Hasto Sampaikan 8 Syarat Kebangkitan Kepemimpinan Indonesia bagi Dunia
loading...
A
A
A
SEMARANG - Kandidat Doktor Universitas Pertahanan (Unhan), Hasto Kristiyanto menyatakan kebangkitan kepemimpinan Indonesia bagi dunia memerlukan setidaknya 8 syarat. Dimulai dengan penggalian spirit kepemimpinan Indonesia seperti sudah ditunjukkan oleh para pendiri bangsa.
Hal itu disampaikan Hasto yang juga Sekretaris Jenderal DPP PDIP dalam Pidato Inspiratif di Upacara Wisuda ke-110 Universitas Negeri Semarang (Unnes) di Semarang, Rabu (9/3/2022).
Menurut Hasto, syarat pertama adalah menggali kembali keseluruhan spirit tentang kepemimpinan Indonesia yang telah ditunjukkan oleh para pendiri bangsa. “Belajar dari kepemimpinan Bung Karno dan Bung Hatta, ada korelasi antara ide/gagasan/imajinasi, spirit, tekad, dan tindakan strategis di dalam mencapai visi kepemimpinan Indonesia,” ujar Hasto.
Di hadapan para wisudawan, Hasto memaparkan panjang mengenai kepemimpinan Proklamator Ir Soekarno membangun Indonesia dan bagi dunia. Dipaparkannya bagaimana Soekarno membuktikan sebuah kepemimpinan stratejik yang visioner namun membumi dan itu lahir melalui kepemimpinan intelektual yang menciptakan daya imajinasi tentang masa depan.
“Bung Karno memperkirakan pada tahun 1945 bahwa suatu saat Eropa dan Amerika Serikat akan mengalami krisis ekonomi bersamaan akibat bekerjanya kapitalisme. Kapitalisme menciptakan krisis, belum selesai krisis yang satu, muncul krisis lainnya, dengan dampak yang semakin berat dan kompleks. Pandangan ini terbukti pada tahun 2008,” urai Hasto.
Hasto lalu menjelaskan syarat kedua kebangkitan kepemimpinan Indonesia bagi dunia. Yakni ideologi Pancasila dan UUD 1945 harus dipahami semangat dan konsepsinya di dalam membangun kepemimpinan Indonesia.
Syarat ketiga, adanya kepemimpinan strategis yang memadukan antara kepemimpinan ideologis yang memberikan arah, dengan kepemimpinan teknokratis yang menghadirkan kepemimpinan intelektual dalam agenda strategis guna membangun rasa percaya diri bangsa untuk percaya pada kekuatan sendiri.
Keempat, tersedia konsepsi pola pembangunan dalam perspektif jangka pendek, menengah, dan panjang. Konsep ini menjadi guideline policy dari seluruh penyelenggaran negara di dalam mewujudkan cita-cita nasionalnya.
Kelima, pendidikan dan kebudayaan ditempatkan sebagai lambang supremasi kemajuan. Di sini perguruan tinggi harus menjadi motor kemajuan.
Keenam, kata Hasto, adalah penguasaan ilmu-ilmu dasar seperti matematika, kimia, fisika, dan biologi dengan berbagai variannya. “Ini bersifat wajib dan harus dipacu pengembangannya secara progresif. Disini kehadiran BRIN harus memperkuat budaya riset dan inovasi menjadi kultur bangsa,” kata Hasto.
Ketujuh, adanya sinergi koneksitas antara pemerintah, perguruan tinggi, BUMN, dan Badan usaha miliki swasta. Yakni dengan mendorong budaya berprestasi, merit system di dalam mempercepat kemajuan menjadi bangsa yang berdikari.
Namun di atas segalanya, Hasto mengatakan ada syarat kedelapan. Bahwa bangsa Indonesia harus berani meletakkan nasib bangsa dan nasib Tanah Air di tangan bangsa sendiri. Sebab hanya bangsa yang berani meletakkan nasib di tangan sendirilah yang dapat berdiri dengan kuatnya.
“Karena itulah, marilah, dari Universitas Negeri Semarang, dengan jejaringnya yang begitu luas, dan kepeloporannya di dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, marilah kita gelorakan kemajuan Indonesia raya dari kampus, dengan menggalakkan riset dan inovasi yang membumi, yang mempercepat jalan Indonesia berdikari,” tegas Hasto.
Pidato Inspiratif Hasto itu dicetak dan dibagikan kepada para wisudawan dan peserta acara. Hal itu sebagai bagian dari pertanggungjawaban ilmiah dari paparannya.
Upacara wisuda itu dipimpin oleh Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman, M.Hum. Acara dilakukan secara hybrid. Para wisudawan hadir secara langsung di aula Unnes, sementara keluarga serta peserta lainnya hadir melalui layanan telekonferensi.
Sementara Hasto hadir didampingi oleh jajaran DPD PDIP Jawa Tengah. Tampak hadir diantaranya adalah Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto bersama Wakil Ketua Sofwan. Walikota Semarang Hendrarprihadi juga ikut hadir di acara itu, dan Wakil Ketua Komisi Pendidikan DPR Agustina Wilujeng.
Hal itu disampaikan Hasto yang juga Sekretaris Jenderal DPP PDIP dalam Pidato Inspiratif di Upacara Wisuda ke-110 Universitas Negeri Semarang (Unnes) di Semarang, Rabu (9/3/2022).
Menurut Hasto, syarat pertama adalah menggali kembali keseluruhan spirit tentang kepemimpinan Indonesia yang telah ditunjukkan oleh para pendiri bangsa. “Belajar dari kepemimpinan Bung Karno dan Bung Hatta, ada korelasi antara ide/gagasan/imajinasi, spirit, tekad, dan tindakan strategis di dalam mencapai visi kepemimpinan Indonesia,” ujar Hasto.
Di hadapan para wisudawan, Hasto memaparkan panjang mengenai kepemimpinan Proklamator Ir Soekarno membangun Indonesia dan bagi dunia. Dipaparkannya bagaimana Soekarno membuktikan sebuah kepemimpinan stratejik yang visioner namun membumi dan itu lahir melalui kepemimpinan intelektual yang menciptakan daya imajinasi tentang masa depan.
“Bung Karno memperkirakan pada tahun 1945 bahwa suatu saat Eropa dan Amerika Serikat akan mengalami krisis ekonomi bersamaan akibat bekerjanya kapitalisme. Kapitalisme menciptakan krisis, belum selesai krisis yang satu, muncul krisis lainnya, dengan dampak yang semakin berat dan kompleks. Pandangan ini terbukti pada tahun 2008,” urai Hasto.
Hasto lalu menjelaskan syarat kedua kebangkitan kepemimpinan Indonesia bagi dunia. Yakni ideologi Pancasila dan UUD 1945 harus dipahami semangat dan konsepsinya di dalam membangun kepemimpinan Indonesia.
Syarat ketiga, adanya kepemimpinan strategis yang memadukan antara kepemimpinan ideologis yang memberikan arah, dengan kepemimpinan teknokratis yang menghadirkan kepemimpinan intelektual dalam agenda strategis guna membangun rasa percaya diri bangsa untuk percaya pada kekuatan sendiri.
Keempat, tersedia konsepsi pola pembangunan dalam perspektif jangka pendek, menengah, dan panjang. Konsep ini menjadi guideline policy dari seluruh penyelenggaran negara di dalam mewujudkan cita-cita nasionalnya.
Kelima, pendidikan dan kebudayaan ditempatkan sebagai lambang supremasi kemajuan. Di sini perguruan tinggi harus menjadi motor kemajuan.
Keenam, kata Hasto, adalah penguasaan ilmu-ilmu dasar seperti matematika, kimia, fisika, dan biologi dengan berbagai variannya. “Ini bersifat wajib dan harus dipacu pengembangannya secara progresif. Disini kehadiran BRIN harus memperkuat budaya riset dan inovasi menjadi kultur bangsa,” kata Hasto.
Ketujuh, adanya sinergi koneksitas antara pemerintah, perguruan tinggi, BUMN, dan Badan usaha miliki swasta. Yakni dengan mendorong budaya berprestasi, merit system di dalam mempercepat kemajuan menjadi bangsa yang berdikari.
Namun di atas segalanya, Hasto mengatakan ada syarat kedelapan. Bahwa bangsa Indonesia harus berani meletakkan nasib bangsa dan nasib Tanah Air di tangan bangsa sendiri. Sebab hanya bangsa yang berani meletakkan nasib di tangan sendirilah yang dapat berdiri dengan kuatnya.
“Karena itulah, marilah, dari Universitas Negeri Semarang, dengan jejaringnya yang begitu luas, dan kepeloporannya di dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, marilah kita gelorakan kemajuan Indonesia raya dari kampus, dengan menggalakkan riset dan inovasi yang membumi, yang mempercepat jalan Indonesia berdikari,” tegas Hasto.
Pidato Inspiratif Hasto itu dicetak dan dibagikan kepada para wisudawan dan peserta acara. Hal itu sebagai bagian dari pertanggungjawaban ilmiah dari paparannya.
Upacara wisuda itu dipimpin oleh Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman, M.Hum. Acara dilakukan secara hybrid. Para wisudawan hadir secara langsung di aula Unnes, sementara keluarga serta peserta lainnya hadir melalui layanan telekonferensi.
Sementara Hasto hadir didampingi oleh jajaran DPD PDIP Jawa Tengah. Tampak hadir diantaranya adalah Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto bersama Wakil Ketua Sofwan. Walikota Semarang Hendrarprihadi juga ikut hadir di acara itu, dan Wakil Ketua Komisi Pendidikan DPR Agustina Wilujeng.
(kri)