Cegah Radikalisme lewat 'Vaksin' dan Semangat Kebersamaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi virus Corona (Covid-19) bukan hanya masalah kesehatan. Dampak sosial pandemi ini juga memunculkan penyakit sosial dan kultural yang bisa mengarah ke pandangan ekslusif dan radikal dalam rangka memprovokasi dan meradikalisasi masyarakat.
Karena itu penting untuk memiliki pandangan moderasi (washatiyah) yang merupakan "vaksin" menjaga keberagamaan.
Ketua Bidang Garapan Hubungan Lembaga dan Organisasi (Garhubanlog) Pengurus Pusat Persatuan Islam (PP Persis), Mohamad Faisal Nursyamsi mengatakan jika bicara mengenai virus, harus ada vaksinnya, baik itu Covid-19 atau yang lainnya.
“Persoalan selama ini yang muncul terutama berkaitan dengan adanya upaya dari berbagai pihak untuk mencoba merongrong kebijakan pemerintah. Memang harus ada 'vaksinnya' untuk hal-hal yang seperti itu. 'Vaksin' dalam bentuk Islam yang rahmatan lil alamin sebagai bentuk rahmat dan rasa kasih sayang Allah SWT,” tutur Mohamad Faisal di Jakarta, Rabu 17 Juni 2020.
Pria yang biasa disapa Ustaz Faisal ini setuju dengan adanya istilah virus radikalisme yang harus terus diwaspadai oleh mayarakat. Karena virus radikalisme secara diam-diam terus berusaha merongrong keberlangsungan hidup bangsa Indonesia di kala pandemi dengan mencoba untuk meradikalisasi masyarakat.
“Virus radikalisme tidak boleh didiamkan, karena virus-virus seperti itu juga berbahaya bagi keberlangsungan bangsa ini, apalagi kalau sampai mempengaruhi pemikiran manusia. Nah untuk mengatasinya diperlukan vaksin dalam bentuk Islam yang rahmatan lil alamin tadi yang harus ditanamkan kepada diri masyarakat utamanya umat Islam,” katanya.
Jika di bidang kedokteran, kata dia, dokter membutuhkan vaksin untuk menyembuhkan pasiennya, maka virus yang merongrong pemerintah tentunya juga dibutuhkan vaksin yang berisi nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin.
“Istilahnya kalau di bidang kedokteran, vaksin tersebut istilahnya disuntik ke pasien. Nah berarti nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin ini menjadi vaksin dan harus ditanamkan kepada diri umat muslim itu bahwa Islam tidak mengajarkan pembunuhan ataupun teror. Kalaupun ada perbedaan pendapat ya harus diluruskan cara yang baik, bukan melalui teror atau provokasi,” katanya
Dia mengakui sebetulnya di dalam Islam sendiri diperbolehkan adanya perbedaan dan perdebatan karena itu tidak bisa dihindari. “Dalam Islam memang boleh ada perbedaan, dan itu memang satu hal wajar. Di agama apa pun, perbedaan juga pasti ada. Tetapi setelah selesai perdebatan itu, ketika memang ada satu pihak yang tidak bisa meloloskan kehendaknya, ya mau tidak mau dia yang harus mengikuti hasil yang disetujui banyak pihak. Itu yang seharusnya menjadi prinsip,” tuturnya.
Faisal mencontohkan ketika zaman Rasulullah wafat pun para sahabat Nabi ini pun sempat berdebat untuk mencari pemimpin sebagai pengganti Rasullulah dan ini juga terjadi perdebatan yang sangat berat.
“Terjadi perdebatan di antara para sahabat, siapa yang akan memimpin sepeninggal Rasulullah. Tetapi setelah terpilih satu, ya sudah semuanya mengikuti. Tidak ada yang namanya mereka menjadi oposan dan apalagi melakukan provokasi untuk membangkang. Hal inilah yang harus ditanamkan kepada masyarakat agar jangan mudah terhasut atau terprovokasi,” tuturnya.
Dalam berceramah terkait Covid-19, kata Ustaz Faisal, selama ini menyampaikan imunitas bukan hanya badaniyah, tetapi juga batiniyah.
“Hendaklah kita mengedepankan kebersamaan, dalam Islam disebut ukhuwah Islamiyyah atau persaudaraan sesama muslim dan sesama orang beriman ini adalah persaudaraan yang mulia. Kalau kita di dalam negara ini biasanya disebut ukhuwah satu bangsa. Nah itu yang harus betul-betul kita tekankan seperti itu untuk melawan virus radikalisme tadi,” tuturnya.
Faisal mengungkapkan bahwa memang tujuan LPOI ini juga untuk men-support dan membantu pemerintah yang salah satunya untuk mencegah penyebaran virus radikalisme di masyarakat. Itulah kenapa beberapa hari lalu LPOI silaturahmi dan halal bihalal ke Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
“Makanya tujuan kami juga beberapa hari lalu bersama LPOI melakukan silaturahim dan halal bihalal ke BNPT itu untuk ikut men-support apalagi kami juga mau meyakinkan khususnya ormas-ormas Islam bahwa Islam itu sama sekali tidak mengajarkan apa yang namanya teror, karena Islam itu rahmatan lil alamin buat semuanya,” katanya.
( )
Faisal juga mengutarakan bahwa dengan pertemuan itu pihaknya juga ingin saling bersama-sama meyakinkan bersama bahwa ketika bicara teroris itu stigmanya tidak diidentikkan dengan Islam. “Kami, Pesatuan Islam atau Persis sebagai ormas Islam bersama LPOI ini juga sudah berkomitmen untuk memberantas virus radikal tersebut di masyarakat, di mana LPOI ini bekerjasama dengan BNPT itu sudah lama,” tuturnya.
Karena itu penting untuk memiliki pandangan moderasi (washatiyah) yang merupakan "vaksin" menjaga keberagamaan.
Ketua Bidang Garapan Hubungan Lembaga dan Organisasi (Garhubanlog) Pengurus Pusat Persatuan Islam (PP Persis), Mohamad Faisal Nursyamsi mengatakan jika bicara mengenai virus, harus ada vaksinnya, baik itu Covid-19 atau yang lainnya.
“Persoalan selama ini yang muncul terutama berkaitan dengan adanya upaya dari berbagai pihak untuk mencoba merongrong kebijakan pemerintah. Memang harus ada 'vaksinnya' untuk hal-hal yang seperti itu. 'Vaksin' dalam bentuk Islam yang rahmatan lil alamin sebagai bentuk rahmat dan rasa kasih sayang Allah SWT,” tutur Mohamad Faisal di Jakarta, Rabu 17 Juni 2020.
Pria yang biasa disapa Ustaz Faisal ini setuju dengan adanya istilah virus radikalisme yang harus terus diwaspadai oleh mayarakat. Karena virus radikalisme secara diam-diam terus berusaha merongrong keberlangsungan hidup bangsa Indonesia di kala pandemi dengan mencoba untuk meradikalisasi masyarakat.
“Virus radikalisme tidak boleh didiamkan, karena virus-virus seperti itu juga berbahaya bagi keberlangsungan bangsa ini, apalagi kalau sampai mempengaruhi pemikiran manusia. Nah untuk mengatasinya diperlukan vaksin dalam bentuk Islam yang rahmatan lil alamin tadi yang harus ditanamkan kepada diri masyarakat utamanya umat Islam,” katanya.
Jika di bidang kedokteran, kata dia, dokter membutuhkan vaksin untuk menyembuhkan pasiennya, maka virus yang merongrong pemerintah tentunya juga dibutuhkan vaksin yang berisi nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin.
“Istilahnya kalau di bidang kedokteran, vaksin tersebut istilahnya disuntik ke pasien. Nah berarti nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin ini menjadi vaksin dan harus ditanamkan kepada diri umat muslim itu bahwa Islam tidak mengajarkan pembunuhan ataupun teror. Kalaupun ada perbedaan pendapat ya harus diluruskan cara yang baik, bukan melalui teror atau provokasi,” katanya
Dia mengakui sebetulnya di dalam Islam sendiri diperbolehkan adanya perbedaan dan perdebatan karena itu tidak bisa dihindari. “Dalam Islam memang boleh ada perbedaan, dan itu memang satu hal wajar. Di agama apa pun, perbedaan juga pasti ada. Tetapi setelah selesai perdebatan itu, ketika memang ada satu pihak yang tidak bisa meloloskan kehendaknya, ya mau tidak mau dia yang harus mengikuti hasil yang disetujui banyak pihak. Itu yang seharusnya menjadi prinsip,” tuturnya.
Faisal mencontohkan ketika zaman Rasulullah wafat pun para sahabat Nabi ini pun sempat berdebat untuk mencari pemimpin sebagai pengganti Rasullulah dan ini juga terjadi perdebatan yang sangat berat.
“Terjadi perdebatan di antara para sahabat, siapa yang akan memimpin sepeninggal Rasulullah. Tetapi setelah terpilih satu, ya sudah semuanya mengikuti. Tidak ada yang namanya mereka menjadi oposan dan apalagi melakukan provokasi untuk membangkang. Hal inilah yang harus ditanamkan kepada masyarakat agar jangan mudah terhasut atau terprovokasi,” tuturnya.
Dalam berceramah terkait Covid-19, kata Ustaz Faisal, selama ini menyampaikan imunitas bukan hanya badaniyah, tetapi juga batiniyah.
“Hendaklah kita mengedepankan kebersamaan, dalam Islam disebut ukhuwah Islamiyyah atau persaudaraan sesama muslim dan sesama orang beriman ini adalah persaudaraan yang mulia. Kalau kita di dalam negara ini biasanya disebut ukhuwah satu bangsa. Nah itu yang harus betul-betul kita tekankan seperti itu untuk melawan virus radikalisme tadi,” tuturnya.
Faisal mengungkapkan bahwa memang tujuan LPOI ini juga untuk men-support dan membantu pemerintah yang salah satunya untuk mencegah penyebaran virus radikalisme di masyarakat. Itulah kenapa beberapa hari lalu LPOI silaturahmi dan halal bihalal ke Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
“Makanya tujuan kami juga beberapa hari lalu bersama LPOI melakukan silaturahim dan halal bihalal ke BNPT itu untuk ikut men-support apalagi kami juga mau meyakinkan khususnya ormas-ormas Islam bahwa Islam itu sama sekali tidak mengajarkan apa yang namanya teror, karena Islam itu rahmatan lil alamin buat semuanya,” katanya.
( )
Faisal juga mengutarakan bahwa dengan pertemuan itu pihaknya juga ingin saling bersama-sama meyakinkan bersama bahwa ketika bicara teroris itu stigmanya tidak diidentikkan dengan Islam. “Kami, Pesatuan Islam atau Persis sebagai ormas Islam bersama LPOI ini juga sudah berkomitmen untuk memberantas virus radikal tersebut di masyarakat, di mana LPOI ini bekerjasama dengan BNPT itu sudah lama,” tuturnya.
(dam)