Struktur PBNU Dilarang Nyapres, Cak Imin: Saatnya Ketua Umum PKB
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ) Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menilai larangan bagi struktur PBNU untuk mencalonkan diri dalam perhelatan politik sudah tepat. Hal ini membuka jalan bagi partai yang dilahirkan NU untuk memajukan kadernya sendiri.
”Alhamdulillah, Muktamar di Lampung kemarin, Gus Yahya, ketua umum PBNU, menyatakan dengan tegas bahwa seluruh struktur Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dilarang nyapres, dilarang ikut nyawapres, dilarang ikut kompetisi,” ujar Cak Imin saat memberikan sambutan dalam Deklarasi Dukungan Gerakan Nahdliyin Bersatu di Pondok Pesantren Miftahul Qulub, Polagan, Galis, Pamekasan, Madura, Jumat (11/2/2022) dalam siaran pers yang diterima Sabtu (12/2/2022).
Sebelum terpilih menjadi ketua umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya memang telah menyampaikan keinginannya agar tidak boleh ada lagi struktur PBNU yang maju sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden (capres-cawapres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Menurut Cak Imin, larangan tersebut bisa dibaca dari sudut pandang lain.
”Mafhum mokhalafah-nya (pemahaman terbaliknya) kira-kira: ini saatnya PKB, gantian. Kira-kira begitu karena dulu (Pilpres 2019) Rais Aam (KH Ma’ruf Amin maju sebagai cawapres), sekarang seharusnya ya ketua umum PKB,” katanya.
Pada Pilpres 2019 lalu, Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin maju sebagai cawapres bergandengan dengan capres petahana Joko Widodo (Jokowi) dan akhirnya terpilih sebagai wakil presiden. Sebelumnya, pada Pilpres 2004 silam, Ketua Umum PBNU saat itu, KH Hasyim Muzadi juga maju sebagai cawapres bergandengan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, namun kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla setelah melalui putaran kedua pemilihan.
Cak Imin mengatakan, NU ibarat hamparan padang sawah yang tanahnya subur dan sangat luas, serta kaya akan berbagai kandungan. ”Masa NU yang sehebat ini, tanah seluas ini, dibiarkan “terlantar” dan digali dan dimanfaatkan orang lain (bukan kader NU)? Maka, tugas saya adalah pasang patok supaya orang lain tidak mengambil dan menikmati tanah subur Nahdlatul Ulama, kira-kira begitu,” katanya.
Cicit KH Bisri Syansuri, salah satu pendiri NU ini optimistis NU bakal bulat mendukungnya maju sebagai capres 2024. Dia merasa mantap untuk maju sebagai calon setelah dipanggil sang paman, KH Abdussalam Shohib ke Denanyar, Jombang.
Di sana berkumpul para kiai muda (gawagis) dari berbagai pesantren di Jawa Timur, baik dari pesantren Denanyar, Ploso, Lirboyo, Sidogiri, Banyuwangi, Langitan, termasuk juga putra Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar.
”Semua berkumpul dan tanya kepada saya, apakah siap dan sanggup untuk didukung, dicalonkan dan dikuatkan menjadi calon presidsen tahun 2024? Saya tanya balik kenapa kok saya? Karena dulu 2019, saya sudah berikhtiar, sudah berusaha, juga kampanye ternyata yang jadi (cawapres) KH Ma’ruf Amin,” urainya.
”Alhamdulillah, Muktamar di Lampung kemarin, Gus Yahya, ketua umum PBNU, menyatakan dengan tegas bahwa seluruh struktur Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dilarang nyapres, dilarang ikut nyawapres, dilarang ikut kompetisi,” ujar Cak Imin saat memberikan sambutan dalam Deklarasi Dukungan Gerakan Nahdliyin Bersatu di Pondok Pesantren Miftahul Qulub, Polagan, Galis, Pamekasan, Madura, Jumat (11/2/2022) dalam siaran pers yang diterima Sabtu (12/2/2022).
Sebelum terpilih menjadi ketua umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya memang telah menyampaikan keinginannya agar tidak boleh ada lagi struktur PBNU yang maju sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden (capres-cawapres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Menurut Cak Imin, larangan tersebut bisa dibaca dari sudut pandang lain.
”Mafhum mokhalafah-nya (pemahaman terbaliknya) kira-kira: ini saatnya PKB, gantian. Kira-kira begitu karena dulu (Pilpres 2019) Rais Aam (KH Ma’ruf Amin maju sebagai cawapres), sekarang seharusnya ya ketua umum PKB,” katanya.
Pada Pilpres 2019 lalu, Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin maju sebagai cawapres bergandengan dengan capres petahana Joko Widodo (Jokowi) dan akhirnya terpilih sebagai wakil presiden. Sebelumnya, pada Pilpres 2004 silam, Ketua Umum PBNU saat itu, KH Hasyim Muzadi juga maju sebagai cawapres bergandengan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, namun kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla setelah melalui putaran kedua pemilihan.
Cak Imin mengatakan, NU ibarat hamparan padang sawah yang tanahnya subur dan sangat luas, serta kaya akan berbagai kandungan. ”Masa NU yang sehebat ini, tanah seluas ini, dibiarkan “terlantar” dan digali dan dimanfaatkan orang lain (bukan kader NU)? Maka, tugas saya adalah pasang patok supaya orang lain tidak mengambil dan menikmati tanah subur Nahdlatul Ulama, kira-kira begitu,” katanya.
Cicit KH Bisri Syansuri, salah satu pendiri NU ini optimistis NU bakal bulat mendukungnya maju sebagai capres 2024. Dia merasa mantap untuk maju sebagai calon setelah dipanggil sang paman, KH Abdussalam Shohib ke Denanyar, Jombang.
Di sana berkumpul para kiai muda (gawagis) dari berbagai pesantren di Jawa Timur, baik dari pesantren Denanyar, Ploso, Lirboyo, Sidogiri, Banyuwangi, Langitan, termasuk juga putra Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar.
”Semua berkumpul dan tanya kepada saya, apakah siap dan sanggup untuk didukung, dicalonkan dan dikuatkan menjadi calon presidsen tahun 2024? Saya tanya balik kenapa kok saya? Karena dulu 2019, saya sudah berikhtiar, sudah berusaha, juga kampanye ternyata yang jadi (cawapres) KH Ma’ruf Amin,” urainya.