Kriteria Ideal dan Tantangan Panglima TNI Mendatang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto akan memasuki masa pensiun pada 2021 mendatang. Isu ini pun belakangan mulai ramai diperbincangkan mengenai calon pengganti Hadi Tjahjanto.
Pengamat politik Boni Hargens mengatakan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) menjadi kekuatan utama dalam menjaga keamanan dari berbagai potensi ancaman yang datang, baik dari dalam maupun luar negeri, seperti terorisme dan gejolak separatisme.
Menurut dia, sejarah sudah mencatat semua prestasi TNI dalam mempertahankan Pancasila, UUD 1945, dan NKRI.
“Sejarah mengajarkan kita bahwa demokrasi sipil yang semakin kuat saat ini juga tumbuh dan berkembang karena TNI kita makin profesional dan menjunjung tinggi demokrasi,” tuturnya Selasa (16/6/2020).( )
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) ini menuturkan, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh Panglima TNI ke depan. Pertama, sosok tersebut harus sejalan dengan cita-cita politik Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Saya tidak bilang lagi soal loyal pada Pancasila dan UUD 1945 karena TNI sudah ahlinya urusan itu. Mereka yang paling loyal kalau urusan ideologi negara dan konstitusi. Periode pemerintahan Pak Jokowi adalah momentum untuk pembaharuan di segala dimensi. Maka, perlu dukungan institusi militer untuk menjamin keamanan dalam segala aspek,” tuturnya.
Kedua, panglima TNI baru mesti sosok yang dapat diterima di internal institusi militer dan dapat membangun solidaritas antar angkatan di dalam tubuh TNI.
Ketiga, Panglima TNI yang baru harus memiliki pemahaman komprehensif dan kemampuan bertindak cepat dalam memerangi bentuk-bentuk ancaman yang mengganggu keutuhan NKRI, Pancasila, dan UUD 1945, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
”Perang zaman sekarang sudah berpindah dari medan tempur fisik ke ruang yang tak kelihatan. Polanya asimetris dan selalu acak. Musuh kita tak kelihatan tetapi terasa dan mereka ada. Maka, TNI sebagai garda terdepan pengamanan negara harus dipimpin oleh panglima yang memiliki pemahaman tentang semua itu,” katanya.
Keempat, Panglima TNI yang baru harus memiliki kemampuan inovasi yang memadai dalam konteks melanjutkan upaya profesionalisasi militer yang sudah sukses berjalan setelah 1998. Militer Indonesia sudah canggih dalam ilmu perang, dan kita yakin justru akan semakin canggih dalam semua cabang ilmu pengetahuan.
“Untuk itu, perlu ada kepemimpinan yang beradaptasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,” paparnya.
Pengamat politik Boni Hargens mengatakan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) menjadi kekuatan utama dalam menjaga keamanan dari berbagai potensi ancaman yang datang, baik dari dalam maupun luar negeri, seperti terorisme dan gejolak separatisme.
Menurut dia, sejarah sudah mencatat semua prestasi TNI dalam mempertahankan Pancasila, UUD 1945, dan NKRI.
“Sejarah mengajarkan kita bahwa demokrasi sipil yang semakin kuat saat ini juga tumbuh dan berkembang karena TNI kita makin profesional dan menjunjung tinggi demokrasi,” tuturnya Selasa (16/6/2020).( )
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) ini menuturkan, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh Panglima TNI ke depan. Pertama, sosok tersebut harus sejalan dengan cita-cita politik Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Saya tidak bilang lagi soal loyal pada Pancasila dan UUD 1945 karena TNI sudah ahlinya urusan itu. Mereka yang paling loyal kalau urusan ideologi negara dan konstitusi. Periode pemerintahan Pak Jokowi adalah momentum untuk pembaharuan di segala dimensi. Maka, perlu dukungan institusi militer untuk menjamin keamanan dalam segala aspek,” tuturnya.
Kedua, panglima TNI baru mesti sosok yang dapat diterima di internal institusi militer dan dapat membangun solidaritas antar angkatan di dalam tubuh TNI.
Ketiga, Panglima TNI yang baru harus memiliki pemahaman komprehensif dan kemampuan bertindak cepat dalam memerangi bentuk-bentuk ancaman yang mengganggu keutuhan NKRI, Pancasila, dan UUD 1945, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
”Perang zaman sekarang sudah berpindah dari medan tempur fisik ke ruang yang tak kelihatan. Polanya asimetris dan selalu acak. Musuh kita tak kelihatan tetapi terasa dan mereka ada. Maka, TNI sebagai garda terdepan pengamanan negara harus dipimpin oleh panglima yang memiliki pemahaman tentang semua itu,” katanya.
Keempat, Panglima TNI yang baru harus memiliki kemampuan inovasi yang memadai dalam konteks melanjutkan upaya profesionalisasi militer yang sudah sukses berjalan setelah 1998. Militer Indonesia sudah canggih dalam ilmu perang, dan kita yakin justru akan semakin canggih dalam semua cabang ilmu pengetahuan.
“Untuk itu, perlu ada kepemimpinan yang beradaptasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,” paparnya.