Menparekraf Sandiaga Uno Dorong Pariwisata Desa Hadirkan Atraksi Khas Daerah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahudin Uno mendorong para pelaku pariwisata di desa menghadirkan alternatif wisata yang menawarkan pengalaman unik bagi wisatawan. Salah satunya dengan menonjolkan produk lokal dan atraksi daerah.
"Kita perlu mendorong pariwisata berbasis kualitas yang menawarkan experience atau pengalaman unik yang membawa kenyamanan bagi para wisatawan. Desa Wisata menjadi salah satu alternatif wisata alam yang dapat menghadirkan keunikan, melalui ciri khas produk lokal dan atraksi daerah,” kata Sandiaga dalam keterangan tertulis, Senin (20/6/2022).
Tidak hanya mengembangkan produk dan atraksi unik dari setiap desa, Sandiaga juga menegaskan pentingnya penerapan Sapta Pesona dan CHSE (Cleanliness/Kebersihan, Health/Kesehatan, Safety/Keamanan, dan Environment Sustainability/Kelestarian Lingkungan). Sebab, wisatawan cenderung memilih destinasi yang mengedepankan rasa aman, nyaman, bersih, sehat dan seiring keberlanjutan lingkungan.
"Hal ini menjadi suatu hal yang sangat krusial dan penting untuk meyakinkan wisatawan, karena akan mengubah wajah pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia di era pandemi yang perlahan menuju endemi," katanya.
Plt Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Frans Teguh menambahkan, para pelaku pariwisata tentu berharap wisatawan merasa betah, nyaman, berkunjung dalam durasi yang lama bahkan akan datang kembali. "Untuk itu aktivitas wisata yang ditawarkan harus memberikan pengalaman terbaik dan unik, sehingga menarik bagi wisatawan," katanya.
Senada dengan itu, Analis Kebijakan Ahli Madya Kemenparekraf, Rinto Taufik Simbolon saat membuka sosialisasi Sadar Wisata di Desa Liya Togo, Kecamatan Wangi Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sabtu (18/6/2022) mengatakan, Desa Liya Togo telah menjadi salah satu dari 50 Desa Wisata terbaik di Indonesia pada 2021. Sosialisasi yang dilakukan bertujuan agar masyarakat sebagai penggerak pariwisata benar-benar mandiri dalam melaksanakan atraksi pariwisata yang unik serta mempromosikan berbagai produk ekonomi kreatif kepada wisatawan berlandaskan prinsip Sapta Pesona, Pelayanan Prima, dan CHSE.
Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno: Alam & Budaya Desa Wisata Lapasi Halmahera Barat Jadi Daya Tarik Wisatawan
"Sekarang warga desa pemilik destinasi wisatanya, dan masyarakat menjadi tuan rumahnya. Konsep Desa Wisata ini membuat masyarakat tetap tinggal di desa dan wisatawan yang datang berkunjung ke desa. Menjadi penting bagi warga desa memberikan nilai tambah pada aktivitas pariwisata yang ada dengan layanan yang tulus," katanya.
Rinto mengatakan, pelaku pariwisata di desa dan seluruh warga harus beradaptasi dengan perubahan perilaku wisatawan. Sebab, terjadi perubahan perilaku wisatawan yang lebih menyukai destinasi wisata yang tidak terlalu ramai dan lebih memilih aktivitas di ruang terbuka.
"Dalam hal ini, konsep Desa Wisata, menjadi salah satu alternatif penarik kunjungan wisatawan," katanya.
Kabupaten Wakatobi yang telah ditetapkan sebagai salah satu Destinasi Prioritas Pariwisata, memiliki potensi berupa keberadaan Taman Nasional Wakatobi yang memiliki sekitar 90% spesies karang dunia dan telah ditetapkan UNESCO sebagai salah satu kawasan cagar biosfer dunia.
Kabupaten Wakatobi merupakan wilayah kepulauan di Sulawesi Tenggara dengan 75 desa yang tersebar di Pulau Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Untuk tahap pertama sosialisasi di sini dilakukan di empat Desa yakni Desa Liya Togo (Pulau Wangi-Wangi), Desa Pajam dan Desa Tanomeha (Pulau Kaledupa) dan Desa Kulati (Pulau Tomia).
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi, Nadar menyambut baik sosialiasi Sadar Wisata yang dilakukan. "Masyarakat disini memiliki kemauan yang sangat tinggi dalam pengembangan desa wisata. Pengembangan destinasi dan promosi jika tidak dibarengi dengan pengembangan kapasitas SDM dan para pelaku pariwisata tentu tidak akan lengkap, karena kami ingin wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke sini terkesan, sehingga ingin datang kembali di waktu berikutnya," ujarnya.
Sosialisasi Sadar Wisata di Kabupaten Wakatobi diikuti para penggerak pariwisata desa yang meliputi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), perangkat desa, warga yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, Kader PKK dan Karang Taruna.
Selanjutnya, sosialisasi Sadar Wisata terus berlanjut di enam Destinasi Prioritas Pariwisata (DPP) Indonesia lainnya hingga 2023, meliputi Lombok (Nusa Tenggara Barat), Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur-Yogyakarta-Prambanan (Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Taman Nasional Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Labuan Bajo/Taman Nasional Komodo (Nusa Tenggara Timur).
Sosialisasi Sadar Wisata bersifat berkelanjutan, ke depan akan dilakukan pelatihan terkait potensi produk pariwisata, kewirausahaan dan pelatihan bidang pariwisata lainnya, sehingga diharapkan dari masing-masing desa dapat lahir local champion atau penggerak dalam pengembangan di desa wisata masing-masing.
"Kita perlu mendorong pariwisata berbasis kualitas yang menawarkan experience atau pengalaman unik yang membawa kenyamanan bagi para wisatawan. Desa Wisata menjadi salah satu alternatif wisata alam yang dapat menghadirkan keunikan, melalui ciri khas produk lokal dan atraksi daerah,” kata Sandiaga dalam keterangan tertulis, Senin (20/6/2022).
Tidak hanya mengembangkan produk dan atraksi unik dari setiap desa, Sandiaga juga menegaskan pentingnya penerapan Sapta Pesona dan CHSE (Cleanliness/Kebersihan, Health/Kesehatan, Safety/Keamanan, dan Environment Sustainability/Kelestarian Lingkungan). Sebab, wisatawan cenderung memilih destinasi yang mengedepankan rasa aman, nyaman, bersih, sehat dan seiring keberlanjutan lingkungan.
"Hal ini menjadi suatu hal yang sangat krusial dan penting untuk meyakinkan wisatawan, karena akan mengubah wajah pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia di era pandemi yang perlahan menuju endemi," katanya.
Plt Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Frans Teguh menambahkan, para pelaku pariwisata tentu berharap wisatawan merasa betah, nyaman, berkunjung dalam durasi yang lama bahkan akan datang kembali. "Untuk itu aktivitas wisata yang ditawarkan harus memberikan pengalaman terbaik dan unik, sehingga menarik bagi wisatawan," katanya.
Senada dengan itu, Analis Kebijakan Ahli Madya Kemenparekraf, Rinto Taufik Simbolon saat membuka sosialisasi Sadar Wisata di Desa Liya Togo, Kecamatan Wangi Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sabtu (18/6/2022) mengatakan, Desa Liya Togo telah menjadi salah satu dari 50 Desa Wisata terbaik di Indonesia pada 2021. Sosialisasi yang dilakukan bertujuan agar masyarakat sebagai penggerak pariwisata benar-benar mandiri dalam melaksanakan atraksi pariwisata yang unik serta mempromosikan berbagai produk ekonomi kreatif kepada wisatawan berlandaskan prinsip Sapta Pesona, Pelayanan Prima, dan CHSE.
Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno: Alam & Budaya Desa Wisata Lapasi Halmahera Barat Jadi Daya Tarik Wisatawan
"Sekarang warga desa pemilik destinasi wisatanya, dan masyarakat menjadi tuan rumahnya. Konsep Desa Wisata ini membuat masyarakat tetap tinggal di desa dan wisatawan yang datang berkunjung ke desa. Menjadi penting bagi warga desa memberikan nilai tambah pada aktivitas pariwisata yang ada dengan layanan yang tulus," katanya.
Rinto mengatakan, pelaku pariwisata di desa dan seluruh warga harus beradaptasi dengan perubahan perilaku wisatawan. Sebab, terjadi perubahan perilaku wisatawan yang lebih menyukai destinasi wisata yang tidak terlalu ramai dan lebih memilih aktivitas di ruang terbuka.
"Dalam hal ini, konsep Desa Wisata, menjadi salah satu alternatif penarik kunjungan wisatawan," katanya.
Kabupaten Wakatobi yang telah ditetapkan sebagai salah satu Destinasi Prioritas Pariwisata, memiliki potensi berupa keberadaan Taman Nasional Wakatobi yang memiliki sekitar 90% spesies karang dunia dan telah ditetapkan UNESCO sebagai salah satu kawasan cagar biosfer dunia.
Kabupaten Wakatobi merupakan wilayah kepulauan di Sulawesi Tenggara dengan 75 desa yang tersebar di Pulau Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Untuk tahap pertama sosialisasi di sini dilakukan di empat Desa yakni Desa Liya Togo (Pulau Wangi-Wangi), Desa Pajam dan Desa Tanomeha (Pulau Kaledupa) dan Desa Kulati (Pulau Tomia).
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi, Nadar menyambut baik sosialiasi Sadar Wisata yang dilakukan. "Masyarakat disini memiliki kemauan yang sangat tinggi dalam pengembangan desa wisata. Pengembangan destinasi dan promosi jika tidak dibarengi dengan pengembangan kapasitas SDM dan para pelaku pariwisata tentu tidak akan lengkap, karena kami ingin wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke sini terkesan, sehingga ingin datang kembali di waktu berikutnya," ujarnya.
Sosialisasi Sadar Wisata di Kabupaten Wakatobi diikuti para penggerak pariwisata desa yang meliputi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), perangkat desa, warga yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, Kader PKK dan Karang Taruna.
Selanjutnya, sosialisasi Sadar Wisata terus berlanjut di enam Destinasi Prioritas Pariwisata (DPP) Indonesia lainnya hingga 2023, meliputi Lombok (Nusa Tenggara Barat), Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur-Yogyakarta-Prambanan (Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Taman Nasional Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Labuan Bajo/Taman Nasional Komodo (Nusa Tenggara Timur).
Sosialisasi Sadar Wisata bersifat berkelanjutan, ke depan akan dilakukan pelatihan terkait potensi produk pariwisata, kewirausahaan dan pelatihan bidang pariwisata lainnya, sehingga diharapkan dari masing-masing desa dapat lahir local champion atau penggerak dalam pengembangan di desa wisata masing-masing.
(abd)