BMKG Ungkap Tak Ada Fenomena Ekstrem pada Musim Kemarau 2022

Jum'at, 25 Maret 2022 - 13:48 WIB
loading...
BMKG Ungkap Tak Ada Fenomena Ekstrem pada Musim Kemarau 2022
BMKG memprediksikan tidak ada fenomema ekstrem saat Indonesia memasuki musim kemarau yang tidak lama lagi. Foto/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) Dodo Gunawan mengungkapkan Indonesia segera memasuki musim kemarau tahun 2022. Puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Agustus 2022. Kabar baiknya, menurut BMKG tidak ada fenomena ekstrem di musim kemarau tahun ini, seperti La Nina atau El Nino.

“Secara umum kabar baiknya, memang musim kemarau di tahun 2022 ini secara umum ini bagus ya. Artinya, dalam rentang musim kemarau nanti 2022 ini tidak ada fenomena yang ekstrem baik itu La Nina ataupun El Nino,” kata Dodo saat Konferensi Pers secara virtual terkait Prakiraan Musim Kemarau Banten dan DKI Jakarta 2022, Jumat (25/3/2022).



Dodo pun mengungkapkan dibandingkan dengan tahun 2021 lalu, pada tahun ini fenomena La Nina dalam kondisi melemah. “Memang tahun kemarin tahun 2021, di saat musim hujan kita disertai dengan fenomena La Nina dan saat ini pun fenomena saat ini ada dalam level lemah. Dan perkiraannya sepanjang nanti kemarau 2022 ini akan berada pada kondisi netral atau normal sehingga itu artinya kondusif bagi aktivitas kita, tidak akan terjadi kondisi kemarau yang ekstrem,” katanya.

Meski demikian, Dodo mengatakan BMKG tetap akan memantau setiap perkembangan iklim dan cuaca sepanang 2022. ” Insya Allah aman, dalam artian itu akan menuju kondisi netral normal,” tegas Dodo.



Oleh karena itu, Dodo meminta semua pihak untuk memanfaatkan kondisi kemarau yang kondusif ini untuk mengantisipasi dampak bencana hidrometeorologi kering seperti kebakaran hutan dan lahan hingga kekeringan ekstrem. “Sehingga barangkali dari kondisi tersebut kita manfaatkan kondisi kemarau yang kondusif ini misalnya untuk yang lebih lambat musim kemarau bisa diatur strategi memanfaatkan, artinya kalau kemarau lambat masih ada hujan di wilayah tersebut yang musimnya terlambat,” tutur dia.

“Begitu juga yang misalnya sifat hujannya atas normal tentu dapat dimanfaatkan. Tapi tentu sebaliknya antisipasi dampak musim kemarau yang diprakirakan dibawah normal atau tibanya lebih awal itu strateginya untuk mengantisipasi dampak yang akan terjadi,” papar Dodo.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1856 seconds (0.1#10.140)