Sebut Aktivis dan Politikus Jangan Ngambek, Fahri Hamzah Sindir Siapa?

Sabtu, 14 Mei 2022 - 17:09 WIB
loading...
Sebut Aktivis dan Politikus...
Politikus Partai Gelora, Fahri Hamzah. Foto/Tangkapan Layar Twitter @Fahrihamzah, Sabtu (14/5/2022).
A A A
JAKARTA - Aktivis, politikus, dan pejabat apalagi yang sedang menjabat, diminta jangan sering ngambek. Hal ini diungkapkan politikus Partai Gelora, Fahri Hamzah , di akun Twitternya, @Fahrihamzah, Sabtu (14/5/2022).

Baca Juga: Fahri Hamzah
Cuitan Fahri ini dibarengi dengan postingan fotonya yang tengah mencabut pohon singkong atau ubi kayu.

Seperti diketahui, politikus PDIP Adian Napitupulu sempat memberikan tanggapan atas tweet Fahri Hamzah.

Fahri Hamzah menuliskan daftar pesan yang berisi 6 poin: "Pesanku pada generasi ku!:

1. Jangan biarkan kebebasan terancam.

2. Jangan biarkan rakyat sakit dan menderita.

3. Jangan biarkan penguasa menganiaya.

4. Jangan biarkan pengusaha mengatur Negara.

5. Jangan jadi corong penguasa!

6. Bantu dan lindungi mahasiswa dan oposisi!" cuit Fahri pada 7 Mei 2022 dikutip, Jumat (13/5/2022).

Adian merespons tweet tersebut lantaran dalam unggahan itu menyertakan foto dirinya dan Budiman Sudjatmiko. Awalnya, Adian mengucapkan terima kasih kepada Fahri dan mempertanyakan kepada siapa cuitan itu dimaksudkan.

"Saya tidak tahu pesan itu untuk semua yang segenerasi atau hanya untuk saya dan Budiman saja, karena foto yang ada dalam twitnya (7 Mei 2022 pkl 20.44 WIB) hanya foto saya dan Budiman bukan foto orang banyak. Saya melihat pesan itu seperti mempertanyakan komitmen perjuangan, komitmen kerakyatan pada saya dan Budiman setelah 24 tahun Reformasi," kata Adian melalui keterangan tertulisnya, Jumat (13/5/2022).

Adian menjelaskan, perbedaan dirinya dengan Fahri yang dimulai pada 1999 lalu. Menurutnya, ketika dirinya dan rekan-rekannya masih masih di jalan, Fahri sudah menjadi staf ahli di MPR. Fahri sudah menjadi anggota DPR pada 2004, sementara Adian dan kawan seperjuangan masih dipukuli dan ditangkapi.

Pada 2008, Kantor Pengacara Adian dipasangi garis polisi, dirinya dikejar hingga menjadi "gelandangan" berkeliling dari kota ke kota, lalu menjadi pengumpul trolly di berbagai pusat belanja negara orang. Selanjutnya pada 2010 ia mengaku dipukuli hingga babak belur oleh belasan polisi di Pengadilan Jakarta Pusat.

"Fahri, kita beda pilihan, beda jalan dan yang saya pilih adalah jalan yang sulit, menyakitkan dan tidak menyenangkan. Walau demikian toh saya tidak pernah usil mengkritik dan mempertanyakan pilihan politik masing-masing orang, termasuk mengkritik Fahri saat itu sedang menikmati kursinya sebagai anggota DPR RI," ujar Adian.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1652 seconds (0.1#10.140)