Indonesia Diminta Beri Perhatian Serius Ancaman Krisis Pangan Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia perlu memberikan perhatian serius pada kondisi pangan global saat ini. Sebab, inflasi dan pembatasan aliran pangan serta perubahan iklim, membuat jutaan manusia di seluruh muka bumi dalam posisi rentan pangan.
Pengamat sosial lingkungan dan ekonomi sirkuler, Hanafi Guciano mengatakan, inflasi, kenaikan harga pangan serta pembatasan aliran pangan pokok seperti gandum, yang sudah mulai diterapkan beberapa negara, seperti India dan Slovakia, menyebabkan krisis pangan di beberapa wilayah dunia dalam waktu dekat.
"Kita akan menghadapi krisis pangan, karena dampak dari perubahan iklim dan persoalan global yang akan menutup aliran pangan," kata Hanafi dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (26/5/2022).
Untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan global itu, Jaringan Bank Pangan Indonesia, yang terdiri dari Bank Pangan di 43 kabupaten/kota dan 230 kecamatan, menggelar kongres pertama secara hybrid di Museum Kebangkitan Nasional, Rabu (25/5/2022). Hadir dalam kongres tersebut, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Direktur Pangan & Pertanian Bappenas Anang Noegroho, Guru Besar Pangan dan Gizi IPB Prof Ahmad Sulaeman, Dosen Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Risatianti Kolopaking, pendiri Foodbank of Indonesia Network M Hendro Utomo, serta perwakilan dunia usaha. Kongres ini menghasilkan kesepakatan bahwa pergerakan perempuan yang terorganisir di bidang pangan, penting untuk kebangkitan bangsa Indonesia.
Dalam acara itu, Hendro Utomo menyatakan bahwa FOI Network mendorong terbentuknya organisasi-organisasi bank pangan di daerah sebagai lumbung-lumbung pangan modern yang dipelopori oleh kaum perempuan. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi krisis pangan dan membangkitkan bangsa di masa depan.
"Saat ini FOI Network mendorong pergerakan 8.412 sukarelawan yang bekerja di akar rumput di 43 kota/kabupaten dan 230 kecamatan di Indonesia, yang 85%-nya adalah perempuan," katanya.
Baca juga: Jokowi Siapkan Kebijakan Antisipasi Lonjakan Harga Pangan
Risatianti Kolopaking menambahkan, kepemimpinan perempuan dan kaum ibu, terutama di bidang pangan, sangatlah penting. Perempuanlah yang mengambil keputusan atas pangan, mulai dari mengumpulkan, mengolah, hingga mendampingi makan anak dan keluarga akan menciptakan generasi masa depan untuk Kebangkitan Bangsa Indonesia.
"Gerakan 1.000 ibu, yang diinisiasi FOI sejak tahun 2020, yakni kegiatan dari Ibu, untuk Ibu, dan bersama Ibu, merupakan gerakan kebangkitan perempuan melalui pangan yang perlu didorong dan diapresiasi," katanya.
Di sisi lain, Hidayat Nur Wahid mengatakan, perlunya regulasi untuk melindungi pergerakan organisasi bank pangan yang bertujuan untuk mengurangi angka kelaparan dan menekan kemubaziran.
"Gerakan bank pangan ini penting, untuk mendorong keadilan pangan di masyarakat. Oleh karenanya negara harus mendukung dengan menyiapkan perangkat hukum untuk melindungi operasi organisasi bank pangan," ujarnya.
Sejalan dengan pandangan itu, Ahmad Sulaeman menekankan tentang pentingnya kedaulatan mulut yang berarti mendorong konsumsi pangan lokal sebagai bagian dari menuju kebangkitan kedaulatan pangan Indonesia. Anang Noegroho juga menyampaikan pentingnya mewujudkan pangan yang bergizi, inklusif dan berkelanjutan.
"Hari Ulang Tahun FOI yang ke-7 merupakan momentum untuk memperkuat jaringan organisasi bank pangan di Indonesia sekaligus mendorong kemakmuran, memerangi kelaparan menuju Kebangkitan Indonesia yang Merdeka 100%," katanya.
Pengamat sosial lingkungan dan ekonomi sirkuler, Hanafi Guciano mengatakan, inflasi, kenaikan harga pangan serta pembatasan aliran pangan pokok seperti gandum, yang sudah mulai diterapkan beberapa negara, seperti India dan Slovakia, menyebabkan krisis pangan di beberapa wilayah dunia dalam waktu dekat.
"Kita akan menghadapi krisis pangan, karena dampak dari perubahan iklim dan persoalan global yang akan menutup aliran pangan," kata Hanafi dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (26/5/2022).
Untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan global itu, Jaringan Bank Pangan Indonesia, yang terdiri dari Bank Pangan di 43 kabupaten/kota dan 230 kecamatan, menggelar kongres pertama secara hybrid di Museum Kebangkitan Nasional, Rabu (25/5/2022). Hadir dalam kongres tersebut, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Direktur Pangan & Pertanian Bappenas Anang Noegroho, Guru Besar Pangan dan Gizi IPB Prof Ahmad Sulaeman, Dosen Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Risatianti Kolopaking, pendiri Foodbank of Indonesia Network M Hendro Utomo, serta perwakilan dunia usaha. Kongres ini menghasilkan kesepakatan bahwa pergerakan perempuan yang terorganisir di bidang pangan, penting untuk kebangkitan bangsa Indonesia.
Dalam acara itu, Hendro Utomo menyatakan bahwa FOI Network mendorong terbentuknya organisasi-organisasi bank pangan di daerah sebagai lumbung-lumbung pangan modern yang dipelopori oleh kaum perempuan. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi krisis pangan dan membangkitkan bangsa di masa depan.
"Saat ini FOI Network mendorong pergerakan 8.412 sukarelawan yang bekerja di akar rumput di 43 kota/kabupaten dan 230 kecamatan di Indonesia, yang 85%-nya adalah perempuan," katanya.
Baca juga: Jokowi Siapkan Kebijakan Antisipasi Lonjakan Harga Pangan
Risatianti Kolopaking menambahkan, kepemimpinan perempuan dan kaum ibu, terutama di bidang pangan, sangatlah penting. Perempuanlah yang mengambil keputusan atas pangan, mulai dari mengumpulkan, mengolah, hingga mendampingi makan anak dan keluarga akan menciptakan generasi masa depan untuk Kebangkitan Bangsa Indonesia.
"Gerakan 1.000 ibu, yang diinisiasi FOI sejak tahun 2020, yakni kegiatan dari Ibu, untuk Ibu, dan bersama Ibu, merupakan gerakan kebangkitan perempuan melalui pangan yang perlu didorong dan diapresiasi," katanya.
Di sisi lain, Hidayat Nur Wahid mengatakan, perlunya regulasi untuk melindungi pergerakan organisasi bank pangan yang bertujuan untuk mengurangi angka kelaparan dan menekan kemubaziran.
"Gerakan bank pangan ini penting, untuk mendorong keadilan pangan di masyarakat. Oleh karenanya negara harus mendukung dengan menyiapkan perangkat hukum untuk melindungi operasi organisasi bank pangan," ujarnya.
Sejalan dengan pandangan itu, Ahmad Sulaeman menekankan tentang pentingnya kedaulatan mulut yang berarti mendorong konsumsi pangan lokal sebagai bagian dari menuju kebangkitan kedaulatan pangan Indonesia. Anang Noegroho juga menyampaikan pentingnya mewujudkan pangan yang bergizi, inklusif dan berkelanjutan.
"Hari Ulang Tahun FOI yang ke-7 merupakan momentum untuk memperkuat jaringan organisasi bank pangan di Indonesia sekaligus mendorong kemakmuran, memerangi kelaparan menuju Kebangkitan Indonesia yang Merdeka 100%," katanya.
(abd)