterampilan digital di antara penduduk Indonesia akan tetap menjadi prioritas utama untuk mempersempit kesenjangan digital.

Untuk sepenuhnya menuai janji peluang digital, Indonesia perlu membangun sistem pendidikan yang tidak hanya menggunakan teknologi digital, tetapi juga mendorong keterampilan digital dan penggunaan internet secara produktif di semua lapisan masyarakat.

Sistem pendidikan formal serta program pembelajaran masyarakat perlu menawarkan literasi digital dasar, terutama bagi generasi tua yang sebagian besar masih belum terhubung ke dunia internet.

Baca Juga: koran-sindo.com
(bmm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1840 seconds (0.1#10.140)