Cerita Guru Muhammadiyah yang Diminta Pimpin Yasinan
loading...
A
A
A
Pak AR telah bersiap. Malam Jum’at yang dijanjikan tiba. Pak AR berangkat menghadiri undangan sang ulama. Dan dugaan Pak AR juga benar, dia diminta memimpin yasinan itu. Bagi Pak AR itu kesempatan bagus untuk berdakwah dan tidak boleh sia-siakan. Pak AR segera memimpin yasinan itu sesuai kebiasaan orang-orang di sana.
Setelah usai membaca Yasin, Pak Ar bertanya kepada hadirin, “ Apakah hadirin sudah sering ikut yasinan?”.
“Sering Guru,” jawab hadirin.
“Selama ini yasinannya seperti apa?” tanya Pak AR.
“Ya, seperti biasa,” jawab mereka lagi.
“Jadi bapak-bapak sudah bisa semua, sudah hafal semua?” tanya Pak AR lagi.
“Ya, sudah hafal” jawab mereka bersama-sama.
“Bagaimana kalau sekarang kita yasinan model baru, supaya bapak-bapak punya pengetahuan lebih luas dan punya pengalaman lain? setuju?” tanya Pak AR.
“Setuju”, jawab mereka serempak.
“Sekarang kita baca Surat Yasin satu ayat demi satu ayat”.
Lalu dibacalah ayat pertama, kemudian diminta salah seorang mengartikan. Kalau tidak bisa Pak AR membantu. Setelah selesai diartikan, kemudian oleh Pak AR dijelaskan apa itu Surat Yasin yang sering dibaca itu. Beliau kemudian jelaskan panjang lebar, disertai dengan contoh-contoh yang segar, penuh dengan rasa kekeluargaan yang tulus. Meskipun malam itu hanya memperoleh dua tiga ayat rupanya hadirin cukup puas. Bahkan ada permintaan dapat dilanjutkan pada yasinan yang akan datang.
“Kalau saya, sebagai orang muda, saya terserah saja pada hadirin sekalian. Tetapi yang paling penting tergantung pada Al Mukarom Angku Ula, orang tua kita hadirin”.
Di luar dugaan, sang ulama setuju. Pak AR memimpin yasinan model baru berselang seling dengan model yasinan lama. Malam Jum’at gasal yasinan model lama yang mimpin sang ulama, dan pada malam Jum’at malam genap yasinan model dipimpin Pak AR.
Singkat cerita, sang ulama akhirnya menyerahkan pimpinan yasinan itu kepada Pak AR. Jadilah acara yang semula yasinan seperti dikenal dalam tradisi menjadi kegitan rutin membaca surat Yasin dan tafsirnya. Begitulah, Pak AR memang dikenal dengan metode dakwahnya yang santun dan mudah dipahami. Dia menerapkan dakwah kultural tanpa mengusik adat, namun menggelitik semangat masyarakat memahami Al-Quran.
Setelah usai membaca Yasin, Pak Ar bertanya kepada hadirin, “ Apakah hadirin sudah sering ikut yasinan?”.
“Sering Guru,” jawab hadirin.
“Selama ini yasinannya seperti apa?” tanya Pak AR.
“Ya, seperti biasa,” jawab mereka lagi.
“Jadi bapak-bapak sudah bisa semua, sudah hafal semua?” tanya Pak AR lagi.
“Ya, sudah hafal” jawab mereka bersama-sama.
“Bagaimana kalau sekarang kita yasinan model baru, supaya bapak-bapak punya pengetahuan lebih luas dan punya pengalaman lain? setuju?” tanya Pak AR.
“Setuju”, jawab mereka serempak.
“Sekarang kita baca Surat Yasin satu ayat demi satu ayat”.
Lalu dibacalah ayat pertama, kemudian diminta salah seorang mengartikan. Kalau tidak bisa Pak AR membantu. Setelah selesai diartikan, kemudian oleh Pak AR dijelaskan apa itu Surat Yasin yang sering dibaca itu. Beliau kemudian jelaskan panjang lebar, disertai dengan contoh-contoh yang segar, penuh dengan rasa kekeluargaan yang tulus. Meskipun malam itu hanya memperoleh dua tiga ayat rupanya hadirin cukup puas. Bahkan ada permintaan dapat dilanjutkan pada yasinan yang akan datang.
“Kalau saya, sebagai orang muda, saya terserah saja pada hadirin sekalian. Tetapi yang paling penting tergantung pada Al Mukarom Angku Ula, orang tua kita hadirin”.
Di luar dugaan, sang ulama setuju. Pak AR memimpin yasinan model baru berselang seling dengan model yasinan lama. Malam Jum’at gasal yasinan model lama yang mimpin sang ulama, dan pada malam Jum’at malam genap yasinan model dipimpin Pak AR.
Singkat cerita, sang ulama akhirnya menyerahkan pimpinan yasinan itu kepada Pak AR. Jadilah acara yang semula yasinan seperti dikenal dalam tradisi menjadi kegitan rutin membaca surat Yasin dan tafsirnya. Begitulah, Pak AR memang dikenal dengan metode dakwahnya yang santun dan mudah dipahami. Dia menerapkan dakwah kultural tanpa mengusik adat, namun menggelitik semangat masyarakat memahami Al-Quran.
(muh)