Profil Hamid Awaludin, Mantan Dubes RI untuk Rusia yang Dianugerahi Bintang Al-Fahr
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hamid Awaludin , salah satu tokoh yang mempererat hubungan Rusia dan Indonesia. Atas sumbangsihnya, pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel), 5 Oktober 1960 tersebut pernah dianugerahi bintang kehormatan tertinggi Al-Fahr oleh Dewan Mufti Rusia.
Bintang kehormatan berupa lencana berwarna emas dengan tanda bintang dan tulisan Al-Fahr itu diserahkan langsung oleh Syeikh Ravil Gaynutdin, mufti tersohor di Rusia menjelang masa tugas Hamid Awaludin sebagai Dubes RI untuk Federasi Rusia berakhir pada 25 November 2011 silam. Ikut hadir di rumah dinas Dubes, pimpinan Dewan Mufti Rusia.
Menurut Syeikh Ravil, penghargaan Al-Fahr yang berarti kebanggaan itu diberikan kepada Hamil Awaludin karena berperan dalam membangunan hubungan muslim Indonesia dan Rusia.
"Peranan Yang Mulia sungguh luar biasa. Kami tidak pernah bisa meremehkannya," ucap Syeikh Ravil dalam sambutan penyerahan bintang kehormatan Al-Fahr seperti dilansir Antara pada 28 November 2011 silam.
Salah satu momen yang tak bisa dilupakan adalah ketika umat Islam Rusia dipojokkan atas pengeboman di Bandara Domodedovo, Moskwa pada 24 Januari 2011, dan di Stasiun Metro Moskwa pada 29 Maret 2010. Hamid Awaludin yang pertama datang dan mengajak para dubes negara mayoritas berpenduduk muslim untuk menyuarakan bahwa Islam antitindakan teror.
Selain itu, KBRI Moskow bersama Kemenag mendatangkan rektor universitas Islam di Rusia untuk bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN). Dilanjutkan dengan kunjunga wakil mufti Rusia ke Indonesia, dan saling kunjung mahasiswa dan doses dari dua negara.
Hamid Awaludin juga dianggap berjasa membangun kerukunan hidup beragama melalui kegiatan interfaith dialogue. "Semua itu menyimpulkan bahwa Yang Mulia adalah saudara kita. Karenanya Dewan Mufti Rusia ingin memberikan lencana paling bergengsi bintang Al-Fahr yang artinya kebanggaan. Yang Mulia adalah kebanggaan umat Islam Rusia," kata Syeikh Ravil.
Mengutip dari situs resmi UIN Alauddin Gowa, Hamid Awaludin mengakui bahwa tantangan Islam di Rusia cukup berat. Salah satunya munculnya aliran Islam yang keras. Kelompok ini tidak toleran terhadap aliran Islam lainnya, apalagi agama lain.
"Aliran Islam yang keras tersebut sangat tidak disukai oleh penduduk Rusia non Islam lainnya dan menyebabkan Islam di sana cukup dibenci. Karena dianggap merupakan agama yang keras dan anarkis," kata mantan Menteri Hukum dan HAM ini saat memberikan kuliah umum di Rektorat UIN Alauddin, Kampus II, Samata, Gowa, Kamis (30/06/2011).
Masalah lainnya adalah karena Islam mengharamkan babi dan alkohol. Sementara alkohol merupakan minuman kesehatan masyarakat Rusia sejak zaman dulu hingga sekarang.
Karena itu dalam sambutan balasan kepada Dewan Mufti Rusia, tugasnya sebagai Dubes RI untuk Federasi Rusia adalah menyebarkan konsep pluralisme, mendorong sikap antikekerasan, kerja sama pendidikan, dan pengembangan kerja sama budaya serta ekonomi Islam.
"Umat Islam di Rusia yang merupakan mayoritas kedua harus bekerja sama dengan umat Islam Indonesia," katanya.
Berikut ini profil Hamid Awaludin, mantan Dubes RI untuk Federasi Rusia:
Nama : Hamid Awaludin
Tempat tanggal lahir : Parepare, Sulsel, 5 Oktober 1960
Istri : Ny Andi Marcelya
Pendidikan:
1986: Sarjana Hukum dari Universitas Hasanuddin, Makassar
1990: Gelar Magister Hubungan Internasional (LL.M)
1991: Magister Hukum (LL.M) dari American University, Washington D.C.
1998: Ph.D dari American University, Washington D.C.
2001: Pelatihan khusus tentang Hak Asasi Manusia dari Universitas Lund, Swedia
Karier:
- Wakil Direktur Pusat Studi Etika Politik dan Pemerintahan (PUSKAP)
- Special advisor pemberantasan korupsi pada Partnership for Governance Reform in Indonesia
- Anggota Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
- Dosen Unhas Direktur Studi HAM Unhas
- 2001-2004: Anggota Komisi Pemilihan Umum Indonesia
- 2004-2007: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
- 2008-2011: Duta Besar Republik Indonesia untuk Rusia
- 2014: Ketua Urusan Internasional Palang Merah Indonesia
Bintang kehormatan berupa lencana berwarna emas dengan tanda bintang dan tulisan Al-Fahr itu diserahkan langsung oleh Syeikh Ravil Gaynutdin, mufti tersohor di Rusia menjelang masa tugas Hamid Awaludin sebagai Dubes RI untuk Federasi Rusia berakhir pada 25 November 2011 silam. Ikut hadir di rumah dinas Dubes, pimpinan Dewan Mufti Rusia.
Menurut Syeikh Ravil, penghargaan Al-Fahr yang berarti kebanggaan itu diberikan kepada Hamil Awaludin karena berperan dalam membangunan hubungan muslim Indonesia dan Rusia.
"Peranan Yang Mulia sungguh luar biasa. Kami tidak pernah bisa meremehkannya," ucap Syeikh Ravil dalam sambutan penyerahan bintang kehormatan Al-Fahr seperti dilansir Antara pada 28 November 2011 silam.
Salah satu momen yang tak bisa dilupakan adalah ketika umat Islam Rusia dipojokkan atas pengeboman di Bandara Domodedovo, Moskwa pada 24 Januari 2011, dan di Stasiun Metro Moskwa pada 29 Maret 2010. Hamid Awaludin yang pertama datang dan mengajak para dubes negara mayoritas berpenduduk muslim untuk menyuarakan bahwa Islam antitindakan teror.
Selain itu, KBRI Moskow bersama Kemenag mendatangkan rektor universitas Islam di Rusia untuk bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN). Dilanjutkan dengan kunjunga wakil mufti Rusia ke Indonesia, dan saling kunjung mahasiswa dan doses dari dua negara.
Hamid Awaludin juga dianggap berjasa membangun kerukunan hidup beragama melalui kegiatan interfaith dialogue. "Semua itu menyimpulkan bahwa Yang Mulia adalah saudara kita. Karenanya Dewan Mufti Rusia ingin memberikan lencana paling bergengsi bintang Al-Fahr yang artinya kebanggaan. Yang Mulia adalah kebanggaan umat Islam Rusia," kata Syeikh Ravil.
Mengutip dari situs resmi UIN Alauddin Gowa, Hamid Awaludin mengakui bahwa tantangan Islam di Rusia cukup berat. Salah satunya munculnya aliran Islam yang keras. Kelompok ini tidak toleran terhadap aliran Islam lainnya, apalagi agama lain.
"Aliran Islam yang keras tersebut sangat tidak disukai oleh penduduk Rusia non Islam lainnya dan menyebabkan Islam di sana cukup dibenci. Karena dianggap merupakan agama yang keras dan anarkis," kata mantan Menteri Hukum dan HAM ini saat memberikan kuliah umum di Rektorat UIN Alauddin, Kampus II, Samata, Gowa, Kamis (30/06/2011).
Masalah lainnya adalah karena Islam mengharamkan babi dan alkohol. Sementara alkohol merupakan minuman kesehatan masyarakat Rusia sejak zaman dulu hingga sekarang.
Karena itu dalam sambutan balasan kepada Dewan Mufti Rusia, tugasnya sebagai Dubes RI untuk Federasi Rusia adalah menyebarkan konsep pluralisme, mendorong sikap antikekerasan, kerja sama pendidikan, dan pengembangan kerja sama budaya serta ekonomi Islam.
"Umat Islam di Rusia yang merupakan mayoritas kedua harus bekerja sama dengan umat Islam Indonesia," katanya.
Berikut ini profil Hamid Awaludin, mantan Dubes RI untuk Federasi Rusia:
Nama : Hamid Awaludin
Tempat tanggal lahir : Parepare, Sulsel, 5 Oktober 1960
Istri : Ny Andi Marcelya
Pendidikan:
1986: Sarjana Hukum dari Universitas Hasanuddin, Makassar
1990: Gelar Magister Hubungan Internasional (LL.M)
1991: Magister Hukum (LL.M) dari American University, Washington D.C.
1998: Ph.D dari American University, Washington D.C.
2001: Pelatihan khusus tentang Hak Asasi Manusia dari Universitas Lund, Swedia
Karier:
- Wakil Direktur Pusat Studi Etika Politik dan Pemerintahan (PUSKAP)
- Special advisor pemberantasan korupsi pada Partnership for Governance Reform in Indonesia
- Anggota Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
- Dosen Unhas Direktur Studi HAM Unhas
- 2001-2004: Anggota Komisi Pemilihan Umum Indonesia
- 2004-2007: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
- 2008-2011: Duta Besar Republik Indonesia untuk Rusia
- 2014: Ketua Urusan Internasional Palang Merah Indonesia
(abd)