Profil Raja Juli Antoni, Politikus Muda Jebolan Inggris Jadi Wakil Menteri ATR
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Sekretaris Dewan Pembina PSI Raja Juli Antoni sebagai Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN). Raja Juli menggantikan Surya Tjandra, koleganya di PSI.
Lalu siapa Raja Juli Antoni? berikut ini profilnya. Pria kelahiran Pekanbaru pada 13 Juli 1977 ini merupakan politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Raja mengenyam pendidikan tingginya di UIN (dulu IAIN) Jakarta pada 2001. Ketika itu, dirinya melakukan sebuah penelitian bertajuk Ayat-ayat Jihad: Studi Kritis terhadap Penafsiran Jihad sebagai Perang Suci.
Pada 2004, Raja mendapat kesempatan untuk belajar di University of Bradford, Inggris, tepatnya di Department of Peace Studies melalui beasiswa Chevening. Dalam tesisnya, Raja menyoroti tentang proses resolusi konflik Aceh. Sekitar 6 tahun berselang, Raja kembali melanjutkan pendidikannya. Kali ini, ia mendapat beasiswa doktoral Australian Development Scholarship (ADS) dengan fokus ilmu politik dan studi internasional.
Keinginannya untuk terjun ke dunia politik sebenarnya sudah muncul dari 2009. Kala itu, Raja mencalonkan diri dalam pemilihan legislatif untuk daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat IX. Dapil tersebut terdiri dari Kabupaten Sumedang, Majalengka, dan Subang. Sayang, Raja gagal dalam kompetisi itu.
Sementara, kegemarannya dalam berorganisasi sudah terlihat sejak lama. Ia pernah menjadi Ketua Umum PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Direktur Eksekutif Maarif Institute. Pada 2015, Raja maju untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah tetapi kemudian batal lantaran ia ingin fokus di PSI.
Baca juga: Breaking News, Presiden Jokowi Reshuffle 2 Menteri
Lalu siapa Raja Juli Antoni? berikut ini profilnya. Pria kelahiran Pekanbaru pada 13 Juli 1977 ini merupakan politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Raja mengenyam pendidikan tingginya di UIN (dulu IAIN) Jakarta pada 2001. Ketika itu, dirinya melakukan sebuah penelitian bertajuk Ayat-ayat Jihad: Studi Kritis terhadap Penafsiran Jihad sebagai Perang Suci.
Pada 2004, Raja mendapat kesempatan untuk belajar di University of Bradford, Inggris, tepatnya di Department of Peace Studies melalui beasiswa Chevening. Dalam tesisnya, Raja menyoroti tentang proses resolusi konflik Aceh. Sekitar 6 tahun berselang, Raja kembali melanjutkan pendidikannya. Kali ini, ia mendapat beasiswa doktoral Australian Development Scholarship (ADS) dengan fokus ilmu politik dan studi internasional.
Keinginannya untuk terjun ke dunia politik sebenarnya sudah muncul dari 2009. Kala itu, Raja mencalonkan diri dalam pemilihan legislatif untuk daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat IX. Dapil tersebut terdiri dari Kabupaten Sumedang, Majalengka, dan Subang. Sayang, Raja gagal dalam kompetisi itu.
Sementara, kegemarannya dalam berorganisasi sudah terlihat sejak lama. Ia pernah menjadi Ketua Umum PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Direktur Eksekutif Maarif Institute. Pada 2015, Raja maju untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah tetapi kemudian batal lantaran ia ingin fokus di PSI.
Baca juga: Breaking News, Presiden Jokowi Reshuffle 2 Menteri
(abd)